Chapter 4

3.2K 122 1
                                    

****Pernikahan bukan tentang mencari cinta yang sempurna, tapi tentang menciptakan dan merajut kesempurnaan itu melalui segala pahit dan manisnya kehidupan rumah tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****
Pernikahan bukan tentang mencari cinta yang sempurna, tapi tentang menciptakan dan merajut kesempurnaan itu melalui segala pahit dan manisnya kehidupan rumah tangga.
****

Raskal Pov On

"Jadi begini Ras, istri kamu mengalami depresi. Ia mendapat tekanan yang cukup berat. Depresinya tambah parah karena bebannya ia pendam sendiri dan fatalnya ia mengonsumsi pil peneng terlalu banyak, itulah yang membuat ia tak sadar sampai sekarang tapi beruntung tidak overdosis. Aku sarankan bujuk istri kamu buat sering sharing. Akibat depresinya ia terkena demam tinggi, tapi keadaannya sekarang sudah membaik suhu badannya juga sudah menurun. Kamu juga harus lebih perhatian tentang pola makannya." ujar Kinar, Dokter sekaligus teman kuliah ku dulu.

Apa, Depresi ? Tara mengonsumsi pil penenang? , Istriku depresi?. Aku terkejut mendengarkan penjelasan Kinar. Setertekan itukah kamu sayang?, aku sadar Tara pasti tertekan tapi aku tak sampai berfikir sampai keadaan ini. Maaf kan aku Ra, maaf kan aku yang membiarkan mu menanggung beban ini sendirian. Apa yang telah ku lakukan?, benar kata Kinar aku harusnya mendengarkan curahan hatinya, mendengarkan keluh kesahnya, dan memotivasinya mencoba memberi kekuatan. Tapi yang ku lakukan malah sibuk di kantor dengan pekerjaan yang menggunung, selalu pulang telat. Jujur memang sebulan ini aku lebih menyibukan diri di kantor, berfikir naif Tara akan baik baik saja dan menerima keadaanya.

"Jadi sebenarnya apa yang membuat Tara depresi Ras? Aku ingin tahu Tara sudah aku anggap teman ku. Apa kau menyakitinya?"

Ya Kinar sudah mengagap Tara temannya sejak Tara menjadi istriku. Kinar dengan ku sudah berteman sejak lama. Sebenarnya aku ragu memberitahu Kinar, bukan kah itu aib istriku? Aku tak mau Tara malu dengan keadaannya. Tapi tak apalah, Kinar bukan tipe orang yang gampang merendahkan.

"Sebenarnya Tara di Vonis mandul Ki dia mengalami PCOS, sebulan yang lalu." ku lihat Kinar terlihat terkejut, tapi sepertinya ia menungguku bersuara lagi, "Dan selama sebulan ini, bodohnya aku malah menyibukan diri di kantor. Walaupun memang banyak kerjaan yang menumpuk yang bisa di tunda tapi aku tetap memilih mengerjakannya." lanjut ku.

Ku lihat Kinar mengusap wajahnya kasar, terlihat ekspresi marah di wajahnya. Ya aku tahu aku salah, dia berhak marah pada ku. Lama ia terdiam, akhirnya ia bersuara.

"Aku turut berduka atas keadaan istrimu Raskal. Tapi.. " dia berhenti sejenak lalu menatap ku dengan tajam, dapat ku lihat aura kesalnya pada ku. "Tapi aku sangat marah pada mu Raskal! Dimana otak cerdas mu itu, kenapa tidak kau gunakan sebulan ini untuk memberi dukungan moral pada Tara!, kamu cukup mendengarkan dia curhat pada mu..  Tapi.. Ah sudah lah. Kamu terlalu Naif Ras! Lihat sekarang ia lebih memilih bersandar pada pil sialan itu dari pada suaminya sendiri" ujarnya dengan nada tinggi.

"Ya aku tahu Ki, aku tahu. Aku sadar aku salah, aku terlalu Naif berharap waktu membuat Tara baik baik saja dan membunuh tekanan beban kenyataan bahwa dia tidak bisa hamil. Aku salah..."

Bukan wanita sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang