• thirty two •

1.5K 237 46
                                    

Suasana gelap sudah mulai hadir. Seharian penuh, seorang Jennie Kim berkeliling kota Seoul dengan berjalan kaki, menenteng sepatunya yang sedari tiga jam yang lalu membuat kakinya pegal. Ia tak ingin pulang. Disaat seperti ini, tak ada tempat yang benar-benar bisa Ia jadikan rumah. Seorang pria yang sempat Ia cintai hampir seumur hidup itu tega mempermalukannya didepan semua orang. Menurunkan derajatnya sebagai perempuan. Kim Jennie tak pernah menyangka itu.

Bulan mulai terbit, gadis dengan kondisi berantakan dengan kostum kaonashi yang masih menyelimuti tubuhnya itu menatap sendu sebuah pub yang terlihat cukup ramai itu. Tak ada rumah untuk pulang. Tapi mungkin seteguk alkohol bisa menjadi obat penenang. Paling tidak minuman berbahaya itu dapat menumpulkan ingatannya soal si brengsek yang tak mau Ia ingat namanya lagi itu.

Kim Jennie melangkah masuk. Tak akan pernah heran jika seluruh pasang mata kini menjuru ke arahnya. Lagipula Ia tak bisa menyalahkan mereka. Kondisi pakaiannya saat ini memang berpotensi untuk mengundang gunjingan-gunjingan dari mereka.

Gadis bermata kucing itu tak menghiraukan. Dengan mencoba menghilangkan eksistensi manusia-manusia itu dari pandangannya, Ia mulai berjalan menuju meja bartender. Menumpukan kepalanya diatas meja tersebut. Dengan tidak sadar Ia juga menaruh sepatunya diatas meja bartender tersebut.

"Berikan aku apapun yang bisa membuatku hilang akal".

Sang bartender muda itu terdiam. Menatap lekat Kim Jennie yang nampak begitu depresi. Ia sudah dapat menilai bahwa gadis itu nampak begitu dalam tekanan besar. Ditambah lagi kondisi pakaiannya yang membuat spekulasi tersebut menjadi lebih kuat.

"Jangan tanyakan apapun! Berikan saja apapun yang bisa membuatku hilang akal!", Kim Jennie cepat menyanggah ketika melihat sang bartender yang baru saja akan membuka mulutnya.

Sedikit kalut, bartender itu mulai berbalik, melangkah untuk mengambilkan satu botol penuh minuman alkohol champagne dan memberikannya kepada Kim Jennie. Gadis itu secara tidak bersahabat langsung meraih botol tersebut dan memberikan satu lembar uang 50000 won kepada sang bartender tanpa pikir panjang.

"Ambil kembaliannya! Aku tidak membutuhkannya!", ujarnya lagi dengan sedikit kasar lalu mulai beranjak pergi seraya menenteng kembali sepatu miliknya.

Dunia terasa begitu kejam hingga satu botol champagne yang Jennie yakin tak sampai 50000 won itu bisa menjadi obat penenangnya.

Gadis itu mulai meneguk minuman dengan kadar alkohol tinggi tersebut. Belum apa-apa saja, efek yang diberikan sudah sangat kelihatan. Matanya terasa mulai berkunang-kunang dan perutnya juga terasa mual. Namun dirinya memaksa untuk meminum lagi.

Kim Jennie merasai bumi berputar keatas dan kebawah dengan dirinya yang terasa ikut berputar juga. Malam gelap yang disinari cahaya bulan dan lampu-lampu dari bangunan dikota tersebut tetap membuat penglihatannya buram. Padahal rasanya baru beberapa detik yang lalu Ia meminum benda tersebut.

Tak kapok dengan efek yang diberikan, gadis itu meneguk kembali minuman tersebut sampai dirinya benar-benar tak kuat lagi berdiri dan terduduk begitu saja di bangku yang disedikan di sekitar pedestarian.

Jennie mulai mengigau.

"Jennie-ya!".

Samar-samar telinganya dapat mendengar suara seseorang memanggil namanya. Hanya sekali. Setelah itu suara itu menghilang. Namun kembali terasa seseorang hadir dan memopong dirinya yang sudah lemah.

Jennie sudah mabuk berat.

***

Maaf, nomor yang Anda tuju tidak sedang dalam masa daring. Silahkan coba lagi beberapa saat.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang