Bab 7 : Chapter 1 - Dunia yang Tidak Akan Berhenti Apapun yang Terjadi

1.3K 127 4
                                    

Kenapa manusia meninggal?

Karena manusia sudah hidup.

Lalu, kenapa manusia hidup?

Karena manusia sudah dilahirkan.

Kenapa manusia harus dilahirkan? Apa manusia dilahirkan hanya untuk meninggal?

Aku tidak tahu.

Kenapa Hellen harus meninggal?

Aku juga tidak tahu.

Jadi, Apa artinya sebuah kehidupan?

Tidak tahu.

Lalu, kenapa aku masih di sini? Hidup, sementara Hellen sudah tidak ada.

Jangan tanya aku.

Untuk siapa Hellen meninggal? Untukku? Untuk ibunya? Ku dengar ibunya mengalami komplikasi setelah mendengar kematian Hellen. Lalu, pada akhirnya apa aritnya semua itu?

Aku tidak tahu.

Hellen awalnya ingin mati agar ibunya bisa terus hidup, tapi pada akhirnya, kematiannya sendiri lah yang membuat ibunya mati. Ironis bukan?

Siapa kau? Kau lagi?

Bukan aku.

Sekarang, bagaimana dengan dirimu? Untuk apa kamu hidup? Hellen sudah tidak ada. Kenapa tidak mati saja? Bukankah hidupmu itu menyakitkan dan tidak bahagia?

Mati? Aku? Kau benar, hidupku memang menyakitkan dan aku tidak bahagia. Kenapa aku tidak mati saja?

Aku... takut.

Takut?

Ya, kematian itu menakutkan. Mati itu sendiri pun menakutkan. Terlepas dari bagaimana aku akan mati, apa yang ada setelah kematian, surga? Neraka? Tapi mati itu menakutkan.

Ya, aku benar. Kenapa aku tidak mati saja hari ini, adalah karena aku takut. Takut dengan kematian. Mungkin aku bicara kasar, tapi dengan pikiran seperti itu, aku menganggap, Hellen... dan orang-orang yang melakukan bunuh diri-terlepas dari pandangan benar atau salah tindakannya-adalah orang-orang yang pemberani. Orang-orang yang berani menghadapi kematian, karena pada akhirnya jika hidup tidak membahagiakan, kenapa tidak mati saja? Memangnya apa alasan untuk hidup, kalau bukan untuk bahagia, mencari happy ending yang selalu ada di setiap akhir kisah dongeng.

***

Gelap. Di bawah langit-langit yang sama yang aku lihat setiap harinya, di dalam kamar apartemenku, aku terbangun. Mataku yang membengkak karena terus menangis selama tiga hari belakangan harus bersusah payah agar bisa terbuka. Seandainya masih ada air mata yang bisa dikeluarkan aku ingin menangis untuk tiga hari lagi, dan tiga hari lainnya setelah tiga hari yang sebelumnya terlewati. Terlebih setelah mendengar kematian Ibu dari Hellen yang tiba-tiba benar-benar membuatku terkejut. Terlalu menyakitkan untuk menjadi kenyataan.

Tiga hari yang sama, aku tidak masuk sekolah sejak kejadian itu. Sekolah memang diliburkan selama satu hari karena insiden itu. Seluruh sekolah dilanda keterkejutan dan kepanikan atas apa yang terjadi pagi hari mendung itu. Velia yang merencanakan semua itu pun tidak menyangka bahwa Hellen akan benar-benar melakukannya, kelihatannya itu memang hanya gertakan saja agar Hellen menjadi semakin depresi. Awalnya pihak sekolah mencurigaiku melakukan sesuatu pada Hellen karena masih ada di atap sekolah sesaat setelah Hellen jatuh dan terduduk sambil terus menangis. Tapi setelah melihat surat wasiat Hellen, semua kecurigaan itu dihilangkan. Aku belum memberikan kesaksian apa-apa karena tidak masuk sekolah. Tapi sekalipun aku menyebut nama Velia, tidak akan ada yang percaya. Dalam surat wasiatnya, Hellen menuliskan penyesalannya karena telah melakukan penindasan padaku dan karena orang tuanya yang sakit dan tidak punya uang. Aku tidak tahu kapan Hellen menulis surat itu, tapi pasti sebelum aku dan dia bertemu di atap. Dari sana aku sadar kalau Hellen memang tidak berniat melukaiku sama sekali kalau bukan karena Velia.

Kasus ini sebenarnya sempat hampir muncul ke dalam media, tapi karena koneksi dari pimpinan SMA Swasta Magasa yang memiliki hubungan dekat dengan salah satu perusahaan media nasional, hal itu dapat di cegah dan ditutupi agar tidak merusak reputasi sekolah, meskipun berita dari mulut ke mulut tidak mungkin dapat dihindarkan.

Semua terjadi begitu saja, aku tidak ingin memikirkan apapun. Tapi ku rasa, dalam hitungan beberapa bulan pun, kejadian akan terlupakan dan hanya menjadi sejarah kelam dari SMA Swasta Magasa yang tidak diceritakan lagi. Paling tidak, di sini masih ada aku, meski bagaimana pun, aku tidak mungkin melupakan Hellen begitu saja dan kata-kata terakhirnya padaku selalu terbayang dalam benakku.
"...Kau harus terus berjuang Aria..."

Entah apa yang masih harus ku perjuangkan setelah semua ini. Apa yang terjadi setelah ini pun aku tidak akan tahu. Aku bukan orang yang bisa melihat masa depan. Semakin aku mencoba untuk tidak memikirkan hal ini, semua hal it uterus saja merasukiku. Aku mengambil ponselku, memasang earphone dan mendengarkan musik, salah satu soundtrack dari anime Ava, "Berikan aku sayap".

Dalam liriknya terdapat kalimat yang berbunyi: "Ku bentangkan sayap di langit yang luas ini, biarkan aku terbang, menuju langit yang bebas tanpa kesedihan, Ku kepakkan sayapku." Aku bertanya pada diriku sendiri, jika kehidupan ini memang penuh dengan rasa sakit dan kesedihan. Apa saat ini Hellen sudah terbang ke sana? Ke tempat di mana tidak ada lagi kesedihan?

***

Awan putih di langit terus begerak setiap detiknya, perlahan-lahan semua orang melupakan kejadian menyedihkan itu. Bukan karena mereka tidak benar-benar bisa mengingatnya, hanya saja mereka tidak ingin membicarakannya. Toh, siapa juga yang senang dengan pembicaraan yang bernuansa buruk, kematian satu orang tidak akan membuat dunia ini berhenti. Hingga tak terasa udara sejuk di bulan Januari mulai menghampiriku di pagi hari.

"Selamat pagi idiot...." Vania menyapaku saat berpapasan di lapangan sebelum memasuki gedung sekolah.
"...."
"Oi... oi... jangan berlagak tidak dengar dong." keluh Sarah yang tidak senang karena aku tidak merespon mereka.
"Kenapa aku harus menyapa kalian?"
"Wah... benar-benar dingin... Padahal tahun baru, tapi sifatnya masih seperti yang kemarin."
"Sudahlah... Hentikan Vania... Sarah... Untuk apa kalian mengganggunya lagi, dia kan sudah tidak bisa apa-apa lagi sejak hari itu. Ayo tinggalkan saja." ucap Velia yang menenangkan kedua temannya lalu pergi begitu saja.

Ya, apa yang ia katakan tidak benar-benar salah. Sejak kematian Hellen, sekolah menjadi lebih ketat dalam pengawasan murid-muridnya, terlebih 2 minggu sebelum kejadian di atap itu, Hellen terlebih dahulu dianggap telah melakukan penindasan padaku, goresan di dahi yang meski luka kasarnya sudah hilang tapi tetap membekas karena warna kulit yang berbeda, tulisan IDIOT yang membuatku sadar siapa diriku sebenarnya. Karena itulah selama sisa semester pertama, Velia tidak lagi menggangguku, tidak ada lagi dahi untuk dicoret olehnya dan tidak ada yang perlu ku perjuangkan sampai harus melawan Velia, keadaan kami seperti sebuah perang dua negara yang melakukan gencatan senjata. Tidak benar-benar berdamai tapi juga tidak saling menyerang.

Bel masuk pelajaran pertama berbunyi. Setelah bebas menentukan tempat duduk karena ini semester baru, aku yang duduk di paling belakang-tempat paling baik untuk seorang yang selalu sendirian-hanya dapat memandangi langit yang kebetulan berada di jendela tepat di sebelahku sambil menunggu kedatangan guru. Sambil memainkan pulpenku, aku menyadari ada meja kosong di sebelahku,
Siapa orang yang bisa-bisanya tidak datang di awal semester 2 seperti ini?

Saat aku sedang melamun memikirkan hal itu, seorang guru masuk ke dalam kelas dan seakan menjawab pertanyaan dalam pikiranku, guru itu berkata.

"Selamat pagi semuanya, hari ini kita kedatangan murid baru yang pindah ke sekolah ini." Setelah mempersilahkan masuk, guru itu pun meminta murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya. "Silahkan perkenalkan dirimu."
"Namaku Jasmine Elysia, itu saja. Apa aku boleh duduk sekarang?"

Gadis yang kasar. Dengan rambut panjang hingga ke punggungnya, dan lagi badannya yang cukup tinggi memberikan kesan kuat yang cukup menakutkan. Tapi itu semua bukan sepenuhnya salahnya. Keadaan kelasku terlalu suram untuk menerima murid pindahan, karena entah bagaimana pun di pikirkan. Kabar seorang murid yang bunuh diri di sekolah jelas akan membuat orang-orang menjauhi sekolah ini dan tidak ada berpikir bahwa hal seperti murid pindahan akan ada pada masa-masa seperti ini.

"Ah, baiklah... Kau boleh ke tempat dudukmu yang di sebelah sana Jasmine, dan untuk kalian ketahui, Jasmine ini mendapat beasiswa karena dia adalah seorang atlit karate yang pernah menjuarai kejuaraan nasional tahun lalu, jadi... bapak harap kalian bisa akrab dengannya ya."

Idiot Aria [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang