Dua Puluh Sembilan (Re-Publish)

6.2K 475 24
                                    

Yang kangen Kakang-Marinka mana suaranya ??
Maaf ya lama banget munculnya biar ga cepet tamat hehe...
Monggo di baca tapi jangan lupa ⭐️nya yang banyak ya 😉😊

***

Sebelumnya...

Rafka tengah dilanda galau karena ia harus rela meninggalkan istrinya yang tengah hamil muda selama sebulan lamanya karena bisnis properti yang tengah digarapnya mengalami masalah.

Rafka berusaha meminta tolong sodara kembarnya tapi Rafka yang harus bertanggung jawab penuh mengenai proyek tsb.

***

Marinka keluar dari kamar putranya. Ia menghampiri Rafka yang sudah menunggunya di ruang TV. Rafka merentangkan tangannya menyambut sang istri yang sangat manja sejak kehamilan keduanya. Tangannya mengelus perut istriny yang masih tertutup baju daster.

"Assalammualaikum anaknya ayah. Lagi apa didalem sana sayang?" Sapa Rafka didepan perut istrinya. Diciuminya dengan penuh cinta lalu ia beralih mencium dahi dan bibir istrinya. Rafka nyaris khilaf jika sedang berduaan dengan istrinya itu. "Maaf sayang." Bisik Rafk yang nyaris menyatukan dirinya dengan sang istri.

Marink menggeleng. Ia tahu sejak hamil lagi Rafka terlihat menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Suaminya benar-benar mendengarkan nasehat dokter kandungannya untuk tidak terlalu sering berhubungan intim. Selain karena kondisi Marinka lemah sejak hamil lagi, sang suami juga takut buah cintanya itu kenapa kenapa. "It's oke Ayah." Marinka memeluk suaminya.

Keduanya pun terdiam beberapa saat. Pandangan mereka tak lepas dari tayangan komedi di televisi. Marinka semakin mengeratkan pelukannya ditubuh kekar Rafk. "Ayah... katanya ada yang mau ayah omongin tadi setelah abang Angga tidur. Emang mau ngomongin apa?" Tanya Marinka penasaran.

Rafka menghela nafas berat. Marinka mendongakkan kepalanya melihat ekspresi suaminya yang tampak gelisah. Tangannya mengelus wajah tampan itu. Iya yakin suaminya kelihatan bingung untuk mengatakan suatu hal kepadanya. "Gapapa sayang bilang aja. Insya allah ibu gapapa." sahut Marinka dengan perasaan kalut. Tapi ia tidak boleh membuat suaminya semakin gelisah. Sebuah senyum terbit di wajahnya.

Rafka semakin tak tega melihat senyum pura-pura istrinya. Diraihnya kepala Marinka lalu dicium dahinya cukup lama. Rafka menatap wajah istrinya. Dengan mantap ia mengungkapkan kegelisahannya itu. "Sayang... kamu tahu kan kalo ayah punya proyek di luar negri tepatnya di London." ucap Rafka sambil melihat ekspresi istrinya.

Marinka menganggukkan kepalanya. "Nah selama hampir setahun pembangunan, ternyata ada kendala dan ayah harus pergi ke London kurang lebih satu bulan buat mencari dimana kesalahannya." ucap Rafka tanpa mengalihkan tatapannya dari Marinka.

Marinka belum memperlihatkan ekspresi apapun dan justru membuat Rafka semakin gelisah dan takut. "Sayang kok diem sih?"

Marinka masih shock. Ia tak tahu harus berkata apa mengenai kepergian suaminya ke London selama sebulan. Setelah beberapa saat terdiam, tiba-tiba air mata Marinka pun menetes satu persatu. Rafka memeluk istrinya yang tampak sedih. Marink semakin memeluk erat tubuh suaminya. Tangisnya semakin lama semakin tak bisa diredam.

"Ya allah sayang maaf." bisik Rafka sambil mengelus kepala istrinya.

***

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang