Kini Maida terduduk menatap dirinya di depan meja rias,dengan balutan gaun putih ia terus menatap sendu wajahnya,bagaimana tidak harusnya hari ini adalah hari bahagia dalam hidupnya,tapi tidak bisa di pungkiri kalau hari ini akan menjadi hari dimana akhir dari perjuangan cintanya.
"Kak Maida jangan menangis,nanti nggak cantik lagi." Hibur Aliya.
Maida memalingkan wajahnya lalu menatap Aliya dan tersenyum.
"Anak Umi cantik sekali,Umi yakin lelaki yang mendapatkanmu nanti adalah lelaki yang paling beruntung,emm nak Aliya kamu dan umi dampingi Maida di dalam kamar ya,sebentar lagi pengantin pria datang,setelah qabul baru dia boleh menjemput putri Umi di kamarnya." Ucap Umi mengelus kepala Maida pelan.
"Na'am Umi." Jawab Aliya.
Suara rombongan mobil terdengar sampai telinga Maida,ia memejamkan mata sejenak sambil menguatka hatinya.
"Ibu,rombongan mempelai pria datang,pengantinnya udah ada di depan pintu." Suara Bi Ima sambil melihat ke bawah.
Umi tersenyum mendengar kabar itu tapi Maida,ia tetap saja meneteskan air matanya,Aliya sampai kehabisan cara untuk menenangkannya.
"Baiklah,bisa kita mulai saja ijab qabulnya?" Suara speaker itu menembus telinga Maida,mungkin telinganya yang tertusuk tapi hatinya lah yang terluka.
Para lelaki duduk menyaksikan ijab qabul,sementara para wanita kebanyakan melihat dari atas tangga yang melingkar,ada juga di dapur dan sebagian juga di kamar Maida.
Q.S Ar-Rahman adalah mahar yang pertama kali di persembahkan untuk Maida,mempelai pria membacakannya dengan begitu fasih dan merdu bahkan Maida menitikkan air mata mendengarnya. Setelah pembacaan Ar-Rahman kini ijab qabul akan segera di langsungkan.
"Baiklah kita Mulai,nak jabatlah tanganku." Suara Abi Maida kepada pengantin pria.
Maida menarik nafas panjang.
Ya Allah kuatkan hatiku,ikhlaskan aku akan takdir-Mu.
"Ya Irfan Hafiz Jaffan bin Ibrahim uzawwijuka ‘ala ma amarollohu min imsakinbima’rufin au tasriihim bi ihsanin, ya Irfan Hafiz Jaffan bin Ibrahim".
"Na'am." suara yang terdengar sampai kamar dan menggema di telinga semua orang.
Mata Maida yang terpejam langsung terbuka,apakah telinganya salah dengar? Tidak,sepertinya tidak,ia lalu berlari menuju tangga lingkaran lalu memastikan kebenaran yang ia dengar dengan penglihatannya.
"Kak Maida." Cegah Aliya.
"Biarkan nak." Ucap Umi mencegah Aliya.
Maida menatap dari atas memastikan kebenaran yang baru saja ia dengar.
"Anakahtuka wa zawwaj-tuka makhthubataka Maida Khairun Nisa Firdaus binti Muhammad Firdaus bi mahri Mushaf Al-Qur'an wa alatil ‘ibadah haalan." Ucap Abi sembari menjabat tangan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]
Ficção Geral[follow sebelum baca] Kisah cinta tulus Maida Khairun Nisa kepada seorang pria yang membuatnya justru mendapat perlakuan tidak baik dari pria yang di cintainya,serta kehadiran orang lain dari masa lalunya yang akan merubah takdirnya. Saat dua cinta...