• sixteen •

1.4K 217 34
                                    

“Jadi Eunwoo akan berjalan dari arah depan?”.

“Ya. Beberapa minuman akan di susun sedemikian rupa di atas meja dan Eunwoo akan datang dari arah depan. Yang lain akan menembakinya dengan brand minuman tersebut menggunakan tembakan air”.

Jennie hanya mampu menatap kedua pria dengan usia yang terpaut cukup jauh itu tengah berbincang dengan ringan masalah konsep untuk syuting brand minuman kali ini.

Benar, itu adalah idenya yang sempat Ia tuang diatas sebalik poster buatannya sebelum mengumpulkannya kepada Hanbin. Ia tak bisa mempercayai bahwa idenya akan dipakai oleh pria itu. Maksudnya, idenya akan diperankan oleh seorang selebritis dan akan ditonton banyak pasang mata. What an honoured.

“Berikan aku mapnya”, Kim Hanbin dengan santai mengadahkan tangannya ke atas bahunya, meminta berkas konsep kepada Jennie yang saat ini tengah berdiri menyamping dengan setumpuk map ditangannya.

Terulang lagi. Gadis itu harus berpacu dengan waktu untuk mendapatkan map yang berisi konsep pengiklanan kali ini. Pria itu tak pernah tahu bagaimana Jennie harus begadang semalaman ini untuk memisahkan beberapa berkas agar Ia akan dengan mudah memberikannya ketika Kim Hanbin butuh. Karena Ia sudah tahu kalau kejadiannya akan seperti ini.

Mendapatkan map yang dimaksud, Kim Jennie langsung memberikannya kepada Kim Hanbin yang bahkan tak menoleh ketika harus meraih benda tersebut dari tangannya.

Jennie terdiam. Berusaha menenangkan hati menghadapi sikap dingin dan menyebalkan pria tersebut. Berbanding terbalik dengan dulu ketika mereka masih bersama. Ia bahkan tak percaya kalau Kim Hanbin adalah orang yang sama dengan Kim Hanbin yang sempat menjalin kisah dengannya selama 6 tahun itu.

Gadis itu hanya mampu menyimak ketika keduanya kembali terikat kedalam konversasi tentang konsep iklan.

“Kita akan mengambil take pada bagian ini di angle yang berbeda. Jadi akan kelihatan bahwa Eunwoo menikmati basahan yang diberikan minuman tersebut. Ini akan menjadi sebuah ilusi, karena Ia hanya pria biasa yang ingin membeli minum”.

Serius. Apa yang harus lebih dibanggakan dibandingkan Kim Hanbin yang menyebutkan segala rencana dari Kim Jennie kepada sang produser iklan. Pria itu menyebutkannya. Semuanya. Jennie hanya butuh credit saja saat ini darinya.

Memikirkan hal itu saja membuat Jennie termangu sampai tak menyadari bahwa keduanya telah menyelesaikan obrolan tersebut.

Hanbin secara tiba-tiba menatap Jennie dari dengan tatapan dinginnya. Membuat gadis itu hanya bisa meneguk saliva ketika harus dihadapkan lagi dengan netra elang itu.

“Tetap bersamaku! Jangan pergi kemanapun!”, perintahnya.

Jennie bergeming. Hanya refleks mengangguk mendengar ucapan tersebut dari pria yang sudah menjadi mantan kekasihnya selama 3 tahun itu. Ucapan tadi adalah ucapan terindah yang Ia dapat setelah tiga tahun ini, meski intonasi suara yang diberikan berbanding terbalik dengan kata-katanya. Memang siapa yang peduli?

Gadis itu mengulum senyum kecil lalu mengangguk ketika sudah menemukan Kim Hanbin berbalim sambil menonton para staff yang mulai bersiap-siap untuk proses syuting.

Jennie menatap Presdirnya itu dengan tenang. Melihat ornamen tubuh bagian belakangnya yang terlihat makin sempurna dari waktu ke waktu. Bagaimana bisa Ia menyia-nyiakan mahakarya Tuhan ini hanya karena kesalahpahaman.

Alasan dibalik kandasnya hubungan mereka itu masih terlalu abu-abu Kim Hanbin. Karena Jennie yakin, ini hanya kesalahpahaman saja.

“Jennie-ssi!”, panggilan sontak dari pria itu langsung membuatnya terbuyar. Jennie mulai mendekatkan diri ke arah tempat duduk Kim Hanbin.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang