18.Maaf

4.4K 254 3
                                    

Di sebuah taman kota Irfan menatap indah kerlingan cahaya bintang,di pandanginya sebuah bintang yang berkilau tajam.

"Sania,kata nenekku dulu,jika orang baik meninggal maka dia akan tinggal di langit dan menjadi bintang yang paling bersinar,Sania kamu adalah wanita yang sangat mulia,kamu melakukan apa yang tidak bisa ku tebak,Sania maafkan aku kalau aku tidak bisa membalas perasaan cintamu padaku,tapi yakinlah Sania,aku menyanyangimu sebagai adikku."

Irfan kemudian tersenyum dan terus menatap bintang itu,damai rasanya melihat langit.

"Dr.Irfan apa saya boleh katakan sesuatu?" Suara itu tiba-tiba datang.

"Livia? Kamu disini? Apa kamu bersama Fahri?"

"Tidak Dr.Irfan."

"Lalu? Apa yang ingin kamu katakan padaku?"

"Ada dua,yang pertama Sania adalah adikku,adik sepupu kesayanganku,Dr.Irfan dia sangat mencintaimu,setelah aku mendengar cerita lengkap dari Dr.Aliya aku berharap anda bisa memenuhi amanah terakhirnya."

Irfan tersenyum kecil.

"Livia,bukan aku tidak mau memenuhi amanah Sania,terlebih aku memang mencintai Maida,tapi aku malu akan perlakuanku kepadanya,Livia aku tidak pantas bersanding dengan Maida,aku pria yang kejam karena menyakiti hati wanita,terlebih dia adalah wanita yang aku cintai."

"Dr.Irfan,tapi sekaranglah waktunya,dokter tentu tidak mau kehilangan Dr.Maida untuk kesekian kalinya kan? Dr.Irfan lakukanlah bukan hanya untuk sebuah amanah tapi untuk kemenangan dari perjuangan anda selama bertahun-tahun,Fahri pernah mengatakan kalau anda sudah sedari dulu mencintainya,bukankah begitu dokter?"

"Aku tau Livia,tapi..."

"Tidak ada kata tapi untuk sekarang Dr.Irfan,coba pikirkan bagaimana kalau anda berada di posisi Dr.Maida? Bagaimana kalau Dr.Maida akan menikah dengan orang lain dan anda hanya bisa pasrah? Allah Maha Bijaksana dokter maka dari itu Allah tidak menyatukan anda dengan Sania,tapi jika suatu saat Allah menyatukan Dr.Maida dengan orang lain? Apa anda siap melihatnya? Apa anda siap menerimanya? Dan apa hati anda siap mengikhlaskannya?"

Pertanyaan Livia hanya ada satu jawaban di dalam hati Irfan,yaitu tidak. Irfan tidak bisa dan tidak siap dengan apa yang akan terjadi seperti yang di katakan Livia.

"Tidak!" Jawab tegas Irfan.

Livia tersenyum puas dengan jawaban itu.

"Dokter ini saatnya anda dan Dr.Maida bahagia,saya harap setelah ini anda bisa mengambil langkah yang tepat,karena saya hanya bisa bicara sekali ini saja,setelah itu saya akan pergi."

Livia mengeluarkan amplop berwarna putih dan memberikannya kepada Irfan.

"Apa ini?" Tanya Irfan menatap Livia dengan sejuta pertanyaan.

"Malam ini adalah malam terakhir saya di Indonesia,saya akan pergi ke London dan mungkin tidak akan kembali lagi,saya ingin menitipkan surat ini tolong berikan kepada Fahri."

"Apa maksudmu Livia? Kamu tidak akan kembali? Bukankah kamu dan Fahri sudah bertunangan dan akan segera menikah?"

"Setelah membuka surat itu Fahri akan mengerti semuanya Dr.Irfan,saya harap anda bisa mengambil keputusan yang tepat dan saya juga berharap kalau keputusan saya ini tepat,dokter Irfan saya pamit,Assalamualaikum." Terasa berat memutuskannya tapi Livia punya alasan di balik keputusannya itu.

"Waalaikumussalam."

•••

"Jadi gitu Ri ceritanya."

Fahri hanya terdiam. Irfan pun bingung ia tak pernah melihat sahabat seperti ini,Fahri yang biasanya banyak bicara dan jail berbeda dengan Fahri yang ada di depannya sekarang.

Kepingan Yang (belum) Hilang [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang