• nineteen •

1.2K 182 13
                                    

Park Jaebeom yang kini telah resmi menggantikan Kim Hanbin untuk sementara waktu itu nampak fokus dengan absen dan daftar yang diberikan oleh tujuh karyawan sekaligus.

Siapa yang akan menyangka jika pria itu juga memiliki ketampanan diatas rata-rata. Tak heran sebenarnya jika para karyawan norak itu memberikan absen dan daftar nama pekerja di gedung ini kepada sang CO-CEO.

Kim Yongsun masuk, bersamaan dengan beberapa kertas ditangannya. Wajahnya nampak lusuh melihat kertas-kertas dengan isi seperti yang ada di meja Jaebeom saat ini.

“Daftarnya ada lagi”, wanita itu langsung melemparkan kertas-kertas tersebut kehadapan Jaebeom yang masih terlalu fokus dengan isinya.

Kim Yongsun terdengar bergumam pelan, “bagaimana bisa gedung ini memiliki pemimpin-pemimpin tampan? Lihat bagaimana pekerjaanku yang semakin sulit”, cuitnya malas.

Jaebeom melirik wanita itu sebentar sambil berdehem, “jadi, total karyawan baru yang ada disini adalah 19 orang?”.

Yongsun menoleh. Seperti ada yang aneh. 19 orang katanya?

Wanita itu mulai datang mendekati meja, “lihat kertasnya”, pintanya dengan wajah lusuh. Membuat Jaebeom sedikit kesal.

Pria itu memberikan kertas yang ada. Yongsun sendiri meraihnya dengan sedikit kasar sambil mulai meneliti daftar nama para karyawan-karyawan baru tersebut.

Yongsun mulai melirik Jaebeom yang nampak menunggu. Tak lama wanita itu mengembalikan kertas tersebut kepada pria itu, “ya. Seluruh karyawan baru yang ada disini berjumlah 19 orang”, jawabnya tenang.

Jaebeom mengernyit, “mengapa jumlahnya berbeda dengan tahun lalu?”.

Yongsun malah berdecak sambil melipat kedua tangannya, “mana ku tahu! Lebih bagus seperti itu, kan? Jadi kantor tidak penuh!”.

Jawaban kurang beretika dari perempuan dengan jabatan ‘sang sekretaris Presdir’ itu membuat Jaebeom menarik nafas.

“Baiklah. Aku akan kembali mengumpulkan para karyawan baru. Aku harus mengenali mereka semua”, ujarnya lagi.

Untuk kesekian kalinya Yongsun berdecak, “terserahmu! Aku akan kembali bekerja”, ujarnya sambil mulai berbalik arah, melangkah keluar dengan lenggok yang memuakkan itu.

Jaebeom menatap gerak-gerik wanita itu sambil bergumam, “bagaimana bisa Kim Hanbin memilihnya sebagai seorang sekretaris pribadi ketika Dia tak memiliki attitude sama sekali?”.

|||

“Serius? Diantara kita tak ada yang menulis nama si karyawan sok itu?”.

Salah satu staff wanita yang baru saja menyedot minumannya itu tertawa, “kau pikir siapa yang mau menuliskan nama cecunguk itu? Energiku lebih berharga ketimbang harus menuliskan nama jeleknya”.

Perempuan yang lain kembali mengangguk setuju, “benar sekali! Tak ada yang benar-benar menganggap keberadaan si dungu itu”.

“Kecuali Seungwan cupu yang tak punya teman”, celetuk yang lain dibalas dengan tawa mengejek karyawan disana.

“Tapi aku sedikit takut”.

“Kenapa?”

“Aku takut Presdir Park mencuri hatiku. Aku harus menjaga hati ini untuk Presdir Kim”, ujarnya dengan suara yang dibuat-buat.

Perkataan itu mendapatkan respon kurang baik dari yang lain. Menyisakan sang perempuan dengan mulut bebeknya.

Kim Yongsun, yang tak sengaja mendengar percakapan seru itu tersenyum puas. Mereka benar-benar berada dipihaknya.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang