Chapter 21

4.1K 178 8
                                    

*******************"Biarkanlah aku berteman sepi dan luka disaat hati ku dan hati mu tak akan mampu untuk kembali disatukan"*********************

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*******************
"Biarkanlah aku berteman sepi dan luka disaat hati ku dan hati mu tak akan mampu untuk kembali disatukan"
*********************

Autor pov on

Tara, wanita yang sedang mengandung sembilan bulan itu menyambut kedatangan tamunya dengan wajah berseri-seri. Dibalik dasternya, Perutnya sudah sangat besar terlihat sangat menonjol karena diisi oleh dua kehidupan yang sebentar lagi akan menikmati indahnya dunia. Ia melangkah teramat pelan, tangan kanannya setia bertumpu pada pinggang belakangnya, sedangkan tangan kirinya setia mengelus perut buncitnya seakan menjaga agar perutnya tidak jatuh.

"Assalamualaikum Ra..." ujar Rama dan Kinar yang sedang menggendong Mahesa, diikuti babysiter Mahesa dibelakang mereka.

"Walaikumussalam mbak ayuk masuk." jawab Tara tapi matanya berkeliaran mencari seseorang."Loh mbak dimana mas Raskal?" tanya Tara kebingungan, pasalnya ia tidak melihat orang yang di rindukannya.

Kinar menghela nafasnya, sungguh ia bingung harus jawab apa. Rama yang paham situasi, segera mengalihkan pembicaraan."Yuk masuk dulu Ra, bahaya kamu berdiri lama-lama, perut kamu sudah seperti mau meletus gitu." Ujar Rama

"Ih mas Rama, nyebelin. Ini kan ponakan mas... Yaudah yuk masuk dulu. Mahesa dibawa ke kamar lantai dua saja mbak, sudah aku bersihkan."

"Iya Ra, yuk Mini ikut saya, sekalian bawa koper Mahesa, koper saya biar nanti saja." ujar Kinar pada Mini, babysiter anaknya.

Ia pun mengangguk lalu mengikuti kemana Kinar berjalan meninggalkan Tara dan Rama di ruang tamu.

"Mas Raskal dimana mas?" tanya Tara lagi.

Rama menghela nafasnya, sungguh ia bingung harus menjawab apa. Tak lama Kinar pun bergabung di ruang tamu bersama mereka setelah mengantarkan Mahesa tidur siang di kamarnya.

"Gak nyangka ya di padang masih ada desa dengan udara sejuk seperti ini. Sangat beda dengan Jakarta, kamu betah Ra disini?." ujar Kinar basa-basi mengalihkan pembicaraan.

Tara tersenyum dan mengangguk. Ada kejanggalan dihatinya karena Rama dan Kinar yang terus mengalihkan pembicaraan. "Betah mbak. " jawabnya singkat.

Tara sudah sangat penasaran kenapa mantan suaminya itu tidak terlihat batang hidungnya. Sungguh ia sangat ingin Raskal datang, selain karena merindukannya dan ingin anaknya di kumandangkan azan oleh ayah kandungnya sendiri, ia ingin menyampaikan keputusan yang telah lama ia pertimbangkan dengan matang.

"Jadi dimana mas Raskal mbak, mas? Apa dia menyusul atau menginap di hotel?, suruh kesini aja mas menginap disini. Ada yang Tara ingin sampaikan."

Rama dan Kinar semakin bingung harus menjelaskan bagaimana pada Tara. Percuma mengalihkan pembicaraan, Tara bukanlah anak mecil, Tega tidak tega memang harus dijelaskan. "Begini Ra, Raskal tidak bisa datang dalam waktu dekat." jelas Kinar perlahan.

Bukan wanita sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang