**
Air mata laki-laki itu terkadang tak terlihat dengan kasat mata karena air mata laki laki itu kebanyakan selalu dari hati.
**"Kamu ini gak punya sopan santun, mantu apaan kamu dateng telat gak bantuin masak. Enak ya tinggal makan saja gak perlu capek capek"
"Ma... Tara kan udah bilang tadi alasanya. Tara kejebak macet." ujar Raskal membela istrinya.
"Halah alasan.. Jadi istri kok gak ada gunanya. Pantes mandul.. "
Mandul. .
Mandul. .
Mandul. .
Kata kata itu, kata kata yang keluar dari mulut mama mertuanya sangat menohok hati Tara. Apa yang bisa Tara lakukan, melawan? Tak terima? Hah.. Faktanya itu adalah kenyataan. Tajam sekali sampai tepat menusuk dalam relung hatinya.Tara hanya bisa menunduk membentuk pertahanan agar air matanya tidak jatuh dan tanganya menggegam kuat ujung bajunya.
"Mama!" bentak Raskal dengan nada tinggi.
"Jangan tinggikan nada bicara mu Raskal, mama tidak suka! Lagian istri gak becus mu itu memang mandul"
"Ma... Tolong mama melukai Tara."
"Udah deh kak, emang mbak Tara mandul alias gak punya anak, fakta!" Ujar Sani adik perempuan Raskal.
"Sani!" Raskal membentak adik perempuan nya yang baru berumur 15 tahun. Sani hanya mendengus kesal lalu melanjutkan makanya tak peduli dengan suasana yang sedang tegang.
"Sudah! Berhenti. Mama sama Sani tolong jaga bicara kalian. Kasian Tara"ujar Marion papa Raskal pria paruh baya berumur 54 tahun. Marion merasa tidak enak dengan Tara menantunya itu, ia tahu kata kata anak dan istrinya sudah sangat keterlaluan.
"Apaan sih pa... Papa kenapa belain mantu gak berguna seperti dia. Gak ada untungnya tahu pa" Ujar mama Raskal.
"Mama! Cukup mama keterlaluan..!" bentak Raskal. Kini ia sudah berberdiri menatap tajam mamanya.
"Udah mas.. Gak papa, aku gak papa. Duduk ya..." Tara segera mengelus lengan suaminya, mencoba menenangkan suaminya.
"Gak bisa, mama udah keterlaluan sama kamu Ra"
"Duduk mas, aku gak papa. Ayo makan lagi" Ujar Tara dengan suara serak menahan tangis. Raskal mengehembuskan nafasnya dalam dalam lalu duduk kembali, tanganya meraih tangan istrinya mengenggam erat mencoba menguatkan istrinya.
Ibu dan adiknya mendengus kesal karena Raskal membela istri tak berguna itu. Berbeda dengan Marion ia sudah tidak nafsu makan, segera ia berdiri dan menuju ruang kerjanya tanpa sepatah kata apapun. Begitulah Marion, sangat kaku walaupun sebenarnya baik. Ia tulus menyayangi menantunya tapi tidak di pungkiri ia butuh seorang cucu dari raskal sehingga ada rasa kecewa pada menantunya Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan wanita sempurna
RomanceAku bukanlah wanita sempurna, Aku bagai bunga tanpa sari dan putik. Sesering apapun kumbang datang tidak akan merubah takdir bunga layu ini. Aku bunga bunga layu, bunga yang malu pada kumbang yang setia datang padanya. Aku bunga layu yang malu pada...