7.Dua Fakta

4.3K 283 4
                                    

Dr.Irfan pov...

Aku memarkirkan mobil tepat di halaman rumahnya aku mengajak Nizam sahabatku untuk menemui keluarganya,niatku baikku untuk mengkhitbahnya ku rahasiakan kepada dia dan keluarga besarnya. Kami sudah bertahun-tahun saling mengenal,tak pantas rasanya jika aku hanya memandanginya dengan haram.

Pukul 20.00 WIB...

Tok..tok..tok..

"Assalamualaikum."

Tak lama setelah salamku seorang wanita membuka pintu.

"Waalaikumussalam,eh Dr.Irfan,Dr.Nizam mari masuk."
Ucap wanita itu lembut.

"Maaf mbak,Pak Yahya ada?"
Tanyaku kepada wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangganya.

"Ada dok,itu di dalam lagi ngobrol sama ibu,mari masuk."

Aku dan Nizam memasuki rumah itu kami duduk sembari menunggu.

"Eh nak Irfan,nak Nizam,tumben main kesini." Pak Yahya menyapa kami dengan ramah.

"Eh iya pak." Ucapku sembari tersenyum gugup.

"Apa ada perlu?"

Aku menarik nafas panjang menutupi kegugupanku.

"Maksud kedatangan saya kemari ingin menyampaikan niat baik,Bismillahirahmanirrahim untuk mengkhitbah putri bapak."

Pak Yahya dan istrinya tersenyum senang.

"Alhamdulillah,kalau kami setuju-setuju saja tapi keputusan sepenuhnya kami serahkan kepada putri kami."

"Abahhh...katakan pada Dr.Irfan kalau Nahla menerima khitbah dari Dr.Nizam." Suara wanita itu menggema dari atas tangga,terdengar jelas,bahkan sangat jelas. Bagai tertancap sebuah tombak yang tepat sasaran,maksud hati memeluk gunung,tapi apa daya tangan tak sampai,suatu daun kering yang hidup di masa gugur,kenapa harapan tak sesuai dengan kenyataan,aku mengkhitbahnya untuk menjadi istriku,menjadi pelengkapku dan menjadi bidadari duniaku,tapi kenapa dia memilih orang lain untuk mendampinginya,aku menatap Nizam lekat,sementara ia hanya tertunduk.

"Oh jadi yang mengkhitbah putri bapak itu Dr.Nizam toh? Bapak kira Dr.Irfan?"

Aku mengulas senyum tipis menutupi rasa kecewaku.

"I..iya pak,saya mewakili sahabat saya Nizam,untuk mengkhitbah Nahla."
Ucapanmu membuat Nizam mendongakkan kepala menatapku,aku membalas tatapannya dan tersenyum.

Aku ikhlaskan semuanya,kami bertiga memang bersahabat tapi aku tidak tau kalau persahabatan kami menjadi sebuah cinta segitiga. Aku teringat sebuah kisah sahabat Rasul yang memiliki kebesaran hati luar biasa.

Dikisahkan Salman Al-Farisi adalah seorang pemuda Persia. Salman al-Farisi tak lain adalah mantan budak di Isfahan, salah satu daerah di Persia. Salman al-Farisi adalah sahabat Rasulullah yang spesial. Ia terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah pada saat kaum kafir Quraisy Makkah bersama pasukan sekutunya menyerbu Rasulullah dan juga kaum muslimin dalam perang Khandaq.

Untuk kisah cintanya,Salman al-Farisi merasakan jatuh cinta ketika Rasulullah dan kaum muslimin hijrah menuju kota Madinah. Maka di kota inilah Salman al-Farisi berniat untuk menggenapkan separuh agamanya dengan menikahi seorang wanita Sholihah. Saat itu diam-diam Salman al-Farisi menaruh perasaan cinta kepada seorang wanita muslimah Madinah nan sholihah yang disebut kalangan Anshar. Maka dia pun memantapkan niatnya untuk melamar wanita pujaan hatinya. Akhirnya Salman al-Farisi mendatangi sahabatnya yaitu Abu Darda. Ia bermaksud meminta bantuan dari sahabatnya, Abu Darda untuk menemaninya saat mengkhitbah wanita impiannya. Setelah mendengar cerita sahabatnya tersebut, Abu Darda pun begitu girang. Ia pun memeluk Salman al-Farisi dan bersedia membantu dan juga mendukung sahabatnya itu. Tak ada perasaan ragu bahkan menolak dalam diri seorang Abu Darda. Dan inilah kesempatan Abu Darda untuk membantu saudara seimannya.

Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang