• thirty four •

1.6K 212 29
                                    

“Masih meratapi nasib, ya?”.

Kim Yongsun yang sedari tadi hanya bersimpuh di sofa kerjanya itu menoleh ketika Son Seungwan dengan lancang masuk ke ruangannya.

Ah, maaf Nyonya besar Kim Yongsun. Aku tidak bermaksud menganggu kesenduanmu”, gadis itu mulai melemparkan sarkasmenya sambil tersenyum kering.

Yongsun tak menghiraukan. Lebih memilih diam untuk sementara waktu setelah apa yang telah Ia lalui dan beberapa fakta yang Ia dapatkan baru-baru.

“Sungguh. Aku tak menyangka seorang Kim Yongsun terkalahkan oleh manusia norak seperti Kim Jennie yang sudah menyandang gelar mantan kekasih Kim Hanbin”, gadis berkulit pucat itu kembali memanaskan suasana. Membuat kepalan tangan Kim Yongsun mulai terlihat.

“Seharusnya aku tak mempercayaimu. Memangnya dari mana kau mengetahuinya?”, suara gadis itu meninggi. Mendapat tatapan balik Seungwan yang terlihat tenang.

“Yaampun, Kim Yongsun. Kau masih meragukan kemampuanku, ya? Apa kau lupa bahwa aku yang bisa membuatmu berada di posisi tinggi seperti sekarang ini? Lucu sekali”, tawa sumbang dari Seungwan mulai terdengar.

Gadis itu mulai mendekat ke arah Yongsun, mengamati eksistensi gadis yang sudah menjadi golongan wanita cantik untuk standar Korea itu. Bahkan dimatanya, gadis itu lebih cantik dari si badut Kim Jennie.

“Kim Jennie itu mantan pacar Kim Hanbin. Aku menemukan foto mereoa berdua di dalam laci Kim Jennie. Gadis itu bodoh sekali, kan? Meninggalkan meja tanpa mengunci laci dan mengamankan barangnya. Tanganku, kan jadi gatal untuk mengetahui semua hal tentang Dia. Kau tahu bagaimana senangnya aku ketika mengetahui latar belakang gadis itu? Itu artinya kau kalah saing, Ibu Sekretaris yang terhormat”, Seungwan mulai tersenyum jahat ke arah Yongsun yang masih diam.

Gadis itu mulai menjauh, “tapi sayangnya Kim Jennie juga ingin bermain-main denganku. Aku merelakan Kim Hanbin untukmu. Tapi aku tak akan membiarkan Jung Jaehyun jatuh kepelukannya. Jaehyun hanya milikku”. Seungwan terlihat berambisi. Membayangkan wajah Kim Jennie saja sudah sangat membuatnya muak.

Seungwan kembali berbalik ke arah Kim Yongsun, “aku akan membuat permainan yang seru dengannya. Akan terlalu seru sampai mungkin bisa memakan korban. Ingin ikut?”.

•|•

Pekerjaan hari ini memang terasa melelahkan. Bukan karena banyaknya tugas yang harus Ia kerjakan. Tapi karena Kim Jennie yang harus menahan hatinya yang kini lemah terhadap ocehan dan omongan orang. Semua orang terus membicarakan soal dirinya dan insiden memalukan waktu itu.

Gadis itu mulai berjalan melewati lobby dan berhasil keluar dari gedung itu. Mengamati keadaan gedung yang masih belum terlalu sepi.

Perjalanan menuju halte malah disambut oleh mobil keluaran Lexus berwarna hitam metallic berhenti di hadapannya.

Gadis itu sama sekali tak kaget dengan siapa yang menjadi pemilik mobil tersebut.

“Pulang bersamaku”.

Jennie hanya menatapnya malas, “tidak. Terima kasih. Aku bisa pulang sendiri”, jawab Kim Jennie tanpa menoleh.

Sang pemilik mobil tak malah tinggal diam. Pria itu mulai membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil untuk menghampiri Kim Jennie yang masih tak ingin menatapnya.

“Jennie”.

Hanya Jennie. Dan satu kata itu berhasil membuatnya ingin mengubah haluan untuk tidak membenci pria itu.

“Kumohon. Dengarkan aku”, suara hangat dan pelan itu membuat dadanya semakin sesak.

Gadis itu berusaha menahan airmatanya. Seharusnya Ia bersikap dewasa dengan mendengarkan penjelasan dari pria itu.

“Apa? Apa yang mau kau jelaskan? Belum puas juga menindasku dan mempermalukanku? Apa masih kurang?”. Belum apa-apa Kim Jennie sudah meninggikan suaranya.

“Kau sudah mendapatkan semua yang kau mau! Menghancurkan dan mempermalukanku! Katakan pada semua orang kau berhasil! Dasar pecundang!”. Akhir dari kalimat tersebut adalah pelupuk matanya yang mengeluarkan air. Sudah tak bisa Ia bendung lagi. Kim Jennie bahkan tak segan memukul dada bidang pria itu.

“Mengapa kau melakukan ini?! Mengapa kau tega! Apa kau tak ingat bagaimana dulu kau sangat menyanyangi dan mengkhawatirkanku! Katakan apa salahku sehingga harus menjadi manusia bodoh dihadapanmu setelah tiga tahun. Kau berubah! Aku membencimu!”, pukulan demi pukulan Ia berikan kepada Kim Hanbin, pria yang kembali berhasil membuatnya menangis.

Ia tak bisa melihat gadis itu menangis terus. Andai saja gadis ini tahu bagaiamana perasaan itu tak pernah berubah sampai hari ini.

Tak mempedulikan situasi, Kim Hanbin langsung menarik badan mungil gadis itu kedalam pelukannya.

“Jangan peluk aku! Aku membencimu! Kau bukan Kim Hanbin yang ku kenal!”, secara paksa gadis itu meronta agar Kim Hanbin melepaskan pelukannya.

Namun Kim Hanbin terlalu kuat jika harus disandingkan dengan Kim Jennie yang terlalu kecil untuknya.

“Percayalah. Bukan aku yang melakukannya”.

Gadis itu masih menangis, “lepaskan! Kau semakin membuatku terluka. Lepaskan!”, hingga usahanya berhasil. Pelukan itu terlepas.

“Kumohon. Pergilah. Biarkan aku sendiri dulu”, suaranya mulai memelan.

Kim Hanbin menahan nafas. Ia terlalu lama menyembunyikan perasaan sampai harus membuat gadisnya itu menjadi seperti ini.

“Kumohon, pergilah”, gadis itu kembali meminta dengan suara lemah.

Tak ada cara lain selain menuruti permintaannya. Kim Hanbin tak bisa terus-terusan membiarkan gadis itu menangis karenanya.

Dengan langkah berat pria itu mulai berjalan memasuki mobil. Meninggalkan gadis yang masih menekuk itu dan melajukan mobilnya.

Rasanya pedih melihat Kim Jennie yang malah semakin tersakiti semenjak Ia kembali hadir di hidupnya. Kim Jennie tak pernah tahu bagaimana Ia masih sangat mencintainya. Mengumpulkan uang dan bisa menjadi sesukses ini untuk menemuinya nanti dan hidup bersamanya. Kim Jennie bahkan mungkin tidak tahu kalau Hanbin mereplika ulang gelang yang sempat Ia buang itu. Dirinya hanya mencoba mencoba menjaga imagenya. Namun ini dirasa sudah terlalu berlebihan. Bayangan pria yang menjadi alasan kandasnya hubungan keduanya masih terus terngiang di kepala pria itu. Sampai sekarang bahkan Ia tak tahu siapa pria yang berani merangkul Kim Jennie dan mengunggahnya ke SNS itu.

Rasanya ingin mati saja ketika disaat seperti ini, pria itu malah bersikap layaknya kekasih Kim Jennie yang terus mencoba meminta maaf akan kesalahannya. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya Hanbin inginkan.

Kepalanya terasa sangat pusing memikirkan semua itu.

Sampai Ia merasa sesuatu yang sangat terang menyinari wajahnya dari kejauhan.

Ya! Jennie-ya....!!”.

Dan semua terlihat gelap.

|||

ending semakin dekaaat...
dug dug dug wkwkkwkw

jangan lupa tinggalkan jejak
uvu♥

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang