• seven •

1.6K 237 27
                                    

Beberapa buah kertas terlihat begitu berantakan. Meja Kim Jennie saat ini dipenuhi oleh berbagai macam laporan tentang iklan yang akan segera rilis beberapa pekan mendatang. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal untuk menunjukkan rasa frustasinya. Laporan-laporan tersebut harus segera selesai hari ini karena akan dikirim kepada management artis soal konsep yang akan dipilih.

Tak ingin menyalahkan siapa-siapa, tapi Kim Yongsun benar-benar sudah menaruh dendam padanya. Bahkan mungkin sebelum Ia datang kesini.

Gadis itu merebahkan badannya dipunggung kursi kerja tersebut. Sedikit meregangkan badan karena sudah hampir seharian duduk di kursi kerja tanpa beranjak akibat semua tugas yang diberikan.

Kim Jennie melirik sekelilingnya. Menemukan para karyawan lain yang juga sibuk akan tugas yang diberikan saat ini. Tapi mengapa mereka nampak santai dan tak terbebani seperti itu? Apa tugas yang diberikan jauh lebih mudah darinya?

Berusaha tak ingin peduli, Jennie akhirnya bangkit dari duduknya. Sedikit mencuri lirikan kepada para rekan kerja yang masib sibuk dengan urusan masing-masing. Gadis itu melangkah menuju dapur untuk menyeduh kopi agar Ia bisa kembali bekerja dengan tenang.

Kembali menemukan sosok Son Seungwan disana yang juga tengah menyeduh teh hangat.

Oke. Beranjak dari kursi kerja sudah menjadi perkara buruk baginya.

“Jennie-ssi? Kau ingin membuat teh juga? Ingin kubuatkan sekalian?”, tanyanya dengan sangat ramah. Membuat Kim Jennie hanya bisa tersenyum culas ke arah gadis berkulit pucat tersebut.

Ia menggeleng pelan, “tidak. Tidak perlu. Aku bisa membuat sendiri. Lagi pula aku hanya ingin menyeduh kopi”, jawab Jennie seadanya. Ia ingin cepat-cepat menyelesaikan pembuatan kopinya agr dirinya bisa segera pergi dari situ.

Seungwan mengangguk paham, “Ah, baiklah kalau begitu”, jawabnya seraya terus mengaduk teh hangat tersebut.

Jennie tak menggubris. Sibuk meracik kopi buatannya dan berharap gadis cantik ini bisa segera pergi.

“Apa pekerjaanmu yang diberikan Yongsun-ssi sudah selesai?”, tanyanya lagi membuat topik pembicaraan baru.

Jennie menoleh. Hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan gelengan pelan. Malah mendapati Seungwan yang menghela nafas. Matanya menatap kedepan. Namun terlihat kosong. Jennie bergidik ngeri melihat perangai gadis ini.

Apa Dia anak indigo, ya?

“Semoga kau bisa mengerjakan semua tugas dari Yongsun-ssi. Dia akan sangat merepotkan semua orang dengan jabatannya sekarang”.

Ucapan gadis itu sukses membuat Jennie menoleh kearahnya. Menghentikan aktivitas menyeduh kopinya sebentar, “Yongsun itu... punya hubungan dengan Presdir, ya?”. Rasanya inilah kali pertama seorang Kim Jennie mau melemparkan satu pertanyaan kepada Seungwan.

Gadis itu cepat-cepat menggeleng, “tidak. Mungkin punya. Tapi hanya sebatas rekan kerja karena Yongsun adalah sekretaris pribadi Presdir Kim”, jawabnya.

Jennie mengangguk paham. Sedikit sesak ketika harus membayangkan bagaimana dekatnya kedua orang tersebut. Bisa saja Yongsun itu mencuri celah dengan menjual posisinya agar dekat dengan Kim Hanbin.

“Tapi pernah terdengar desas-desus kalau Yongsun dan Presdir Kim berpacaran. Karena semua pegawa tahu bagaimana pedulinya Presdir Kim kepada Yongsun. Dan itu mungkin menjadi alasan mengapa Yongsun jadi sedikit seenaknya kepada karyawan lain, terlebih yang masih baru sepertimu”, paparnya lagi.

Jennie menahan nafas. Ia tak tahu apa yang harus dirinya rasakan mebdengar semua penjelasan yang diberikan Seungwan padanya. Maksudnya, Ia paham betul apa yang dibicarakn gadis itu. Peduli katanya? Lihat saja insiden saat Kim Jennie mendorong Yongsun. Pria itu dengan aksi yang terlalu berlebihan langsung meminta staff lain untuk segera membawanya ke rumah sakit. Ya, sepeduli itu dirinya kepada seorang Kim Yongsun.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang