• twelve •

1.5K 231 43
                                    

Pagi itu kantor terlihat begitu sibuk. Jennie yang notabenenya adalah seorang karyawan pekerja keras yang tergolong baru juga harus kembali ikut merasakan kesibukan hari ini. Namun entah mengapa Ia terlihat begitu bahagia. Mengerjakan semua ini malah sedikit terasa menyenangkan baginya. Semuanya berjalan begitu saja.

Gadis itu sibuk memainkan keyboard komputernya sambil sesekali bersenandung. Sehingga menimbulkan sedikit tatapan heran dari beberapa orang yang duduk berdampingan dengannya.

Kim Jennie melirik meja disampingnya dengan manusia bernametag Yoo Hansung. Tersenyum, gadis itu menyapanya ramah, “semoga harimu juga menyenangkan”, ujarnya dengan raut wajah bahagia. Membuat Hansung sedikit menatap gadis itu heran.

Gadis ini mabuk, ya?”

Kim Jennie terus melanjutkan kerjanya. Hingga tiba-tiba beberapa buah berkas dengan keras membanting meja gadis itu hingga membuatnya sedikit terkesiap.

Kim Jennie telah disambut oleh Kim Yongsun yang nampak tersengal-sengal sambil menatapnya penuh amarah.

Tentu saja, hal itu membuatnya memprotes, “apa-apaan ini? Apa tak bisa menaruh tugas-tugasnya dengan sedikit lebih baik dan sopan?”, ujar Kim Jennie yang ikut membalas tatapan tajam Kim Yongsun.

Wanita menoleh dengan amarah yang terlihat di raut wajahnya, “kau yang apa-apaan! Mengapa dataku bisa ada denganmu, huh? Kau mencurinya agar kau bisa mengerjakannya dan dapat terlihat rajin dan teladan di hadapan Presdir dan semua orang? Menemani Presdir bertemu klien bukan berarti kau harus mengambil data milikku juga!”, sembur gadis itu dengan nada meninggi membuat keduanya kini menjadi bahan tontotan seisi kantor.

Jennie sudah mulai dapat mendengar desas desus nyaring yang pasti mereka ujarkan untuk dirinya. Memangnya kapan seorang Kim Jennie menjadi orang benar di hadapan karyawan kantor bahkan Presdir sendiri?

Tak memperdulikan sekitar, Jennie malah menyahuti, “mencuri katamu? Hey! Dengar, ya. Kau pikir untuk apa aku mencuri datamu ketika aku bisa mengumpulkan yang lebih baik lagi kepada Presdir, huh? Presdir sendiri yang memberikan datamu padaku dan menyuruhku untuk mengerjakannya. Ketahui dulu apa yang terjadi baru kau bisa mengambil kesimpulan!”, balas Jennie ikut menyembur.

Perdebatan semakin sengit ketika para karyawan lain bertingkah seolah sedang menonton acara debat politik.

“Berani-beraninya kau membawa nama Presdir dalam hal ini? Kau pikir kau siapa, huh? Sudah tak punya malu lagi, ya?”.

Jennie hanya mampu tertawa sumbang, menatap wanita bernama Kim Yongsun itu tidak percaya, “apa aku selancang itu untuk membawa nama Presdir? Tapi itu kebenarannya. Berhentilah mencari-cari kesalahanku. Kau akan kalah”, timpalnya mantap membuat Yongsun bergeming sebentar.

“Ingin mati, ya?!”, Yongsun mulai berteriak dan hampir bermain dengan tangannya untuk menarik kerah baju Jennie. Namun perdebatan hebat itu mulai berhenti ketika Kim Hanbin datang dari ruangannya. Menatap seisi ruangan dengan tatapan membunuh. Tak hanya membuat satu ruangan bergidik takut, tapi Kim Jennie juga. Gadis itu secara drastis berubah menjadi menunduk dan tak berani menatap kedatangan sang Presdir.

“Kantor sudah jadi ajang keributan, ya?”, sindir pria itu ketika dirinya telah sampai dimeja Kim Jennie. Gadis itu membungkuk untuk memberi hormat kepada Kim Hanbin. Sementara Kim Yongsun masih berdiri disana layaknya nyonya besar pendamping Kim Hanbin.

“Maafkan aku, Presdir. Tapi sekretarismu tiba-tiba datang dengan membawa perkara yang Ia ada-ada sendiri”, ujarnya dengan suara memelas.

Yongsun menatap gadis itu tak percaya seraya mendelik ke arahnya, “apa? Mengada-ngada kau bilang? Sampai sekarang kau masih berani menantangku yang jelas-jelas adalah seniormu? Ingin kuhancurkan reputasimu sampai kau---”.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang