• thirty •

1.4K 253 38
                                    

Tepat dua jam setelah Kim Jennie benar-benar angkat kaki dari kantor dan entah pergi kemana, Kim Hanbin akhirnya bangkit dari kursinya dengan pandangan elang yang membuat semua orang takut. Pria itu berhenti ditengah-tengah para karyawan yang masih sibuk bekerja seolah insiden Kim Jennie yang dipermalukan tadi benar-benar tak pernah terjadi.

Pria itu menemukan Kim Yongsun yang tengah bercengkrama dengan beberapa karyawan. Ia tak peduli dengan apapun yang mereka bicarakan. Tapi wanita itu nampak begitu semangat.

“Kim Yongsun!”, panggilnya dengan suara lantang dan dingin, membuat seisi ruangan langsung membelokkan pandangan ke arah sang Presdir tampan itu.

Sontak Yongsun juga ikut menghentikan aktivitas. Kembali berbicara sebentar dengan mereka lalu mulai melangkah ke arah Kim Hanbin dengan senyum simpulnya.

“Ikut aku”, pria itu kembali berujar dengan suara dingin, bahkan ketika Yongsun masih belum berhenti melangkah.

Wanita itu mengernyit ketika sang Presdir melanjutkan jalannya dengan tatapan tajam menuju ruangan kebesarannya. Keadaan mencekam semakin terasa kala pria itu tiba-tiba mengunci pintu.

Yongsun menenggak saliva, berusaha berpikir positif. Apa pria ini ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan dengannya? Ditengah jam kerja seperti ini?

Pria itu mulai mendekat ke arah Yongsun. Menggenggam erat bahu wanita itu dengan tatapan tajam, “apa yang kau lakukan dibelakangku?”

Yongsun kembali mengernyit. Apa pria ini benar-benar sudah berpikir mereka official secara diam-diam?

Eum? Apa yang kulakukan? Aku tak melakukan apapun. Kau benar-benar menganggap kita sudah official?”, tanyanya dengan senyum sipu yang Ia sembunyi-sembunyikan.

Kini giliran Hanbin yang mengernyit. Pria itu menghela nafas kasar sambil memutar matanya malas, “jangan pernah berharap kalau aku mau dengan perempuan sepertimu. Kau beruntung karena aku tak mengatakan ini didepan karyawan lain. Apa yang kau perbuat kepada Kim Jennie, huh?”, pria itu to the point langsung mengatakan masalah dari manusia yang digadang-gadang adalah sekretaris pribadinya.

Yongsun sontak langsung membulatkan mata. Bukan karena pertanyaannya tentang Kim Jennie, tapi pernyataan bahwa Ia tak menginginkan Yongsun, “kau tak pernah memberikanku ruang dihatimu? Selama ini aku yang menemani perjalananmu dan kau bilang kau tak menginginkan perempuan sepertiku? Apa maksudmu, huh? Aku mencintaimu, Hanbin-ah!”, gadis itu mulai berteriak soal pernyataan Hanbin barusan.

Namun pria itu malah kembali memutar matanya, “ini bukan waktunya untuk dirimu menyatakan cinta! Apa yang kau lakukan kepada Kim Jennie. Katakan!”.

Yongsun nampak menahan nafas, “jadi kau menuduh aku yang membuatnya berpakaian seperti badut kesasar seperti tadi? Kau pikir untuk apa aku melakukannya?”.

Pria itu mulai memejamkan mata geram, “Banyak hal yang membuatmu tega melakukannya! Aku tak ingin menyalahkan siapapun, tapi kau yang memulai mempermalukannya di depan seluruh karyawan dengan tidak tahu diri. Apa kau tak pernah belajar memposisikan diri, huh? Aku selalu menyanjungmu atas kerja kerasmu sampai kau berada di posisi sekarang. Tapi aksi murahanmu berhasil membuatku membuka mata. Kau bukan wanita baik yang patut untuk disanjung”, Hanbin kembali menggertak wanita itu dengan kata-kata pedasnya.

Ia mulai membalikkan badan untuk keluar dari ruangan kebesarannya itu. Namun Yongsun yang nafasnya mulai terengah kembali menghentikan langkah Kim Hanbin untuk pergi, “jangan pergi! Mengapa kau jadi membela dan khawatir dengan si pencari muka itu? Itu murni kesalahannya. Aku yakin, itu pasti trik agar Dia bisa mendapat perhatianmu! Buka matamu!”.

“Diam!”.

Teriakan Kim Hanbin sukses membuat Yongsun ciut seketika. Dengan rasa hormat yang tak ingin Ia kurangi, Kim Hanbin segera melepas genggaman tangan wanita itu, “kau akan kaget jika aku menyatakannya. Jangan kau sesekali mengatakan hal buruk tentang gadis itu! Karena nyatanya kaulah perempuan yang menjadi pencari muka disini!”.

Yongsun kembali menahan nafas. Berusaha untuk kembali menghentikan langkah Kim Hanbin dengan menahan tangannya, “mengapa kau melakukan ini? Kau tak pernah membentakku sebelumnya! Mengapa aku tak bisa mengatakan hal buruk tentang wanita gila dan bodoh itu..?”,

Kim Hanbin dengan segala emosi yang meluap kembali berbalik dan menyambar ucapan Yongsun barusan, “karena aku mencintainya! Aku mencintai wanita gila, bodoh dan pencari muka yang kau maksud itu. Jadi apa yang mau kau lakukan! Lepaskan aku sebelum aku mengeluarkan kata kau dipecat dari sini!”, tangan kekar pria itu kembali Ia gunakan untuk melepas tangan Yongsun darinya.

Kim Hanbin keluar dari ruangan. Meninggalkan Yongsun dengan tatapan berair dan dada yang bergemuruh disana.

Ia tak mempercayai dirinya sendiri.

Bagaimana bisa kalimat “aku mencintainya” keluar dari mulutnya begitu saja? Bagaiamana bibirnya bisa dengan mudah mengatakan Ia masih mencintai Kim Jennie?

Kim Hanbin hilang akal. Benar-benar tak tahu apa yang harus Ia lakukan dengan perkataannya barusan terhadap Yongsun.

Menapaki alur menuju lift, Ia menemukan Jaebeom dengan senyum merekah dari jauh layaknya anak-anak. Ia tahu senyuman itu diarahkan untuknya. Tapi tangan kekarnya dengan refleks langsung menghantam wajah indah Jaebeom, membuat pria dengan posisi Co-CEO itu harus terjengkang ke atas lantai.

“Cecunguk brengsek! Bagaiamana bisa kau mencium Kim Jennie seperti itu?!”, tatapan amarah kembali mencuat dari mata elang Kim Hanbin saat pria itu mulai menarik kerah baju Jaebeom untuk kembali memukulnya. Namun pria dengan tato dilehernya itu dengan cepat menghentikan perbuatan senonoh Hanbin.

“Apa maksudmu menciumnya? Tak bisa kau bicarakan secara jantan? Jangan memukulku dulu!”.

Kim Hanbin nampak semakin geram melihat eksistensi pria didepannya itu.

“Kau mencium Kim Jennie di pusat perbelanjaan, kan? Kau melakukannya, kan? Aku yakin bukan Kim Jennie yang memulai untuk menciummu”, Kim Hanbin tak henti-hentinya melontarkan amarah.

Namun dengan segenap kepolosan sang Co-CEO, Ia malah membulatkan mata sambil menatap Hanbin tak percaya, “kau menguntit kami?”.

Pria itu naik pitam, “enyahlah kau bangsat!”, tinjuan keras kembali mengenai wajahnya. Ia tak memberikan ampun. Hanbin yakin, kepolosannya hanya menjadi strategi saat ini.

“Hanbin-ah! Henti...kan. Tolong”, nafas Jaebeom sudah terengah ketika telah banyak nampak memar di wajahnya.

Dengan cepat Kim Hanbin mulai melepaskan kerah baju Jaebeom. Membiarkannya meringis kesakitan disana.

“Aku tak tahu apa yang terjadi sampai kau mau memukuliku seperti ini. Jika kau menguntit kami, maka aku sangat tidak menyukainya. Perbuatanmu murahan. Aku menciumnya, karena aku mencintainya”, secara sadar pria itu menyatakan perasaan sebenarnya kepada Kim Hanbin agar tak terjadi kesalah pahaman.

Dada Kim Hanbin semakin bergemuruh. Kedua kalinya Ia dapat mendengar pria itu mengatakan bahwa Ia mencintai Kim Jennie.

Hanya tatapan elang yang membekas disana sebelum akhirnya Kim Hanbin pergi.

|||

Yuhuuu bty sudah apdeeeett
semoga masih ada yg terjaga dan baca, ngoehehehehehehe

gimana nii reaksi kalian terhadap Kim Hanbin yang menggemaskan? Atau lebih menggemaskan Jaebeom? Silahkan dituangkan :))

jgn lupa tinggalin jejak yaaa
uvu♥

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang