Jadi ini maksud mereka meluruskan? Tapi memangnya apa yang mereka punya untuk membuktikan kecurigaan mereka. Selama ini aku merasa kalau pertemuanku dengan Hellen selalu diam-diam tanpa sepengetahuan mereka. Tiba-tiba Sarah mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Velia.
“Hellen coba kau lihat ini?” Velia mengarahkan ponsel Sarah ke hadapan Hellen.
Aku tidak tahu apa yang ditunjukkan di sana, tapi ekspresi Hellen terlihat sedikit terkejut dan gelisah.
“Foto apa ini?” tanya Hellen sambil memegangi lehernya.
“Kau pura-pura tidak tahu atau apa?” Vania sedikit mendesaknya.
“Lihat gadis berambut hitam yang pendek itu, bukankah itu si idiot ini?” tanya Velia
“Entahlah, aku tidak tahu, memangnya kenapa kalaupun itu dia?”
“Coba lihat yang ada di depannya ini, di dekat poster film itu. Bukankah itu kau Hellen?”
“Hah? Mana mungkin, kenapa aku harus ke tempat seperti itu?”
“Ya, benar juga, aku pun berpikiran begitu, hanya saja Vania dan Sarah tidak terlalu yakin kalau tidak menanyakannya langsung.”Dari percakapan mereka sepertinya aku tahu apa yang sedang mereka bicarakan, entah bagaimana mereka mendapatkannya, mereka memfotoku saat bersama Hellen saat menonton film kemarin. Ini gawat. Selama kecurigaan Velia belum terlalu besar kepada Hellen, sebisa mungkin aku harus membantunya agar dapat berbohong.
“Coba kita pastikan ini ke si idiot itu.” pinta Vania.
“Boleh saja.” Velia mengarahkan ponsel Sarah yang masih di tangannya ke arahku. “Nah idiot, katakan yang sejujurnya. Ini pasti dirimu kan? Dan yang ada di sebelah sini? Apakah kau pergi bersama dengan Hellen? Belakangan ini memang sedikit terasa aneh saat kau tidak terlalu melawanku saat dahimu dicoret, seakan kau berusaha agar aku tidak meminta Hellen menghajarmu. Dalam pikiranku mungkin kau takut dengannya, tapi setelah melihat foto ini ada kecurigaan kalau kalian bisa saja berteman. Barusan Hellen menyangkalnya, bukankah itu menyedihkan bila kalian benar-benar berteman? Bukankah lebih baik kau menyeretnya bersamamu bila memang ini adalah kalian berdua.”
“Hahaha… kau pasti bercanda, tidak mungkin kan aku sudi bermain bersama kalian yang selama ini menindasku. Jangan-jangan kau sudah ketularan idiot ya?”Maafkan aku Hellen.
Ku harap kegelisahanku tidak terlihat dimatanya, ini adalah situasi yang gawat untuk aku dan Hellen, meski begitu aku agak merasa bersalah dengan perkataan yang baru saja kuucapkan. Tapi itu demi kebaikan kami berdua.
“Haaa….” Velia menarik nafas panjang lalu mengembalikan ponsel Sarah. “Benar juga kata si idiot ini, memang sudah pasti begitu ya. Kalian dengar kan sekarang? Untuk apa juga Hellen repot-repot bermain bersama dengannya. Ya kan Hellen?”
“I-iya, begitulah.” ekspresi Hellen terkesan sedikit terpaksa saat mengatakannya.
“Kalau begitu untuk pembuktian terakhirnya….” Velia mengambil sesuatu yang tidak asing dari sakunya. “Tolong kau coret dahinya. Kau tidak berpikir aku melupakan ini kan, Idiot-chan?”Spidol yang sudah seperti tongkat sihir untuk mengutuk diriku tiap paginya, Velia menyerahkan benda kesayangannya itu kepada Hellen.
“Kau yakin, tidak ingin kau sendiri yang melakukannya?” Hellen agak sedikit ragu saat menerima spidol itu.
“Kali ini saja, kuberikan kesempatan untukmu, terlebih lagi karena kau sudah digosipkan dengannya pasti membuatmu jengkel kan. Kau boleh mencoretnya.”
“Baiklah kalau kau berkata begitu.”Hellen berjalan mendekatiku sambil membuka tutup spidolnya, mata kami berpapasan tanpa bisa berkata-kata apa-apa. Sebisa mungkin aku menunjukkan wajahku yang ingin berkata padanya.
Lakukan saja Hellen. Aku tidak apa-apa.
Dengan raut yang agak sedih dan meminta maaf tanpa bisa berkata apa-apa, Hellen mulai menuliskan tulisan IDIOT seperti biasanya dengan berat hati di dahiku dan menundukkan kepalanya lalu menutup spidolnya setelah selesai.
“Bagus sekali Hellen.” puji Velia. “Dan karena si idiot ini tadi sudah menghina kita, kau boleh menamparnya atau menendangnya. Sekeras apapun tidak masalah, bahkan itu lebih baik.”
Velia sengaja melakukannya, membuatku kesal dengan setiap perintahnya yang berniat menyulitkan Hellen. Sebisa mungkin aku ingin menghajarnya saat ini. Hellen terlihat jauh lebih ragu dari sebelumnya, tapi sebisa mungkin aku terus menyemangatinya untuk melakukannya.
Hellen tidak seharusnya memedulikanku di saat seperti ini.
“Lakukan saja Hellen.” ucapku berbisik pelan yang hanya bisa didengar Hellen.
Hellen sedikit terkejut mendengar ucapanku, ia tidak berani menatap mataku langsung, lalu mengangkat tangan kanannya bersiap menamparku. Aku pun memejamkan mata dan menggertakan gigi untuk menahan rasa sakit.
“Ayo, ayo cepat tampar dia, nanti jam istirahatnya keburu habis.” Keluh Vania.
“Jangan terburu-buru, ini momen yang bagus.”
“Diamlah kalian berdua, cepat lakukan saja Hellen, bila perlu kau bisa menginjak wajahnya.”Hellen mulai mengayunkan tangannya ke arahku. Aku berusaha tidak menggerakan tubuhku untuk mengelak atau menahannya. Tapi setelah beberapa detik berlalu tamparan itu tidak kunjung datang dan angin dingin hari itu berlalu begitu saja di wajahku. Aku membuka mataku melihat apa yang terjadi, tangan Hellen terhenti tepat di sebelah pipiku lalu mengubah arahnya dan menepuk pundakku.
“Tidak!” teriak Hellen yang menciptakan keheningan di atap sekolah yang hanya ada kami berlima di sini. “Aku tidak akan melakukannya. Kau benar Velia, saat ini aku berteman dengan Aria.”
![](https://img.wattpad.com/cover/194337535-288-k347072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Aria [COMPLETE]
Ficção AdolescenteAria, seorang gadis SMA yang hanya ingin berteman dengan semua murid di kelasnya, harus menyadari kenyataan ia tidak lebih dari sekadar murid yang dibully oleh Velia dan gengnya. Akankah keinginan Aria dapat terwujud?