32. our last

1.7K 236 42
                                    

Disaat matahari mulai menghilang di bawah garis cakrawala sebelah barat, di saat itu Hira merasakan hatinya juga ikut meredup. Mungkin matahari bersedih akan usainya pekerjaan dalam menyinari bumi, sama halnya dengan Hira.

Dirinya bukan hanya sedih melainkan juga hancur di waktu yang sama. Orang yang ia sayangi telah pergi bersama orang lain. Semua orang terdekatnya mulai menemukan kebahagiaan mereka masing-masing. Tapi tidak dengan dirinya.

Hira selalu menganggap kalau ini semua adalah hukuman untuk kesalahan yang ia buat. Akan tetapi apa ini semua terlalu berlebihan? Maksudnya, Hira yakin semua manusia bisa berubah menjadi yang lebih baik, memperbaiki kesalahan dan tidak mengulanginya lagi. Tapi kenapa dirinya sama sekali tidak di beri kesempatan untuk memperbaiki diri walau sedikit pun? Semarah itukah Tuhan pada dirinya?

Meletakkan pena di atas meja dan menutup buku hariannya. Hira mulai bangkit dari duduknya dan menatap ke luar balkon. Ia harus mengingat pemandangan senja ini betul-betul. Karena mungkin inilah hari terakhirnya untuk menetap di apartemen ini. Karena sesudah itu Hira memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya.

Wanita itu sudah memantapkan hatinya, ia sudah siap jika akan di marahi, ia juga sudah siap jika akan di usir. Semuanya telah ia persiapkan. Bahkan koper dan sedikit uang saku telah tersusun rapi sebagaimana ia menyusunnya tadi.

Kini hal yang ingin ia lakukan untuk yang terakhir kalinya adalah.

Berpamitan dengan Hangyul.

Hira masih ingat kalau Hangyul mengatakan padanya kalau ia membenci dirinya. Tapi hanya untuk berpamitan apa pria itu tega untuk menolaknya?

Hira rasa tidak.

"Oke, ngomongnya baik-baik jangan sampe Hangyul marah-marah lagi" Ucapnya pada dirinya sendiri sebelum jari telunjuknya menekan bel pintu apartemen milik pria tersebut.

Setelah menekan bel itu sebanyak satu kali, Hira mulai menunggu sang pemilik membukanya. Dan tepat semenit setelah itu pintu pun terbuka menampilkan Hangyul dalam balutan sweater berwarna krem serta celana jeans berwarna hitam.

Raut wajahnya terlihat terkejut saat melihat Hira yang telah berdiri di depannya sekarang.

"Lo mau apa?" Berusaha menutupi kegugupannya. Hangyul terpaksa membuang tatapannya.

Hira tersenyum, walaupun berat tapi tetap ia paksa agar momen terakhirnya dengan Hangyul tidak akan berakhir buruk.

"Gue mau ajak lo ke taman apartemen sebentar. Mau ya?"

Hangyul sedikit membelalak lalu meneguk salivanya. Ada apa? Kenapa tiba-tiba?

"Udah malem, di luar dingin"

"Gue mohon, sebentar aja kok. Ya? Ya? Plisss"

Entah apa yang telah merasuki Hira, tapi tingkah wanita itu sangat lucu. Dengan setelan piama berwarna silver dengan rambut tergerai bebas dan perut yang menonjol itu membuat Hangyul tak kuasa menahan kegemasannya.

"Ck! Yaudah, entar gua ambil jaket dulu"

"Oke" Kata Hira dengan semangat di lengkapi dengan senyuman lebarnya.

Namun saat Hangyul kembali masuk kedalam apartemennya senyuman Hira perlahan luntur. Rasanya sangat lelah terlihat kuat di luar. Itu benar-benar membuatnya tidak kuat menahan rasa sakit di dalam. Tetapi demi mendapatkan perpisahan yang berarti Hira harus terus berusaha untuk tetap baik-baik saja dan ceria seperti biasanya di depan Hangyul.

***

(play i'm here for you–x1 now)🎼🎼

"Ngapain lo ngajak gue kesini?" Pertanyaan dari Hangyul tadi adalah awal dari pembicaraan mereka.

Pregnancy | Hwang Yunseong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang