Pemuda itu kini duduk di atas sebuah gedung memandang gemerlap kota dengan jelas,bibirnya tersenyum kecut.
"Apa kamu lupa kalau disinilah pertama kali aku mengatakan kalau aku mencintaimu." Fahri berbicara sendiri sambil memandang foto itu. Gadis cantik itu tersenyum dengan begitu manisnya.
"Kenapa kamu pergi tanpa memberi penjelasan,apa salahku padamu? Apa aku menghianatimu? Aku tidak tau salahku apa tapi kamu pergi begitu saja dan cicin ini?"
Fahri terus memandang foto dan cicin yang pernah di pakaikan wanita itu kepada dirinya.
"Livia." Lirihnya sambil meneteskan air mata.
"Sudah berbulan-bulan aku menanti kembalimu,aku menantimu seperti orang kehilangan arah,kenapa takdir begitu kejam memisahkan kita? Tapi tidak Livia,bukan takdir melainkan dirimu,kamu meninggalkanku saat aku ingin memilikimu."
Fahri menarik nafas pelan.
"Maafkan aku Livia,setelah ini aku tidak akan datang lagi ke tempat ini,ini terakhir kalinya aku mendatangimu,tentang perasaanku padamu biarkanlah terhapus waktu."
"Livia,tempat ini menjadi saksi bersatu dan berpisahnya kita,aku akan menikahi wanita pilihan almarhum kakekku,taukah Livia aku pertama kali bertemu dia di kampus,saat aku melihatnya datang terlambat mengikuti pelajaranku."
***
Aku melangkahkan kakiku menuju gedung itu aku melihat bnyak orang yang masih seumuran denganku ada juga mereka yang lebih tua dariku, mataku memandang ke penjuru kelas, ya itu adalah kelas yang kutuju, sebenarnya ini bukan pekerjaanku,aku hanyalah pengganti kar ena ayahku sedang sakit,mungkin dalam waktu yang cukup lama.Oke namaku Muhammad Fahri Firdausy aku disini sebagai Dosen Pengganti,umurku masih terlalu muda sebenarnya buktinya setiap aku berjalan banyak mahasiswi cantik yg memandangku,aku memasuki kelas yang menjadi mata kuliah ayahku.
"Ehm selamat pagi semua, nama saya Fahri saya disini ditunjuk sebagai Dosen pengganti Bapak Hamzah jadi saya hrap kalian bisa memperlakukan saya selayaknya Pak Hamzah." ucapku kontak saja semua memandangiku.
"Assalamualaikum." aku melihat seorang wanita datang ke kelas.
"Waalaikumsalam warahmatullah." aku terpaku melihatnya,pipinya merah seperti Istri Rasulullah yaitu Aisyah yg dijulukinya Humairah.
"Kamu tidak tau ini jam brpa? Kamu telat." ucapku
"Memangnya kamu siapa? Pak Hamzah saja blm datang,kamu pasti mahasiswa abadi yg di pindah ke kelas ini ya." dia mencibirku hingga satu kls tertawa."Nabila,sstt,itu dosen penggantinya Pak Hamzah." seorang wanita berbisik padanya.
Aku lihat gadis cerewet tadi terdiam seperti menahan malu.
"Oohh PDM dosen pengganti?"
"PDM?" tanyaku sambil menyeritkan dahi.
"Pak Dosen Muda maksudku,emm jdi gini ya pak,PDM kan ganteng,manis,perfect deh,Nabila masih di bolehin ikut mata kuliah PDM kan?" Ucapnya dengan suara yang di buat-buat aku yakin dia hanya memujiku karena ada maunya,bukankah sedari tadi sikapnya bertemu denganku seperti bertemu dengan musuhnya?
"Emm boleh." kataku.
"Makasih PDM." dia tersenyum manis.
"Tapi besok,sekarang karena kamu telat keluarlah,saya tidak akan mengulangi kalimat saya."
Walaupun terkadang aku bercanda seperti orang gila tapi disini aku harus terlihat bijaksana bukan? Apalagi dengan gadis seperti dia,sudah telat ngotot pengen ikut pelajaran.
Setelah 5 menit berdebat dengannya dia pun mengalah untuk keluar,sebenarnya aku penasaran dengannya,aku tadi mendengar temannya memanggilnya Nabila,kucari di daftar nama.
NABILA KHANSA HUMAIRAH,aku memandanginya dari dalam kelas,diluar dia tampak serius belajar,aku merasa tak enak hati sudah mngusirnya tadi,dia memergokiku yang sedang memandanginya,lalu ia membuang muka,melihat ekspresinya membuatku ingin terus memperhatikannya.
Semenjak itulah aku tertarik kepadanya,saat aku menceritakan gadis yang ku panggil Humairah kepada kedua sahabatku ternyata dia adalah adik dari Irfan,dari situlah aku mantap untuk mendekatinya,terlebih Irfan memberikan lampu hijau,tapi aku lihat Irfan memang belum yakin kalau aku sudah melupakan Livia.
Hari berganti hari bulan berganti bulan,Humairah memberikan kebahagiaan,bukan hanya kepadaku tetapi kepada keluargaku,Humairah ternyata adalah mahasiswi kesayangan ayahku yang sering beliau ceritakan kepadaku,dia cerdas,cantik dan tentunya berakhlak.
Kehadiran Humairah sangat di sambut hangat oleh keluargaku,seperti kehadiran Livia dulu,terlebih Mama,dia sangat selektif kepada wanita yang dekat denganku.
Dulu saat kehadiran Livia,Mama dan Zahra adikku,menyambutnya dengan ramah,Mama tak membeda-bedakan antara Livia dan Zahra,Livia berhasil mencuri hati Mama sampai akhirnya kami bertunangan.
Tapi Humairah,dengan kehadirannya dia membuat keluarga kami menjadi sejuk. Mama yang dulu adalah wanita fashionable sekarang beliau berubah menjadi seorang Muslimah,Mama mendapat hidayah dan mulai berhijab.
Saat Humairah ingin menemui ayahku di rumah karena tugas kampusnya,saat itu ayah mengatakan kalau aku dan Humairah memang sudah di jodohkan,kami di jodohkan karena perjanjian kakek dan ayah Humairah. Pak Ibrahim ayah Irfan dan Humairah adalah santri kesayangan kakekku.
Kami semua merasa tidak keberatan termasuk juga aku,hanya saja aku harus menunggu Humairah menyelesaikan pendidikannya,dia harus mengurus bisnis almarhum ayahnya,karena Irfan sangat sibuk dengan profesi dokternya.
"Humairah,hari ini aku berjanji,aku tidak akan meninggalkanmu seperti gadis itu meninggalkanku."
Fahri mengulas senyum sambil menatap foto Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]
Ficción General[follow sebelum baca] Kisah cinta tulus Maida Khairun Nisa kepada seorang pria yang membuatnya justru mendapat perlakuan tidak baik dari pria yang di cintainya,serta kehadiran orang lain dari masa lalunya yang akan merubah takdirnya. Saat dua cinta...