Hellen tidak langsung menjawabnya, ia mengulurkan tangannya sekali lagi dan membantuku untuk berdiri, lalu berjalan ke arah pagar besi pembatas tiap sisi atap sekolah dan menatap langit yang luas. Aku yang masih kebingungan dan berusaha berjalan dengan benar hanya dapat mengikutinya dan menatap langit biru bersama dengannya.
“Sebelumnya aku sudah memperingatkanmu untuk tidak melawan Velia, tapi sepertinya kau tidak mau dengar.” Hellen memulai pembicaraan.
“Mana mungkin aku membiarkannya seperti itu!” ucapku sedikit membentak membuat Hellen menatap ke arahku.
“Pfft… Hahahaha… perkataanmu tidak cocok dengan wajahmu saat ini.”Untuk sesaat aku sempat lupa dengan wajahku yang memalukan akibat coretan Velia. Aku membuka ponselku dan berkaca menggunakan kamera depannya.
“Wah… apa-apaan ini, benar-benar parah.”
“Sini, biar aku bantu bersihkan.” Hellen mengambil tisu basah dari sakunya dan mulai mengelap dan mengucel-ucel wajahku seperti seorang ibu yang membersihkan anaknya sehabis bermain kotor seharian. “Sebenarnya akan lebih bersih dengan menggunakan tiner atau minyak tanah, tapi karena tidak bagus untuk kulit kau bisa menggunakan alkohol. Tisu basah tidak akan cukup untuk menghilangkan semuanya.”Hellen berbicara sambil terus membersihkan wajahku. Wajahku terasa dingin, usapan Hellen yang cukup keras untuk membersihkan noda spidolnya membuat wajahku jadi merah padam. Tapi paling tidak lebih bersih dari yang biasa aku lakukan di kamar mandi dengan sabun dan air.
“Kenapa kau mau menolongku?”
Hellen terdiam untuk sesaat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang sebelumnya ia abaikan.
“Semua teman di kelas tidak menyukai Velia, kita semua tahu itu. Velia sendiri pun tahu akan hal itu, tapi tetap saja mereka tak bisa melawannya. Kau bisa bilang kalau aku, Vania dan Sarah, orang-orang yang ada di dekat Velia cukup beruntung untuk bisa bersekolah dengan tenang. Sebenarnya aku juga ingin berteman dengan semuanya, tapi sama seperti yang lainnya, tidak mungkin melawan Velia seorang diri. Jadi saat aku memiliki kesempatan bergabung dengan grupnya, aku menerimanya. Pertama kali aku kenal dengan Velia adalah saat masih SMP aku pindah ke SMP Magasa, mungkin kau pernah dengar cerita tentang Velia yang mengeluarkan seorang murid dan guru karena melawannya. Dari sana semua murid tahu risiko melawan Velia, aku pun begitu. Tapi hari itu kau berbeda Aria. Kau melawannya, awalnya ku pikir kau akan berhenti setelah sekali menerima serangan Velia, tapi antara kau ini bodoh atau bagaimana kau terus melawannya bahkan setelah semua tamparan dan tendangan serta coretan di dahi itu. Ku rasa aku sedikit tergugah melihat perjuanganmu.”
“….”Aku tidak tahu bagaimana merespon semua perkataan Hellen saat ia kembali menatapku.
“Maaf, perkataanku bertele-tele ya… Hahahaha….”
“Ah tidak… aku hanya tidak tahu harus menjawab apa bila kau mengatakan semuanya seperti itu.”
“Oh ya, sebenarnya ada satu hal lagi sih.” Hellen mengeluarkan ponselnya dari sakunya lalu menunjukkan layarnya yang sudah ia nyalakan ke arahku.Untuk sesaat aku sedikit terkejut melihat ia juga menggunakan wallpaper serial anime ‘Pelayan Hitam’.
“Kau juga menonton anime itu?”
“Jeng… Jeng… sangat sulit untuk mencari orang yang menyukai anime dan manga di sekolah ini, terlebih karena Velia tidak menyukainya. Selama ini ku pikir aku sendiri yang menjadi otaku di sini, Hahahaha… kemarin aku sedikit terkejut saat melihat manga yang kau bawa ke sekolah, tapi setelah aku melihat ponselmu hari ini, sepertinya aku sudah yakin kalau aku tidak sendirian. Tapi tolong rahasiakan ini dari Velia ya.” lalu sambil memegang kedua tanganku, Hellen berkata. “Mulai hari ini kita berteman ya?”Aku tidak membayangkan akan mendengar perkataan itu lagi sejak menjadi obyek penindasan dari Velia, aku pun menjawab kalimat itu tanpa menunggu lagi. “Iya.”
“Baguslah…” Hellen mengelus kepalaku yang jauh lebih pendek darinya seperti kakak adik yang baru saja selesai berkelahi. “Kalau begitu aku pergi dulu ya, mereka mungkin sudah menungguku terlalu lama. Sebaiknya kau pergi ke ruang kesehatan. Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya.” sambil melambaikan tangannya, Hellen meninggalkan atap dan turun ke bawah.
Aku tidak tahu kenapa, tapi air mataku tiba-tiba mengalir sementara aku tersenyum meskipun masih banyak rasa sakit di sekujur tubuhku. Tapi saat ini aku bahagia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Aria [COMPLETE]
Teen FictionAria, seorang gadis SMA yang hanya ingin berteman dengan semua murid di kelasnya, harus menyadari kenyataan ia tidak lebih dari sekadar murid yang dibully oleh Velia dan gengnya. Akankah keinginan Aria dapat terwujud?