Chapter 23

4.1K 184 30
                                    

"Sesungguhnya pria bukanlah yang menginginkan sejuta wanita mengelilinginya, namun pria sejati lebih mengingkan satu wanita yang ia dapatkan dengan sejuta langkah perjuangan “

"Sesungguhnya pria bukanlah yang menginginkan sejuta wanita mengelilinginya, namun pria sejati lebih mengingkan satu wanita yang ia dapatkan dengan sejuta langkah perjuangan “

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Autor pov on

Benda berdetik itu masih setia mengisi keheningan pagi, detikan waktu menunjukan matahari pagi untuk naik ke singgasananya. Terhitung hampir enam jam, lima orang yang dilanda keheningan itu masih setia di posisinya. Tidak ada pembicaraan, semua orang hanyut dalam pikiran masing-masing. Ketakutan dan kekhawatiran yang melanda mereka mengalahkan rasa kantuk dan lelah mereka.

Keheningan terus berjalan, malam sudah berganti pagi, keheningan sudah berganti dengan suara kaki orang berlalu lalang. Tapi bagi mereka berlima hanya ada kekosongan suara, yang ada hanya rapalan doa-doa dalam hati. Tak berhenti dalam hati mereka meminta pada yang kuasa untuk menjaga wanita kesayangan mereka.

Ceklek

Suara pintu yang di tunggu-tunggu akhirnya terbuka. Lima orang tersebut spontan berdiri melingkari pria dengan pakaian operasi yang baru saja keluar dari dalam ruangan. Tanpa menunggu diterpa pertanyaan Rio yang paham akan situasi segera menjelaskan keadaan pasienya.

"Keadaan bayinya sangat sehat, si kembar berjenis kelamin pria, Sangat tampan." ujar Rio.

Mendengar si kembar selamat dan ternyata berjenis kelamin pria membuat semua orang mendesah lega walaupun tak sepenuhnya lega.

"Bagaimana Tasya?" tanya Adam tak sabaran, bukan hanya Adam tapi juga Rama, Kinar, Rehan dan Luna.

"Dia selamat." ujar Rio dengan wajah sulit di gambarkan.

"Alhamdulillah..." lirih Rama. Semua orang kini mendesah lega sepenuhnya. Tapi tidak untuk Adam, dia lega tapi ada suatu ke ganjilan di mata sauadara Kembarnya. Ia tahu Rio belum sepenuhnya menyelesaikan ucapanya.

"Ada apa dengan Tasya Rio?" tanya Adam dengan mata mengitimidasi, membuat semua orang kecuali Rio mengerenyit bingung.

"Dia Koma." hanya dua kata keluar dari muut Rio tapi mampu mengguncang semua orang yang di depannya.

Semua orang tertegun, Kinar menangis terisak di pelukan suaminya. "Ara mas.. " lirih Kinar dalam pelukan Rama yang juga masih tertegun.

"Aku ingin masuk.. " paksa Adam penuh penekanan.

"Tunggu dengarkan dulu, Keadaan Ara sangat lemah, Tepat saat selesai operasi selesai terjadi pemecahan pembuluh darah di otaknya, jantungnya juga melemah. Sekarang Ia hidup dengan bantuan mesin penunjang kehidupan, kemungkinan ia bangun dari komanya sangat lah kecil."

"Apa! Ya Allah Ara.. " Isak Kinar dalam pelukan Rama. Tak ada yang di lakukan Rama, hanya bisa menangis tanpa suara sembari menenangkan istrinya.

Adam tersentak ketakutanya terjadi, sungguh hatinya teriris mendengar Tara yang hidup tapi tak hidup. Sungguh ia ingin sekali menukar posisinya dengan Tara, ia rela berbaring di ranjang kesakitan itu daripada menyaksikan Tara tak berdaya. Jantungnya terasa berhanti, tubuhnya serasa menjadi pantung, air matanya berjatuhan tanpa ada isakan terdengar.

Bukan wanita sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang