Chapter 14.

2.9K 116 5
                                    

**************Satu kebohongan mu membawa satu langkah kaki ku menjauh dari mu wahai suamiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**************
Satu kebohongan mu membawa satu langkah kaki ku menjauh dari mu wahai suamiku.
**************

Autor pov on

Seorang istri yang tengah terluka menitihkan air matanya, mengalir semakin deras bagai rintikan hujan di awan mendung. Tidak terhitung detik air mata kesakitan itu terus saja jatuh membasahi pipi cantiknya menunjukan betapa terlukanya hatinya.

Dalam hatinya ia menyalahkan mata indahnya, mata yang menjadi saksi kehancuran hatinya, mata yang menjadi saksi goresan luka yang di toreh oleh sepasang manusia yang tengah berbahagia di depan kesakitanya. Sepasang manusia itu tengah bermanja menyalurkan rasa cinta mereka. Jika saja pria dihadapanya yang sedang memanjakan wanita itu bukan pria yang berstatus suaminya maka air matanya tak mungkin akan jatuh sia sia.

Niat hati, Tara ingin menjadi seorang istri dan menantu yang baik tapi takdir berkata lain. Takdir membuka mata nya yang selama ini pura-pura buta, Takdir membawanya dalam kenyataan hidup yang menyakitkan. Kotak transparan berisi berbagai macam kue itu bergetar hebat walaupun tanganya mencengkram erat. Matanya masih memandang suaminya yang tengah memanjakan wanita dihadapanya, suami yang sedang mengelus perut dan mengecup kening wanita itu. Sungguh, senyum bahagia yang terlukis di wajah suaminya menambah goresan kesakitan hatinya.

Tangannya semakin bergetar, kekuatanya terasa menguap begitu saja. Genggamannya merenggang lemah membuat kotak itu jatuh menumpahkan semua isinya, menimbulkan suara cukup keras untuk menyadarkan sepasang kekasih di hadapanya.

Sepasang manusia itu menoleh, mendapati wajah wanita cantik yang berderai air mata dan tubuh bergetar.

"Ara..." lirih pria itu, bukan lain adalah Raskal.

Tubuh Tara runtuh meruntuhkan ke dasar lantai beriringan dengan derai air matanya. Tangannya terulur memasukan semua kue yang tumpah dengan air mata yang terjatuh semakin deras. Ia merutuki tangannya yang memunguti roti kotor itu, seharusnya ia gunakan tangannya untuk menampar wajah suaminya.

Melihat Tara wanita itu berdiri dan Raskal mendekati istrinya dengan wajah terkejutnya, "Sayang..." lirihnya menyentuh lengan bergetar istrinya.

Dengan kekuatan yang tersisa Tara menghempaskan tangan kuat suaminya tanpa memandang mata pria yang sampai saat ini masih ia cintai.

"Sayang maaf, aku bisa jelaskan.."

Dengan memaksakan hatinya, ia memandang mata bersalah suaminya. "Tak perlu, semuanya sudah jelas mas."

"Tara bukan seperti itu. Aku-" belum selesai ia berbicara tapi istrinya memotong perkataannya.

"Jadi wanita itu mas yang membuat mu betah disini, jadi wanita ini yang membuat mu pulang kesini, jadi wanita ini yang membuatku menunggu mu pulang hingga larut, jadi wanita ini yang merebut perhatian mu dari ku mas." marahnya dalam isakan tangisnya, tangannya terus menunjuk wanita berkerudung dihadapanya.

Bukan wanita sempurna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang