Aku bukanlah wanita sempurna, Aku bagai bunga tanpa sari dan putik. Sesering apapun kumbang datang tidak akan merubah takdir bunga layu ini.
Aku bunga bunga layu, bunga yang malu pada kumbang yang setia datang padanya.
Aku bunga layu yang malu pada...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
************* Kau dapat menutup kedua mata mu dari sesuatu yang tidak ingin kau lihat, tapi kau tak akan bisa menutup hati mu untuk tidak merasakan apa yang tidak ingin kau rasakan. *************
Autor Pov On
Kain panjang putih bercorak bunga mawar yang sangat cantik itu masih setia di atas tangan rapuh nan lemah. Tangan rapuh itu bergetar mencengkram erat dan buliran air jatuh dengan lancangnya menembus kain itu, menembus membasahi setiap permukaan halus kain panjang bercorak mawar merah.
Air itu menetes bagai gerimis hujan yang tak seganya semakin membasahi kain itu. Semakin buliran air itu menetes semakin tangan rapuh itu melemah melepaskan genggamannya hingga kain cantik basah itu dengan anggunya terlepas jatuh ke lantai yang sangat dingin. Permukaan basahnya seperti menunjukkan ia sedang menangis karena terluka dengan dinginya suhu dibawah sana. Tapi kesakitanya bahkan tidak ada sebesar butiran debu jika di banding dengan pemilik tangan rapuh yang masih bergetar menitihkan buliran air mata.
Buliran air mata itu jatuh dengan anggun di bawah sana, air mata kesakitan itu jatuh diringi luruhnya sang pemilik buliran air itu. Tubuh itu meluruh ke bawah, mencari sandaran, bergetar menahan sesak di hati nya yang sangat perih. Tangan rapuh itu tidak berniat menghapus air mata dingin itu, tangan rapuh itu bergetar memeluk lutut, menyatukanya, membawanya lebih dekat dan meneggelamkan wajah cantik wanita yang sedang terluka.
Demi Tuhan, waktu yang berdetik sedang bersaksi atas kesedihannya, waktu yang berdetikan sedang bersaksi atas betapa terlukanya sang pemilik hati, bahkan detikan waktu bersaksi mendengar jeritan kesakitan hatinya. Hatinya menjerit tak percaya, hatinya menjerit tentang fakta yang dibawa kain panjang bercorak mawar itu. Jika kain itu punya hati maka ia akan sangat merasa bersalah atas kesedihan wanita dihadapanya.
Sungguh hatinya menjerit berharap kain dihadapanya bukan kain dengan sebuah nama yang tak ingin ia dengar. Tapi tak berguna menutup mata menampik kenyataan, kain dihadapanya itu seolah membuka hatinya yang selama ini sengaja ia tutup.
"Kerudung itu punya siapa mas." lirihnya dalam kesakitan.
Kain itu dengan sebuah nama Kerudung, kerudung panjang berwarna putih bercorak mawar merah yang sangat cantik. Kerudung yang terselip di dalam lemari pakaian pria yang ia cintai. Pria yang selama ini tidak pernah ia ragukan, pria yang selama ini membangun kepercayaan bersamanya. Tapi kerudung itu hari ini menjadi saksi runtuhnya bangunan kepercayaan yang susah payah suaminya bangun.
Autor pov end
Tara Pov On
kau dapat menutup mata mu dari suatu hal yang mungkin tak mampu kau lihat. Namun, kau tidak bisa menutup hatimu dari suatu hal yang tak ingin kau rasakan. Itulah yang terjadi pada ku, hari demi hari berlalu, detik dan menit pun berganti aku mencoba berpura pura tidak melihat kenyataan, tapi aku tidak mampu menutup hatiku seperti aku menutup mata untuk tidak merasakan yang tidak ingin ku rasakan, yaitu perubahan mu mas.