Drrttt...Drrtt..."Mas itu ada telfon diangkat dulu siapa tau penting."
Dr.Irfan melihat nomor penelfon yang ada di ponselnya,namun nomor itu tidak di kenalinya.
"Nomor asing,aku nggak kenal."
Dr.Irfan melanjutkan sarapannya dan lagi-lagi nomor itu terus menelfon.
"Di angkat aja mas,barangkali penting."
Dr.Irfan mengambil ponsel dan mengangkatnya.
"Assalamualaikum."
"..."
Dr.Irfan menyiritkan dahinya.
"Tapi..."
"..."
"Baiklah saya kesana,Assalamualaikum."
"..."
"Ada apa mas? Apa dari rumah sakit?"
"Em..i..iya sayang,maaf aku harus segera kesana,kamu habiskan sarapanmu ya,maaf aku tidak bisa menemanimu karena ini keadaannya sangat genting."
"Iya mas nggak papa,ya sudah berangkatlah,mari aku antar."
"Tidak usah sayang,aku tidak mau menganggu sarapanmu,tetaplah disini dan makanlah dengan tenang,aku pamit ya,Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam warahmatullah."
Maida mencium punggung tangan suaminya lalu suaminya pergi dengan tergesa-gesa.
Laras membawa sebuah mangkuk berisi sop ayam yang baru saja selesai dia masak.
"Mbak,kok dr.Irfan nggak sarapan?" Tanya Laras.
"Dia buru-buru,mungkin ada operasi dadakan Ras,duduklah dan sarapan bersamaku."
"Tapi mbak,Jas dr.Irfan masih ada di gantungan,tadi pagi Laras menyeterikanya."
"Hmm,dia pasti lupa membawanya karena terburu-buru nanti biar aku antarkan,mari kita sarapan."
•••
"Jangan lakukan itu sayang,Umi mohon."
"Umi,aku hancur sekarang,apa yang bisa aku lakukan,apa dosaku sampai Allah berikanku cobaan seperti ini."
"Istighfar sayang,Umi mohon kasihanilah Umi mu ini,Umi hanya punya kamu,percayalah tidak ada ibu yang bahagia melihat anaknya menderita,Umi juga tau akan sakitnya hatimu."
"Tidak Umi,Umi tidak tau,Abah adalah lelaki penuh tanggung jawab tidak seperti dia,Umi tidak akan pernah tau sakit hatiku Umi,Umi tolong lepaskan aku,ikhlaskan aku,aku lelah Umi,biarkan aku bertemu Allah."
"Tidak sayang,Kamu hanya boleh bertemu dengan Allah dengan baik-baik,dengan seperti ini Allah tidak akan mau menemuimu."
"Umi coba pahami aku sekali saja,lepaskan aku Umi,ikhlaskan aku."
Jembatan itu menjadi saksi bisu dimana seorang ibu tidak ingin putrinya celaka dengan cara keji,sungguh wanita itu tau kalau bunuh diri adalah jalan yang amat di benci Allah,tapi dia tidak kuat menahan sakit dan perihnya kehidupan dunia.
"Hentikan Nahla!" Dr.Irfan menarik Nahla dan berhasil menyelamatkan tubuhnya yang sebentar lagi terhempas jatuh ke dalam air yang deras.
"Apa yang kamu lakukan! Jangan bodoh! Bunuh diri itu haram! Allah tidak akan mengampunimu."
Umi memeluk Nahla dengan penuh kasih sayang dan uraian air mata.
"Aku tidak kuat menahan beban hidupku Irfan,hidup dan takdir seperti mempermainkanku." Nahla menangis dengan uraian air mata yang di hapus oleh ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]
Fiksi Umum[follow sebelum baca] Kisah cinta tulus Maida Khairun Nisa kepada seorang pria yang membuatnya justru mendapat perlakuan tidak baik dari pria yang di cintainya,serta kehadiran orang lain dari masa lalunya yang akan merubah takdirnya. Saat dua cinta...