Dua Puluh Tiga (Re-Publish)

6.8K 528 27
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Halo dek... Assalamualaikum." ucap Renata saat mengangkat telepon dari Rafly adiknya.

"Hah? Apa dek? Oh bunda mau ketemu si Cantik. Kapan? Sekarang? Oke baiklah sebentar lagi kita meluncur ya. Kakak tunggu papanya Cantik pulang kerja ya. Udah dijalan sih. Tungguin aja ya. Oke waalaikumsalam." ucap Renata mengakhiri sambungan teleponnya.

Ia menatap putrinya yang tengah minum asi di pelukannya. "Kita kerumah oma ya sayang. Oma kangen pengen ketemu dedek. Tunggu ayah pulang dulu ya baru kita ke rumah oma." Cantika putrinya menyunggingkan senyum manisnya saat diberi tahu akan berkunjung ke rumah omanya.

Tak berapa lama ayah Cantika pun tiba dirumah. Renata mencium tangan suaminya. Si Cantik sibuk mengangkat kedua tangannya minta digendong ayahnya. "Halo anak ayah yang cantik." sapa Rifki. Cantika tampak tersipu malu. Kedua lengannya yang mungil memeluk leher ayahnya.

"Idiiih anaknya ayah malu ya. Gemes banget sih kamu nak." Rafly menciumi putrinya hingga Cantika tertawa karena geli. "Udah donk Yah. Kasian dedek nanti nangis." Renata menghentikan tingkah suaminya.

Ia mengajak suaminya duduk di sofa ruang tengah. "Oiya mas kita kerumah bunda yuk. Barusa Rafly telpon, kita di suruh ke rumah bunda. Bunda kangen pengen ketemu si Cantik. Tadi bunda bilang kita kesana tunggu ayah pulang dulu."

"Boleh. Tapi bentar ya ayah mau mandi dulu. Gerah banget yank." Renata mengangguk. Rafly memberikan putrinya kepada sang istri. Ia pun bergegas untuk membersihkan diri barulah ia mengajak keluarga kecilnya pergi kerumah keluarga Wiguna.

Sementara itu, Abel sudah mau keluar dari kamarnya. Dito sang suami tampak sangat senang melihat perkembangan sang istri yang hari ini sudah lebih ceria dan semangat. Dito menghampiri istrinya yang di tuntun keluar dari kamar dan mengajaknya berjemur di teras belakang rumah sekedar untuk menghirup udara pagi dan menghangatkan tubuh setelah semalam hujan mengguyur Kota Bandung dengan sangat lebat.

Rafly mendudukkan bundanya di kursi rotan. "Nah gitu donk bunda. Kita berjemur biar kulitnya ngga kekurangan vitamin D." ucap Rafly. Dito menggenggam tangan istrinya. Ia duduk berdampingan dengan Abel.

"Mana kakak mu? Kok lama sampainya." tanya Abel tak sabar ingin segera menggendong cucunya yang cantik dan lucu.

"Rere sama Cantika mau dateng?" tanya Dito. Rafly dan Abel mengangguk. "Bunda ingin ketemu Cantik Pah. Kangen pengen gendong Cantik, makanya disuruh dateng. Tapi gatau nih mereka kemana dulu ampe sejam lebih belum dateng juga." timpal Rafly.

Ia mengotak atik ponsel pintarnya, dan tak lama suara salam pun terdengar di depan pintu rumah. Rafly, Abel dan Dito otomatis menengok ke arah datangnya suara. "Assalammualaikum. Papah...Bunda Rere sama Cantik dateng nih." ucap Renata sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Dito dan Abel saling berpandangan. "Di teras belakang Kak. Kesini aja." ucap Dito. Tak lama muncullah Renata tengah menggendong Cantika yang lagi asik makan kue mari dan Rifki yang menjinjing tas keperluan Cantika.

"Assalammualaikum Pah Bunda." sapa Renata. Ia mencium tangan kedua orang tuanya. Dito dan Abel menjawab salam Renata bersamaan.

"Ya Allah dek beberapa hari ngga ketemu kok makin endut aja sih." ucap Abel saat memangku Cantika di pangkuannya. "Mamam sama micunya (mimi susu) jago banget Oma." ucap Renata menirukan ucapan anak kecil.

"Oalaah pantes Oma berat pangkunya." Rafly mencium tangan kedua mertuanya. Lalu duduk berdampingan dengan istrinya. Rafly, Renata dan juga Rifki tampak gembira melihat bunda mereka kembali ceria. Mereka melihat sang bunda tertawa melihat sang cucu bergerak lincah di pangkuannya. Renata bersyukur karena dengan kehadiran putrinya sang bunda tampak kembali ceria. Ia berharap bundanya akan kembali seperti sedia kala.

***

Sementara itu di tempat lain, Rafka baru saja check iut dari hotel tempat mereka menginap. Bersama dengan istrinya, ia melajukan mobilnya menuju rumah keluarga Wiguna. Keduanya tampak menikmati perjalanan sembari mendengarkan lagu yang di putar dari radio.

"Mas kita beli buah dulu ya buat bunda. Bunda sukanya makan buah apa?" tanya Marinka.

"Hmm... Apa ya? Bunda sih kalo soal buah buahan ngga ada pantangan apapun. Kita langsung ke toko buah aja ya." Rafka membelokkan mobilnya ke salah satu supermarket yang mereka jumpai saat perjalanan pulang.

Keduanya keluar dari dalam mobil lalu bergandengan tangan masuk ke supermarket. Disana keduanya membeli beberapa macam buah untuk Abel lalu di bungkus apik dalam bentuk parcel. Keduanya pun kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanannya.

Baru sepertiga perjalanan, ponsel Marinka berdering. Ia melihat Ibunya telepon. Ia pun mengangkat teleponnya. Belum sempat ia mengucap salam, Marinka mendengar suara panik sang ibu dari sebrang sana. "Rin... Angga Rin. Angga demam dan muntah muntah. Kamu cepetan pulang nak." ucap Yatmi ibunda Marinka.

"Astagfirullahaladzim... Iya bu iya. Ririn sama mas Rafka pulang sekarang." ucap Marinka panik membuat Rafka yang duduk disamping kemudi bertanya-tanya. "Mas kita kerumah ibu mas. Cepet." ucap Marinka panik.

"Kenapa sayang? Ada apa?"

"Angga mas...Angga." Marinka terlihat semakin panik. Air matanya meluncur begitu saja. Rafka pun segera memutar mobilnya ke arah rumah mertuanya.

"Angga kenapa sayang, hm." tanya Rafka khawatir. "Tadi ibu telepon kalo Angga demam terus sekarang muntah muntah. Ayo lebih cepat lagi Mas. Aku takut Angga kenapa kenapa."

"Iya sayang iya. Sabar ya."

Rafka mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Setengah jam kemudia, keduanya pun tiba di rumah Yatmi dan Darno. Marinka langsung berlari keluar dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Rafka menyusul di belakangnya.

Rafka mendengar tangis istrinya pecah. Ia bergegas masuk ke dalam kamar putranya dan melihat tubuh putranya sudah basah dengan muntahannya. Marinka tengah mengganti pakaian putranya dengan pakaian yang kering.

"Angga kenapa Bu Pak?" tanya Rafka sambil menggendong Angga dan membaringkannya diatas ranjang. Marinka langsung memeluk tubuh putranya yang teraba sangat panas. "Bapak dan Ibu juga tidak tahu. Tadi saat dibangunkan untuk mandi dan sarapan, Angga sudah seperti ini. Itulah mengapa ibu telepon kamu." ujar Yatmi.

"Sayang Angga makin demam. Ayo kita bawa ke rumah sakit." usul Rafka. Marinka menganggukkan kepalanya. Tubuh rafka segera berpindah ke pelukan ayahnya. Rafka membawa putranya itu ke sebuah rumah sakit.

Mereka cukup lega karena Angga mendapatkan penanganan baik sehingga sakitnya tidak terlalu parah. Angga di diagnosa dokter keracunan susu formula. Yatmi mengatakan saat tadi masuk ke dalam kamar, ia melihat Angga tengah menghisap botol susu yang hampir kosong. Yatmi mengira kalau susu yang cucunya minum adalah susu yang masih baru.

Tapi saat melihat Angga tiba tiba muntah dan badannya agak menghangat barulah Yatmi tahu kalau susu yang di hisap Angga adalah susu basi. Angga memiliki ketahan tubuh yang kurang Bagus. Belum lagi perutnya amat sensitif. Jika salah makan ia akan muntah dan demam.

Marinka menangis tersedu-sedu. Bagaimana bisa ia ceroboh seperti itu. Ia hanya menitipkan putranya sebentar tapi kini putranya harus dirawat karena sakit. Ia semakin merasa bersalah terhadap putranya.

"Angga anak kita yang kuat sayang. Angga pasti sembuh dan kembali ceria lagi." ucap Rafka menenangkan istrinya.

***

TBC

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang