14.Pilihan Hati

3.7K 225 2
                                    

"Ma Syaa Allah calon menantu bunda cantiknya." Puji bunda kepada Sania yang mencoba baju pengantinnya.

"Terima kasih bunda,menurut mas Irfan gimana? Apa ada yang kurang?"

Irfan hanya terdiam menggabungkan jemarinya di bawah dagu,raganya disini tapi pikirannya melayang entah kemana.

"Mas."

"Irfan,Sania tanya lo."

"Emm..Astaghfirullah,iya Sania ada apa?"

Sania memejamkan matanya pelan ia menyadari kekosongan pikiran Irfan,ia bahkan berfikir apakah Irfan memang tidak mencintainya dan apakah ada wanita lain di hati calon suaminya itu.

"Mas Irfan sakit? Atau kelelahan?" Tanya Sania dengan penuh kesabaran.

"Maaf Sania aku hanya tidak fokus saja."

"Makannya Irfan,kan bunda udah bilang kamu lebih baik ambil cuti,biar pikiran kamu lebih tenang."

"Irfan belum bisa bunda,pekerjaan Irfan lagi numpuk."

Nabila yang sedari tadi terdiam hanya melihat dilema di dalam diri kakaknya itu.

"Irfan keluar sebentar ya bunda,Sania."

Irfan berjalan meninggalkan mereka,terasa tidak sopan tapi baginya ia perlu menenangkan pikiran.

Irfan menatap lekat bunga mawar yang ada di depannya.

"Tidak perlu mendzolimi diri sendiri kak."

Irfan menoleh ke arah sang pemilik suara.

"Nabila?"

"Nabila tau kakak masih dilema dengan keputusan kakak untuk menikahi kak Sania,karna kakak masih mencintai Kak Maida bukan?"

Irfan mengulas senyum tipis.

"Dengan siapapun kakak menikah itu sudah Qodarullah Nabila,kakak yakin siapapun wanita yang akan menjadi pendamping kakak adalah wanita yang Allah pilihkan untuk kakak."

"Setiap orang memang harus menerima takdirnya dengan ikhlas dan lapang dada,tapi tidak perlu semunafik itu kak,kakak menyakiti hati banyak orang,kakak menyakiti hati kak Maida,Kak Sania,menyakiti hati bunda dan menyakiti hati kakak sendiri,Nabila kira kakak adalah seorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan tapi ternyata tidak,kakak terlalu mudah menyerah pada takdir!"

"Andai kamu tau Nabila,kalau bisa memilih kakak pasti akan memilih apa yang kakak inginkan,tapi sayangnya tidak bisa,mencintainya itu sangat sulit,dia seperti mawar,indah namun durinya yang tajam dapat melukai tangan."

"Kakak benar,itu karna kakak memetik dan menggenggamnya terlalu erat,kalau kakak memetik lalu menanamnya kembali,ia akan menjadi keindahan yang luar biasa."

Irfan hanya tertunduk sambil memikirkan sesuatu.

"Apa kakak masih mencintai Kak Maida?"

Irfan menatap Nabila lekat.

"Wallahi,aku masih mencintainya,dialah cinta pertamaku,dia yang membuatku menunggu selama ini,sampai saat ini tidak ada wanita yang bisa menggantikan posisinya di hatiku,tidak Nahla maupun Sania,Maida ada satu-satunya wanita yang tidak akan pernah ada duanya."

•••
Bulir itu mengalir dari mata saat telinga menangkap sebuah pengakuan.

"Astaghfirullahaladzim,Ya Allah Ya Tuhanku,bagaimana bisa aku mengira kalau pemuda itu mau menikahiku karena cinta,sementara cintanya sudah berlabuh kepada wanita lain." Buliran itu pecah menjadi derasan air mata.

Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang