Dua belas (Re-Publish)

12.8K 595 60
                                    

Gruduk

Grudukk..

Gruduuuukkk...

"Woy Kang. Mau kemana pagi pagi." seru Renata dari dapur saat melihat Rafka lari terburu-buru dipagi buta.

"Sorry kak aku pamit. Aku mau sarapan dirumah Ririn. Dah bye." Renata menggelengkan kepalanya lalu kembali memasak sarapan untuk suami dan adik bungsunya yang masih terlelap.

Sudah kebiasaan Renata untuk menyiapkan sarapan bagi sang suami. Apalagi sang bunda tengah ikut papanya dinas keluar kota, alhasil ia pun memasak cukup banyak untuk keluarganya.

Tubuhnya terasa lelah. Seperti biasa ia kembali digarap oleh suaminya setelah selesai solat subuh berdua. Padahal sebelum tidur, ia sudah memberi jatah suaminya tapi tetap saja sang suami minta jatah lagi selepas sholat dan kini tengah terlelap setelah diberi jatah dua ronde.

Semalam suaminya pulang tidak terlalu larut. Sang suami langsung minta jatah karena seharian lelah bekerja. Belum lagi ditengah kegiatan panas mereka, Putri cantiknya terbangun karena haus. Mengingat kejadian semalam membuat Renata tersenyum geli. Bisa bisanya sang suami terus lanjut menggempur dirinya yang tengah menyusui di cantik.

Tapi berkat goyangan yang ayah, si cantik pun cepat terlelap. "Kenapa sih sayang pagi pagi udah senyam senyum sendiri." ucap sang suami sambil memeluknya dari belakang.

Renata mencium mesra sang suami. "Gpp pah keinget semalem. Cantik ampe enak di goyang goyang papa. Langsung pules padahal mama lagi ngilu ngilunya di goyang papa." ucap Renata malu. Ia menyembunyikan wajah merahnya didada sang suami.

"Cantik aja suka apalagi mama. Iya kan." Renata mengangguk. "Pah gimana kalo mama isi lagi? Mama telat suntik gara gara sibuk di gempur papa belum lagi pas di rumah sakit mama sibuk urus pasien sana sini." ucap Renata khawatir.

"Loh kenapa bingung sayang. Kan dihamilin sama suaminya. Ya ngga papa kalo mama isi lagi. Papa seneng." ucap sang suami sambil mengelus perut Renata lembut.

"Tapi Pa Cantik masih kecil. Masih tujuh bulan. Masa iya udah lepas asi gara gara mamanya isi lagi. Kasihan Pah."

"Emang mama yakin udah isi? Udah ngecek belum?"

"Belum ngecek sih tapi mama udah lewat sepuluh hari dari jadwal suntik KB Pah."

"Yaudah nanti kita periksa lagi aja ke dokter Siska ya. Kalau pun mama isi lagi ya alhamdulillah. Itu rejeki ngga boleh ditolak. Papa juga ngga keberatan mama isi lagi." Renata dicium mesra oleh sang suami. Ia membalasnya dengan mesra juga.

"Papa sih dari sehabis nifas sampe sekarang ngga kasih mama libur sehari aja. Libur juga pas mama lagi haid." gerutu Renata.

"Ya habis mau gimana. Papa doyan mama juga doyan. Kalo urusan ranjang mah ngga mungkin ada bosennya Ma. Yang ada pengen nambah terus."

"Ih papa nakal."

"Nakal juga sama mama kok."

Saat mereka akan kembali berciuman keduanya dikagetkan dengan suara deheman Rafly yang tengah menatap mereka risih.

"Permisi bisa ngga mesra mesraannya dikurangi. Atau paling ngga dikamar aja ngga usah ditempat umum kayak dapur." protes Rafly bete.

Renata dan sang suami tertawa. "Makanya buruan nikah bro. Enak loh mau ngapa ngapain juga. Yuk sayang bikin dedek lagi buat Cantik." Rafly melongo mendengar ajakan kakak iparnya.

"Nambah anak lagi?! Woy Cantik aja masih kecil. Masa iya nambah anak lagi." teriak Rafly kepada pasangan suami istri itu. Ia pun menggelengkan kepalanya.

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang