Chapter 11

2.6K 103 2
                                    

***********“Allah selalu memberikan senyum dibalik kesedihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***********
“Allah selalu memberikan senyum dibalik kesedihan. Allah selalu memberikan Harapan dibalik keputus-asaan..”
“Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan.. Allah selalu memberikan Kekuatan dibalik kelemahan..”
***********

Autor Pov On

Di atas langit sepertiga malam, bulan yang angkuh dengan sinar indahnya enggan tergantikan dengan indahnya matahari pagi. Bintang bintang memamerkan kecantikan sinar terangnya di kegelapan malam. Sinar bulan dan bintang yang indah nan cantik itu menerobos masuk terpancar mengenai wanita bermukenah putih. Dalam keheningan malam wanita bermukenah putih masih setia bersujud menyembah sang pencipta. Dalam sujudnya tidak pernah terputus beribu kata syukur yang ia panjatkan pada sang kuasa.

Keheningan sepertiga malam itu membuat setiap detikan jam semakin jelas terdengar, dan sesaat tergantikan dengan suara indah tetesan air mata yang jatuh di atas sajadahnya. Suara indah tetesan air mata itu menunjukan seberapa bahagianya pemilik tangisan itu. Kebahagiaan yang diungkapkan dengan tangisan air mata seorang istri itu diiringi doa doa yang tersemat dalam hatinya. Kedua tangan dibalik mukenah itu terangkat ke atas dengan mata terpejam dan sembari hatinya terus memanjatkan rasa syukurnya.

"Sehat selalu sayang."

Lirihnya mengelus perut ratanya.

Senyum manis menghiasi wajahnya diringi tetesan air mata bahagianya. Kedua tangannya mendekap lembut perutnya seakan menyampaikan beribu rasa terimakasih pada malaikat kecil yang hadir dalam rahimnya.

"Kau tahu sayang, bunda sudah lama menunggu mu nak. Hei..., Jangan sedih tidak hanya bunda tapi Ayah mu juga." Ujarnya seolah malaikat kecilnya mengerti apa yang ia coba sampaikan.

"Kau tahu sayang, bunda merindukan ayah tampan mu. Bunda juga sudah tidak sabar memberi tahu kau telah hadir dan tumbuh dalam perut bunda. Pasti Ayah mu juga sangat bahagia seperti bunda sangat bahagia karena mu. Mari beri kejutan untuk Ayah mu ya..." ujarnya lagi sambil mengelus sayang perutnya.

.
.

Jam terus berdetik mengingatkan matahari untuk menggantikan posisi bulan dan bintang. Dengan sinar paginya kegelapan berangsur angsur menghilang, suara indah burung di pagi hari mulai mengisi keheningan, embun pagi yang menyapa bunga bermekaran dan semilir angin pagi menyapa pohon pohon rindang.

Wanita cantik yang tengah berbadan dua tidak lain adalah Tara masih setia berdiri kokoh di balkon kamar inapnya dengan ditemani koper besar miliknya. Matanya terpejam menikmati semilir angin pagi yang menyentuh setiap inci kulit putihnya. Sweter dan  dress panjangnya bergoyang goyang mengikuti arah angin. Matanya terbuka melihat kendaraan dan orang orang sudah berlalu lalang dibawah sana.

Satu tangan menyentuh koper dan satu tangan lagi memeluk perut ratanya, lalu kakinya mulai berjalan mebawanya keluar dari kamarnya. "Nak kita kunjungi dokter Rio sebentar ya."

Bukan wanita sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang