24. precious

1.8K 241 18
                                    

Sekitar satu jam yang lalu Hira telah terbangun dari pingsannya. Kini wanita itu tengah terduduk di atas bangkar dan menatap lurus ke arah jendela yang tertutup gorden tipis tapi masih dapat memancarkan cahaya.

 Kini wanita itu tengah terduduk di atas bangkar dan menatap lurus ke arah jendela yang tertutup gorden tipis tapi masih dapat memancarkan cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hangyul yang semenjak lima belas menit tadi keluar membeli makanan terdiam di tempat ia berdiri sambil menatap punggung Hira.

Cewek itu hanya terduduk diam di sana tanpa bergerak sama sekali.

Hangyul bingung harus memulai dari mana. Sebenarnya dirinya masih memikirkan perkataan keterlaluannya beberapa waktu lalu. Ingin meminta maaf pada Hira tapi dirinya takut kalau cewek itu tidak memaafkan dirinya.

Sekantong roti isi yang di belinya di kantin rumah sakit tadi masih ia genggam selagi sepasang kakinya perlahan melangkah ke arah dimana Hira berada.

"Ekhm!"

Hira tak bergeming sedikit pun.

Hangyul menelan salivanya gugup. Aura di dalam ruangan ini seketika saja sangat menyesakkan dadanya.

"Makan dulu nih. Gua beliin lo roti isi"

Hangyul perlahan menempatkan dirinya di samping Hira. Menatap wajah bagian samping cewek itu dengan lekat.

Cantik.

Itu yang Hangyul pikirkan setelah ia menarik lagi kantong makanan itu karena Hira tidak mengambilnya.

Memilih menaruh kantong itu di nakas. Hangyul bergeser lagi, kini mengambil kursi tak bersandar yang berada di dekat sofa, menariknya dan duduk di atasnya.

"Gua minta maaf"

Hira masih betah mengatup bibirnya.

"Ra? Gua minta maaf banget. Gue tau kalo perkataan gue beneran nyakitin perasaan lo, seharusnya gue nggak ngomong gitu"

Kini Hira tampak tertunduk. Menggerakkan satu tangannya untuk mengelus perut buncitnya.

"Kenapa Ra? Lapar?"

Hangyul langsung sigap berdiri untuk mengambil kantong makanan yang ia beli tadi.

"Janin gue"

Dua kata yang barusan keluar dari mulut Hira sukses membuat Hangyul terdiam.

Seakan mengerti dengan ucapan Hira tadi. Tangan Hangyul bergerak mengusap punggung rapuh cewek itu.

"Janin lo nggak kenapa-kenapa. Plis Ra, kejadian semalam jangan sampai keulang lagi. Gue yang takut asal lo tau"

"Tapi gue benar-benar udah nggak kuat Gyul. Gue beneran mau mat-"

"Jadi perjuangan lo selama ini sia-sia?"

Hira mendongak mengerjap beberapa kali. Menatap sepasang manik mata jernih milik pria berambut coklat itu.

Hangyul tersenyum miring, menempatkan tubuhnya di sisi bangkar menghadap Hira.

Pregnancy | Hwang Yunseong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang