Bab 4 : Chapter 1 - Bagaimana Kalau Akhir Pekan Ini?

1.5K 129 2
                                    

Tidak banyak yang berubah setelah hari itu. Memang, aku juga tidak berpikir semuanya akan berakhir begitu saja menjadi akhir yang bahagia ketika Velia masih menghampiriku setiap pagi sebelum kelas dimulai layaknya jam alarm yang membangunkan seseorang di pagi hari dan meski sudah berkali-kali menunda 5 menit, alarm itu akan terus kembali berbunyi sampai akhirnya seseorang terbangun. Begitu pun dengan yang aku alami, rekor paling lama adalah menahan Velia sampai bel sekolah pagi berbunyi, tapi pada akhirnya dahiku tetap dicoret. Hari ini pun begitu. Tapi yang membedakan dari beberapa hari yang sebelumnya aku melihat Hellen dengan cara yang berbeda. Dia memang tidak membantuku, tapi dia juga tidak membantu Velia dan melihat hal itu aku pun membiarkan Velia mencoret dahiku sebelum ia meminta bantuan Hellen. Mungkin akan berat bagi dia untuk membantu Velia jika sampai hal itu terjadi.

“Ini untukmu Aria, pakai saja saat istirahat.” bisik Hellen sambil menyelipkan tisu basah ke kolong mejaku secara diam-diam.

Hellen mulai melakukan hal ini semenjak hari itu. Kami berusaha setenang mungkin dan tidak banyak berbicara agar apa yang ia perbuat tidak diketahui oleh Velia. Dan begitulah bagaimana cara kami berteman belakangan ini.

Hari itu, saat Hellen menyatakan dirinya menjadi satu-satunya temanku di atas atap sekolah, ia menungguku saat pulang. Dan kami berbicara banyak hal tentang kegemaran kami yaitu anime dan manga, sangat menyenangkan bila kejadian itu bisa terjadi setiap hari. Hanya saja, untuk menghindari kecurigaan Velia, Hellen tidak bisa pulang sekolah bersama denganku setiap hari, jadi aku menyesuaikan diri dengan jadwal piket Hellen setiap hari rabu, karena pada hari itulah Velia dan yang lainnya akan pulang terlebih dahulu dan dapat meninggalkan Hellen bersama denganku.

“Maaf, apa kau sudah menunggu lama?” Hellen menyapaku yang menunggu di halaman sekolah.

Masih terdapat beberapa anak yang lainnya, meski aku sedikit cemas dengan hal itu tapi Hellen pernah berkata bahwa mereka bukanlah orang yang akan repot-repot melaporkan hal seperti ini bila Velia tidak menyuruh mereka.

“Tidak apa. Piketmu sudah selesai?”
“Iya, yuk kita pulang.

Selama perjalanan pulang, tak jarang kami mampir ke pedagang jalanan atau terkadang kedai kopi sampai ke cafe-cafe yang ada di dekat sini. Membahas pelajaran sekolah dan tentang PR yang sulit dikerjakan menjadi kebiasaan kami meskipun kami lebih banyak membahas hobi kami terutama judul-judul anime yang sama-sama kami sukai seperti ‘ava’ atau ‘pelayan hitam’.

Sebisa mungkin beberapa kali aku menahan diri untuk melawan Velia karena melihat Hellen di belakangnya, aku takut bila sewaktu-waktu bila aku kelewatan menghadapi Velia, ia akan meminta Hellen membantunya dan itu membuat kami berdua akan berada dalam situasi yang aneh. Tapi di samping itu Hellen selalu membantuku setelah apa yang Velia lakukan padaku, pergi ke ruang kesehatan, membawakan obat, mentraktir makanan, menyemangatiku saat kami pulang bersama dan yang lainnya. Mungkin itulah kenapa aku masih bisa bertahan dari serangan Velia belakangan ini tanpa melawan.

“Ku dengar film ‘Ava 4.44’ sudah keluar di bioskop.”
“Iya, iya, aku juga baca beritanya di internet.”
“Bagaimana kalau akhir pekan ini kita nonton bersama?”
“Boleh saja, tapi….”
“Kenapa?”
“Bagaimana kalau nanti ketahuan oleh Velia dan yang lainnya?”
“Ah… itu tenang saja, mereka tidak akan pergi ke bioskop yang hanya menayangkan anime, mereka kan tidak menyukainya.” perkataan Hellen ada benarnya.
“Baiklah kalau begitu, sabtu ini ya.”
“Bagus… kalau begitu nanti kita langsung ketemuan di sana ya. Nanti ku hubungi lagi.”

Kami sampai di persimpangan yang memisahkan arah perjalanan pulang kami. Dan begitulah bagaimana akhirnya aku pun bisa melakukan hangout pertamaku setelah sekian lama berada di SMA dengan seseorang yang kusebut teman.

Idiot Aria [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang