Hari setelah hari itu.
Velia bilang itu adalah androphobia.
"Darimana aku tahu kalau Hellen memiliki phobia itu? Itu cerita lama. Hellen sekalipun harusnya tahu kalau aku mengetahuinya." tak ku sangka Velia akan memberitahukannya begitu saja saat ku tanyakan.
Apa yang terjadi pada mereka di masa lalu sampai Velia memiliki kunci untuk mengendalikan Hellen? Aku tidak pernah tahu. Baik Vania atau Sarah pun sepertinya tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka berdua pada masa lalu. Sebagai seorang temannya, aku tidak tahu apa-apa tentang Hellen. Sejak hari setelah hari itu, Hellen adalah Idiot-chan nomor 2, Hellen tidak lagi tersenyum, wajahnya selalu terlihat pucat dan lemas. Kecemasan pastilah karena ketakutannya itu sudah diketahui oleh Velia beserta grupnya, dengan memiliki hal itu mereka dapat dengan mudah mengancam Hellen dan mengganggu ketenangannya.
Dengan ancaman untuk menyebarkan rahasia itu, Hellen berubah menjadi pelayan Velia dan teman-temannya, tiap harinya Hellen selalu memohon kepada Velia untuk mengembalikan posisinya semula, menjadi bagian dari grup Velia, seperti seseorang yang berdoa kepada tuhan untuk melakukan pertobatan. Dan secara tidak langsung membuat pertemanan singkat denganku layaknya sebuah jalan sesat, sebuah tindakan hedonisme bersama iblis.
"Ve-Velia, ku mohon, kembalikan aku menjadi bagian kelompokmu. Aku minta maaf, aku salah. Akan ku lakukan apapun yang kau minta mulai saat ini."
"Apapun?" Velia sedikit tersenyum
"Apapun!"
"Kalau begitu, gantikan aku mencoret dahi si idiot ya. Nanti akan kupikirkan lagi kemungkinan kau kembali ke kelompok ini bila kau sudah melakukannya." ucap Velia sambil menyerahkan spidol kesayangannya itu.
Velia mengeksploitasinya, menggunakannnya untuk menyakiti kami berdua. Ucapan terang-terangannya saat pagi hari sebelum sekolah di mulai jelas seperti menjelaskan keadaan saat ini kepadaku. Dan dengan tatapan kosongnya, wajah pucat yang masih ada di wajahnya, Hellen tanpa ragu berjalan mendatangi tempat dudukku, seorang diri sementara Velia dan grupnya masih berada di tempat duduknya.
"Hellen apa yang kau lakukan? Kau baik-baik saja?"
"...."
Hellen bahkan tidak menatapku, aku mencoba menggoyangkan tubuhnya, membuat kesadarannya kembali, tapi tidak berefek apa-apa, mengarahkan wajahnya untuk menatapku. Tapi itu bukanlah hal yang seharusnya ku lakukan, ekspresi Hellen menjadi marah dan penuh kebencian. Dia telah membenciku dan tanpa ragu menarik poni rambutku lalu dengan kasar menuliskan tulisan terkutuk itu, 'IDIOT'. Jauh lebih besar dari yang biasa Velia lakukan padaku.
Ada tawa kecil keluar dari mulut Hellen, seakan dia sudah pasrah melakukan hal yang terpaksa ia lakukan. Melihatnya sangat menyakitkan. Aku tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini, tapi aku juga tidak dapat melakukan apa-apa. Semua ini salahku.
Hellen kembali menghadap tuannya.
"Aku sudah melakukan perintahmu Velia." ucapnya sambil mengembalikan spidol yang baru saja ia gunakan
"Bagus." Velia mengelus kepala Hellen. "Sekarang biar aku menuliskan 'IDIOT #2' di dahimu."
"Ta-tapi Velia...?"
"Bukankah kau bilang akan melakukan apapun yang aku minta? Atau kau mau aku biarkan sendirian dan memberitahu semua laki-laki di sekolah ini tentang dirimu yang pengecut itu?"
"... Ba-baiklah, maafkan aku Velia." suara Hellen terdengar sangat menyakitkan. Ia menyerahkan dahinya tanpa perlawanan dan Velia pun mulai mencoretnya.
"Selesai... Sekarang kau boleh pergi, bermainlah bersama sesama Idiot atau paling tidak jangan mendekatiku. Menjijikan sekali."
"Tapi... tadi kau bilang akan menerimaku lagi?"
"Apa? Kapan aku bilang begitu?"
"Tapi kau..."
"Aku hanya berkata akan memikirkannya, bukan berarti aku akan langsung menerimamu. Mulai sekarang turutilah semua perintahku atau kau yakin benar-benar ingin melawanku?"
"Ba-baiklah Velia."
Sarah dan Vania hanya tertawa melihat perlakuan Velia pada Hellen. Apapun yang terjadi pada akhirnya Hellen tidak akan mendapat apa yang ia inginkan. Dirinya pun tahu bahwa tidak ada jalan kembali ataupun jalan untuk melawan Velia, semua sudah berakhir untuknya. Hanya belas kasihan Velia yang akan membuatnya kembali seperti saat yang lalu dan berharap dengan melakukan semua perintah Velia dengan sebaik mungkin, belas kasihan itu akan tercurah untuknya.
Aku ataupun Velia, Sarah dan Vania, semua mengetahui kenyataan itu dan bagaimana respon kami terhadap apa yang bisa aku lakukan terhadap Hellen, tidak ada. Velia menjadikan Hellen layaknya asisten pribadi, pembantu, pelayan, pesuruh. Membawakan tas, mengambilkan pesanan di kantin, mengerjakan tugas, meminjamkan barang, semuanya hanya tinggal perintah dari Velia, Hellen tidak akan membantah dan menurutinya begitu saja, aku ragu sampai mana Velia akan mempermainkan Hellen dan sampai kapan Hellen akan tersadar dari keadaannya itu.
Tapi seperti apapun pemikiranku, tidak ada yang bisa kuperbuat, tidak ada yang bisa kulakukan untuk menolong Hellen, apapun yang kulakukan hanya akan membuat keadaan semakin buruk, baik untukku ataupun untuk Hellen. Dan bahkan beberapa kali pun tidak jarang Hellen akan menyerangku, menggangguku, baik itu saat aku sedang tenang makan siang ataupun mengerjakan tugas, ia dapat membuangnya, menambahkan beberapa debu penghapus ke dalam makananku ataupun merobek kertas tugas yang seharusnya diberikan padaku tanpa perintah dari Velia. Semua hanya demi menarik perhatian Velia yang bagaimana pun dilihat tidak lagi peduli dengan Hellen. Aku berani bertaruh apapun yang Hellen lakukan tidak akan mengembalikan kedudukannya dalam kelompok Velia, semua yang ia lakukan layaknya seorang yang putus asa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Aria [COMPLETE]
Teen FictionAria, seorang gadis SMA yang hanya ingin berteman dengan semua murid di kelasnya, harus menyadari kenyataan ia tidak lebih dari sekadar murid yang dibully oleh Velia dan gengnya. Akankah keinginan Aria dapat terwujud?