23.Hariku

3.8K 210 10
                                    

Tiga minggu pernikahan mereka berlalu...

Irfan dan Maida sepakat untuk tinggal di rumah mereka,alasan yang klasik,mereka ingin belajar mandiri.

"Istriku,lihat siapa yang datang."

Maida yang sedang menyiapkan sarapan Irfan pun menoleh.

"Fahri."

"Good Morning bu dokter." Fahri tersenyum menunjukkan giginya.

"Kenapa baru dateng?" Tanya Maida.

Irfan mengajak Fahri ke meja makan.

"Maaf deh,jadi gini Fan,bu dokter,sebenernya ane udah pulang dari lama,tapi Papa sakit,jadi ane gantiin Papa jadi dosen,ngurus kantor,ya gitulah sibuk ane sekarang."

"Mau minum apa?" Tanya Maida yang masih sibuk dengan pekerjaan dapurnya.

"Udah nggak usah,ane cuma mampir bentar,ini bentar lagi ada kelas."

"Jangan nolak rezeki,tapi kalo beneran nolak ya Alhamdulillah." Ucap Irfan bercanda.

"Tamu adalah Rahmat Fan,nggak boleh ente gituin,yaudah Maida buatin ane teh panas ya,ente udah masak belum? Kalo udah bekalin ane buat sarapan yak,lumayan kan."

"Nah gitu tu,di kasih hati minta jantung." Sindir Irfan.

"Hahaha,kayak nggak tau kebiasaan ane Fan."

"Bukan tau lagi,udah apal ane Ri."

"Hehe,oh iya ente udah ke rumah Akram,ane belum,ntar kalo ente kesana telfon ya,emm Maida ane boleh minta tolong nggak? Soalnya ane nggak tau."

"In Syaa Allah boleh."

"Cariin ane istri dong,capek sendiri mulu." Ucap Fahri ngawur.

"Ngapa ente minta tolong istri ane,ente cari sendiri lah,kan udah ada Livia,tinggal sah kan?"

Mendengar pertanyaan Irfan wajah Fahri menjadi sendu,ada kesedihan terpendam di wajah cerianya.

"Ane udah nggak sama dia."

Irfan dan Maida saling berpandangan mendengar pengakuan Fahri. Qodarullah,inilah takdir Allah,semua manusia berjalan pada takdir-Nya. Belajar dari kisah Fahri dan Livia,mereka yang telah lama menjalin kasih pun belum tentu Allah satukan dalam kehalalan padahal hanya tinggal qabul yang terucap.

Sungguh kesakitan terbesar saat kita menjaga hati kita untuk orang yang memang bukan takdir kita. Kita berusaha menjaganya tapi takdir Allah tidak menyatukan kita bersama dia.

"Kenapa?" Tanya Irfan lembut.

"Mungkin emang bukan jodohnya Fan dan jalan ane buat dapetin dia salah, harusnya ane bisa jaga diri ane dari hubungan yang nggak halal yaitu pacaran,ane nyesel pernah pacaran,ane jagain dia bertahun-tahun,ane tunangan sama dia dan bentar lagi ane qabul dia,eh ternyata emang ane bukan jodoh dia."

"Fahri,jodoh adalah cerminan diri,seperti apa dirimu maka seperti itulah kelak jodohmu,jangan sibuk mencari tapi berusahalah menjadi. Orang baik akan berjodoh dengan orang baik begitu pula sebaliknya." Maida menasihati Fahri lembut.

"Iya ane bakal berusaha,oh iya kalian berdua nggak ke Rumah Sakit?"

"Ane ke RS kalo Maida dia udah kurangin jadwal kerjanya." Jawab Irfan.

Fahri melirik sekilas jam tangan.

"Emm yaudah,udah siangan ini,ane berangkat ke kampus dulu ya."

"Eh Fahri ini bekalnya."

"Waduh Maida,beneran di buatin ini aduh jadi enak,makasih ya ane terima dah,kata Irfan nggak boleh nolak rezeki,sekali lagi makasih ya,ane berangkat dulu."

Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang