•duapuluh | seungmin

236 37 6
                                    





Sepulang sekolah

Setelah mendapatkan berita tidak mengenakkan, wonjin keluar dari ruang musik dengan senyum hambar.

"Gimana jin?? "Tanya chaewon, dari ekspresi wonjin, chaewon sudah tahu apa yang terjadi.

"YEAH, as you know, Kita ga tampil. "Bukan ekspresi sedih, tapi chaewon, yujin, minhee dan juga jungmoo hanya mengangguk. Lalu tiba-tiba wonjin merentangkan tangannya dan semuanya berpelukan seperti teletubies.

"Kita udah bekerja keras! Tapi kayaknya bukan nasib kita untuk tampil. "Seru yujin yang diangguki semuanya.

"Ke warung bik gendut yuk!" Seru chaewon.

Yujin menggeleng, "gue ga deh, dahh!!" Pamitnya lalu berlari kecil menuju loker.

Dia merogoh sesuatu, tapi belum juga ketemu yujin sudah dipanggil seseorang.

"Yujin!" Kata seseorang, yujin dengan reflek menoleh, itu yuri dengan yena.

"Kenapa yur?" Yujin menutup lokernya mengurung kegiatannya tadi.

"Beliin gue jus alpukat di depan sekolah!" Dengan kasar yuri memberikan selembar uang kertas 50.000 an.

Tidak terima diperintah, yujin mengembalikan uang yang sudah ada di telapak tangannya ke tangan sang empunya.

"Beli sendiri." Jawab yujin ketus. Kerutan dikening yuri terlihat jelas lalu keduanya melipat tangan angkuh.

"Berani ya lo sama gue."

Yujin memajukan sedikit wajahnya, "berani, lo gak bakalan ngasi gue azab soalnya, lagipula lo gak bakal bisa makan gue yang badannya lebih besar daripada lo." Yujin sedang ingin membacoti yuri. Semua kemarahan yang yujin tunda, sekarang yujin mengeluarkan semua kemarahnnya walaupun dengan wajah yang cukup tenang untuk ukuran seseorang yang marah.

Yuri masih terdiam. Tapi yena menyahuti, "badan besar begitu saja bangga." Kata yena, sebenarnya yujin tak ingin mengejek orang di depannya, tetapi mungkin kalimat yang yujin berikan membuat yuri dan yena tersindir, hati yujin sedikit tersayat mendengar kata-kata yang yena keluarkan, yena yang dulu sahabatnya sekarang malah menghinanya.

Yujin menetralkan napasnya agar suaranya tidak terdengar seperti orang yang akan menangis.

"Dikasi racun apa lo sama temen-temen lo sekarang yen? Apa lo amnesia? Lo gak inget sama gue?! Segitu gampangnya lo lupain gue?" Katanya, yena hanya mendecih. Yuri tersenyum licik.

"Ga guna kita ngomong sama dia, yuk balik! Gue males lama-lama liat mukanya." Dengan sombongnya, yuri menatap yujin remeh.

Tak mau kalah, yujin kembali mengoceh, "YURI YENA! MENDING KALIAN IKUT CASTING JADI PEMERAN SINETRON AJA!" Dengan napas menderu, yujin berbalik berencana ke halaman belakang sekolah untuk menyejukkan pikirannya.

"Bangsat!" Itu kata kata terakhir yang dikeluarkan yena, yuri hanya menatap sinis ke punggung yujin yang makin lama semakin menjauh.

Saat melewati koridor yang sepi, hanya ada suara hentakan sepatu yujin yang beradu dengan lantai marmer sekolah.

Sampai ditaman belakang sekolah, yujin hanya duduk di kursi kayu dibawah pohon yang rindang agar tak kepanasan. Yujin menyenderkan kepalanya ke kursi itu.

Pelan-pelan yujin menutup matanya. Belum juga yujin terlelap, ia merasakan ada yang terduduk disampingnya.

"Belakangan ini lo sedih melulu." Seungmin melempar teh dalam kemasan kotak kesembarang arah.

"Jangan lempar-lempar." Saut yujin dengan tampang lesu sembari menyedot minuman itu.

"Kenapa lo?" Yujin menggeleng. Seungmin mendengus lalu berdiri menarik tangan yujin.

[✔️]JUST FRIEND || SEUNGMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang