29. leave her

1.4K 205 4
                                    

Jangan jadi siders juseyoooo

---------

Hangyul tak dapat menahan rasa kegugupannya, disaat seperti ini kenapa dirinya harus di pertemukan kembali dengan Yera.

Seungyoun yang menjadi akar dari semua ini telah pergi ke lantai satu sejak lima belas menit yang lalu.

Sebuah kalimat perpisahan dari Seungyoun masih terngiang-ngiang di kepala Hangyul.

"Selamat bersenang-senang"

That bastard. Benar-benar membuat Hangyul jengkel setengah mati, apa maksudnya mengundang Yera kesini. Malam-malam, sendirian, dan...

Siapa yang akan membawanya pulang nanti?

Kini Hangyul hanya bisa terduduk kaku saat Yera hanya menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Bibir Hangyul kaku, bagaikan di gembok agar tidak dapat berbicara.

Dan sialnya ia kembali teringat akan kilas kejadian dulu.

Tangisan Yera yang terdengar sangat pilu kini tengah memenuhi isi kepalanya.

"Gimana kabar kamu?"

Pertanyaan yang barusan terlontar dari mulut Yera barusan berhasil membuat Hangyul terkejut. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum bibirnya terbuka hendak menjawab pertanyaan Yera.

"Baik"

Bodoh. Seharusnya kata 'maaf' yang keluar.

Oke, Hangyul mulai menarik napasnya dalam-dalam, menguatkan jiwa dan raganya dan juga mempersiapkan hatinya kalau-kalau Yera akan mencercanya atau mengatakan hal yang tidak mengenakan untuk kelakuan dirinya yang dulu.

"Aku minta maaf"

Yera sedikit menarik kedua sudut bibirnya. Jauh di dalam sana, hati kecil milik Yera tengah bermekaran akan bermacam-macam bunga. Selama ini ia mencari keberadaan Hangyul yang menghilang setelah kejadian itu. Kini dirinya sudah sedikit tenang setelah ia mendengar Hangyul mengucapkan kata maaf tepat di depannya.

Yera memang sudah melupakan tragedi pahit yang membuat dirinya hamil dan melakukan aborsi terhadap darah daging dirinya dan Hangyul itu. Namun, Yera harus mengakui, sangat sulit melupakan Hangyul. Biar bagaimana pun, laki-laki ini lah yang selalu ada di sisinya dulu. Baik Yera sedang berada di masa paling terpuruk pun Hangyul tidak pernah meninggalkan Yera.

Satu hal kecil yang selalu Yera rindukan dari Hangyul adalah senyuman dan guyonan-nya yang terkenal sangat ceplas-ceplos itu.

"Aku udah maafin kamu dari dulu," Yera mengambil kedua telapak tangan Hangyul dan menggenggamnya, lucu. Tangan pria itu sangat dingin, padahal suhu disini tidak terlalu rendah. Apa dia gugup?

"Jangan merasa bersalah lagi, kamu nggak boleh sedih terus"

Hangyul menelan salivanya dengan sedikit usaha, karena entah kenapa sangat sulit mengontrol tubuhnya untuk saat ini. Laki-laki itu tak percaya bahwa Yera masih sama dengan Yera yang dulu. Yera yang perduli dengan orang lain dan masa bodo dengan dirinya sendiri.

Hangyul tertunduk, ia merasa telah menjadi orang yang paling rendah di dunia ini saat Yera dengan mudahnya masih bisa tersenyum padahal dulu dirinya pernah hampir meregang nyawa saat melakukan kegiatan aborsi dan juga...

Bunuh diri.

"Kalo kamu mau tampar aku, tampar aja. Kalo kamu mau tendang aku, tendang aja. Kalo kamu mau marahin aku, marahin aja. Setidaknya jangan semudah itu kamu memaafkan semua kesalahan besar aku terhadap kamu"

"Hanya dengan kata 'udah maafin dari dulu'. Aku ngerasa kalo aku itu cowok yang paling cemen di dunia, Ra"

Sekali lagi Yera menarik kedua sudut bibirnya. Jika kalian lihat di luar Hangyul memang laki-laki yang sangat manly dan sangat mengedepankan image akan seorang laki-laki yang cool. Akan tetapi, Hangyul akan berubah jika ia sedang bersama Yera. Sifat aslinya yang terbiasa manja dan hiperaktif akan muncul begitu saja. Yera bersyukur hal itu hanya terjadi padanya. Setidaknya untuk kali ini Yera masih dapat melihat watak Hangyul yang ia rindukan.

Pregnancy | Hwang Yunseong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang