34. confession

1.7K 235 91
                                    

°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°
°
°
°
°

Dua puluh lima menit sudah berlalu begitu saja. Kini Hira, Hangyul, Ayah, Bunda serta Kak Yohan. Mereka semua tengah berkumpul di ruang tamu. Tidak ada percakapan yang terjadi.

Hira takut untuk memulai pembicaraan. Apalagi setengah jam yang lalu Bunda sempat pingsan saat membuka pintu dan melihat keadaan Hira dengan perut yang sudah membesar.

Tidak heran. Memangnya orang tua mana yang tidak kaget saat melihat anak perempuannya yang telah menghilang selama berbulan-bulan lalu tiba-tiba pulang dengan keadaan hamil tua?

Hira merasa kalau dirinya masih beruntung karena Ayah dan Bunda tidak mengusirnya. Dia di persilahkan masuk bersama Hangyul. Namun kalimat ungkapan maaf dan penyesalan yang telah Hira susun sedemikian rupa terpaksa buyar seketika sesaat dirinya melihat keadaan Bunda yang sangat mengkhawatirkan.

Badannya sangat kurus.

Matanya cekung.

Rambutnya nyaris menipis.

Bunda terlihat sangat tidak sehat. Bunda tidak sebugar dulu. Apa itu semua karena dirinya?

Seketika Hira merasakan rasa bersalah yang paling besar dalam hidupnya.

Ia menunduk berusaha untuk menahan air mata agar tidak jatuh. Untung saja Hangyul menyadari keadaan Hira, dengan cepat ia meraih telapak tangan Hira dan menyematkan kelima jarinya di sela-sela jari wanita itu dan terus berusaha meyakinkan Hira untuk berbicara terus terang.

Hira beralih menatap Hangyul. Senyum serta sorot mata pria itu telah mampu mengumpulkan keberanian dirinya lagi. Kali ini Hira menarik napasnya dalam, menatap Ayahnya dengan penuh keberanian dan siap menerima resiko.

"Ayah, Bunda, Kak Yohan. Hira mau menjelaskan sesuatu"

Ayah berdiri tanpa mengucapkan  satu kata pun, lalu kemudian mendekati Hira yang mendongak menatap bingung dengan tingkah pria yang telah masuk kepala empat itu, dan...

Plak!

"Jadi kamu pulang karena ingin menunjukkan kalau kamu hamil?! Apa kamu nggak tau malu?"

"Ayah..." Air mata Hira tergenang di kedua pelupuk matanya. Masih mendongak menatap mata nyalang Ayahnya. Hira terus meraih tangan Ayah berusaha untuk terus memohon ampunan atas kesalahannya.

"Ayah! Jangan kasarin Hira!" Suara dari Kak Yohan tidak mampu membuat suasana menjadi tenang.

Bunda yang masih duduk terdiam dengan air mata yang terus jatuh menghujani seluruh wajahnya. Serta Hangyul yang melotot kaget saat melihat seorang Ayah menampar anak perempuannya.

Pregnancy | Hwang Yunseong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang