Ruangan redup yang dipenuhi gawai-gawai para karyawan menemani sunyi Jennie Kim saat ini. Malam telah tiba. Dan lagi, baru saja menyiksa diri setelah ikut Kim Hanbin, kini Ia harus kembali bergelut dengan rasa lelahnya akibat deadline yang tak kunjung selesai ini.
Gadis itu mulai menghentikan aktivitasnya sejenak. Menyandarkan punggung ke arah kursi kerja sambil meregangkan badannya yang kembali terasa sakit. Jennie menguap sebentar ketika matanya menangkap Seungwan yang nampak mulai bersiap untuk pulang.
“Kau sudah ingin pulang?”.
Yang dilempar pertanyaan menoleh seraya bangkit dari duduknya. Seungwan mengangguk, “ketimbang menyakiti diri dengan bekerja terus, lebih baik aku pulang. Badanku tidak enak”, jawab gadis itu seadanya.
Jennie hanya mengangguk ketika Seungwan sudah mulai melangkah mendahului tempatnya. Sampai akhirnya gadis itu berdiri sejenak. Memutar badan untuk kembali menatap Kim Jennie yang kini tengah menoleh ke arah layar laptopnya.
“Apa terjadi sesuatu antara dirimu dan Presdir?”.
Jennie kembali menoleh, “ya... Kurasa. Banyak hal tak mengenakkan yang kualami bersama Presdir. Tapi aku yakin aku baik-baik saja”, jawabnya.
Seungwan ikut mengangguk, “baiklah. Kita lanjutkan percakapannya besok. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan kasurku”, gadis itu kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan. Disambut teriakan kecil dari Jennie, “semoga malammu, menyenangkan!”.
Melihat badan Seungwan yang sudah menghilang, gadis itu hanya mampu menghela nafas. Bagaimana bisa karyawan disini dapat pulang kapanpun tanpa takut terlambat mengumpulkan tugas? Sementara Kim Jennie mati-matian berjuang melawan amarah dan kantuk hanya untuk tugas-tugas menumpuk yang diberikan padanya. Sungguh hidup ini tidak adil!
Kim Jennie mulai melirik ke arah sekitar. Tak menemukan Jung Jaehyun disana.
Pria itu juga sudah pulang, ya?
Rasanya memang tak berguna jika membanding-bandingkan diri yang sudah menjadi bahan omongan satu gedung ini dengan mereka yang tak memiliki skandal apapun.
Berhenti merenungi nasib, Kim Jennie mulai kembali menggelutkan jemarinya dengan papan keyboard laptopnya untuk menyelesaikan tugas yang ada.
“Sudah kosong seperti ini, tapi masih bekerja? Teladan sekali”.
Jennie diam. Mendapati suara yang sumbernya terdengar sangat dekat dengannya.
Gadis bermata kucing itu bergeming. Menghentikan aktivitasnya sebentar sembari memutar kepala pelan.
“Aish.....”, Kim Jennie mengerjapkan mata sebentar ketika sebuah sumpah serapah hampir terucap olehnya.
Yang hampir disumpah serapahi malah tersenyum miring, “mau mengumpat di dalam kantor, ya?”, celetuknya.
Gadis itu berdecak. Melempar tatapan tak enak kepada si pria yang masih berdiri dibelakangnya itu, “kau siapa? Tak punya sopan santun, ya sampai mengagetiku begitu? Menyebalkan sekali, sih?”, gerutunya sebal sambil mulai sedikit menjauhkan kursinya dari posisi berdiri si pria.
Si pria kembali tersenyum. Mengulurkan tangan untuk berjabat kepada Kim Jennie yang masih nampak kesal dan bingung, “Park Jaebeom. COCEO perusahaan ini”.
Bukannya membalas jabatan tangan yang diberikan, gadis itu malah mengeluarkan tawa sumbangnya dengan ekspresi sombong, “COCEO katamu? Memangnya sejak kapan perusahaan ini memiliki COCEO? Aku melamar pekerjaan disini, dan tak pernah ada yang mengatakan bahwa perusahaan ini memiliki COCEO. Kau pikir aku akan tertipu, huh?”, semburnya percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You
Lãng mạnMenjalin kisah cinta selama hampir 6 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Bukan pula hal yang mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapi kedua belah pihak. Sama dengan Kim Jennie. Gadis cantik berumur 25 tahun yang harus melepas Kim Hanbin setelah m...