Delapan Belas (Re-Publish)

11.2K 577 30
                                    

Karena udah mulai masuk konflik berliku diharapkan pegangan yang erat ya 😆

Siapin popcorn, soft drink & tissue sapa tau butuh lempar sesuatu hehe.

Yuk ah di lanjut lagi
Don't forget vommen ya genks

***

Sudah seminggu ini Rafka gelisah memikirkan nasib percintaannya dengan Marinka. Apalagi bundanya benar-benar tak mau bicara sedikitpun dengannya. Tak hanya itu, Abel juga mengabaikan sapanya tiap kali dirinya berangkat dan pulang kerja.

Renata dan Rafly tak bisa berbuat apapun. Mereka sudah sering mengajak bundanya bicara tentang hal ini tapi lagi lagi tangisan dan kepedihan sang bunda membuat keduanya tak mampu lagi membantu. Hanya doa yang mereka bantu untuk saat ini dan harapan untuk mendapatkan jalan yang terbaik bagi Rafka dan Marinka.

Karena kondisi bundanya yang sedang tidak sehat membuat Rafka hanya bisa menelpon atau bahkan saling bertukar pesan dengan kekasihnya. Jujur ia begitu merindukan sang kekasih dan juga celotehan Angga.

Rasanya sakit tiap kali telponan dengan Angga yang selalu mengatakan kalau dirinya sudah tidak sayang lagi karena sudah tidak pernah datang lagi kerumah. "Maafin ayah ya dedek. Bukannya ayah ngga sayang sama dedek dan bunda, tapi oma lagi sakit sayang. Nanti ayah pulang kerumah kita main sama sama ya nak. Tunggu ayah pulang ya." ucap Rafka menyabarkan hati putranya yang selalu ia rindukan.

"Ia ayah. Dedek sayang ayah. Cepet pulang yah. Dedek mau main tobot sama ayah."

"Iya sayang nanti ayah pulang ya. Mau dibawain apa nanti sama ayah?"

"Ngga mau. Maunya ayah aja." ucapnya sambil kembali menangis. Rafka mengeratkan tangannya. Hatinya makin merasa tersakiti dengan tangisan lugu Angga. Marinka sang ibu mengatakan bahwa ia haruslah fokus pada kesembuhan ibunya. Angga akan baik baik saja.

Abel tak sengaja mendengar pembicaraan putranya dengan wanita yang dianggap kekasihnya. Hatinya semakin sakit mendengar keakraban putranya dan bocah itu begitu intim. Bahkan putranya terlihat begitu menyayangi anak itu. Ia pun tak canggung memanggil dirinya dengan sebutan 'ayah'. Ia menghapus air matanya dan segera pergi dari sana.

***

Pagi ini Rafka tidak bekerja. Ia mendapatkan liburnya karena sudah bekerja menyelesaikan proyek yang lumayan besar dimana menguras tenaga dan waktunya. Belum lagi konfliknya bersama sang bunda yang makin membuat jiwanya tertekan. Ia butuh refreshing. Maka dari itu ia mengambil cuti.

"Bi, orang-orang rumah pada kemana? Kok tumben sepi." tanya Rafka saat menikmati sarapannya seorang diri. "Ibu sama bapak dari semalem pergi den. Si neng sama suami pulang ke rumah mertua, kalo den Rafly bibi kurang tau kemana. Bibi juga ngga lihat den Rafly dari kemaren." jawab bibi sambil membersihkan dapur.

"Ooh gitu. Kapan papa sama bunda pulang?"

"Kalau itu bibi ndak tau den."

"Makasih ya bi." Bi sumi mengiyakan lalu pamit untuk kembali membersihkan rumah. Rafka menyalakan handphonenya. Semalam handphonenya mati dan di charger semalaman. Baru pagi ini ia menyalakannya lagi.

Ting...

Ting...

Ting...

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang