Karawang, 22 Oktober 2019
***
Kamu itu seperti hujan yang tak dapat ditebak kapan dia akan turun
Kamu juga layaknya angin yang berhembus tak tentu arah
Hingga aku kesulitan mencari cara bagaimana memahamimu.***
Ini sudah lewat dari dua hari sejak kejadian dimana Fira lagi lagi gagal terlihat menarik di hadapan Afnan. Namun sikap gadis berhijab merah muda itu masih dingin terhadapa suaminya. Ada rasa kesal, namun juga ada rasa malu. Dan sekarang justru malah menajdi canggung. Sedangkan Afnan justru tidak tahu bagaimana caranya agar ia dan Fira bisa seperti sebelumnya. Jujur saja hari itu Afnan memang emosi, ia tidak suka jika Fira menggodanya.
Fira sendiri semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Afnan. Apa salah jika ia menginginkan hal itu? Fira dengan ekspresi datarnya bangkit dari meja makan, ia membawa serta piringnya yang sudah kosong. Tidak peduli apa yang akan Afnan katakan. Bukankah sebagai seorang istri ia juga berhak atas nafkah batin? Lalu kanapa Afnan hanya memberinya nafkah lahir selama ini? Menyebalkan.
"Fi."ucap Afnan yang masih duduk di meja makan.
"Iya."jawab Fira tanpa menoleh sedikitpun dan terus berjalan menuju dapur.
Afnan kemudian bangkit dan berjalan mengikuti Fira dari belakang."Kamu gak papa kan? "
"Aku sehat kok."jawab Fira lalu menaruh piringnya diatas wastafel, kemudian ia mencuci piring yang tadi ia gunakan. Sedangkan Afnan hanya berdiri di sampingnya sambil terus memperhatikan ya.
Sebenarnya Afnan tahu apa yang Fira inginkan, sebagai seorang pria dewasa yang normal tentu saja Afnan juga menginginkan hal yang sama. Namun ada bagian dari diri Afnan yang menahanya melakukan itu, dan ia tak punya cukup keberanian untuk menceritakan nya kepada sang istri. "Aku....." ucap Afnan tertahan saat Fira tiba tiba menjauh.
"Aku duluan ya kak, hari ini aku ada janji sama dosen ku kalau sampai terlambat nanti dia marah."ucap Fira lalu pergi begitu saja.
"Mau aku antar? "Tanya Afnan.
"Gak usah, kebetulan aku sudah pesan taksi online." jawabnya, ada rasa bersalah dalam hatinya. Karena Fira tahu bahwa yang sedang ia lakukan kepada suaminya ini tidak baik. Tapi apa daya ia masih kesal.
🌺🌺🌺🌺
Pintu ruangan berwarna putih itu terbuka diringi dengan seorang gadis berkerudung toska yang keluar dari balik pintu. Iya Fira baru saja keluar dari ruangan dosen pembimbingnya. Skripsinya masih belum selesai dan ia baru saja konsultasi untuk bab yang tengah ia tulis kali ini. Ada beberapa hal yang belum benar benar ia pahami. Kuliah di jurusan sastra memang gampang gampang susah. Apalgi jika itu bahas asing. Meski begitu Fira tetap bersabar karena mimpinya untuk lulus tahun ini tinggal satu langkah lagi.
Gadis yang saat ini menenteng tas laptopnya itu masih berjalan di Koridor kampusnya. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan sekarang. Melanjutkan mengerjakan skripsinya? Sepertinya tidak bisa. Hatinya sedang tidak baik. Pikiranya juga begitu. Fira menghembuskan napasnya kasar, sambil menatap lantai putih yang sedari tadi ia jejaki. Pikiranya masih melayang pada sosok Afnan yang menjadi tak dapat ia mengerti.
Hingga suara bas yang cukup familiar dari seorang pria mengagetkannya.
"Duar..... "ucap pria itu dengan cengiran tanpa dosanya.
"Astagfirullah.... "Fira menoleh lalu mengusap dadanya.
"Ih jevin apaan sih lo ngagetin aja tau gak."omel nya."Sory, abisnya lo bengong terus sih, awas lo jangan kebanyakan bengong ayam tetangga gue bengong seharian eh besok nya mati. "Ujar pria itu asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan Abi
Ficción GeneralFira, seorang gadis ceria yang terjebak diantara dua pilihan, lelaki soleh yang dipilihkan oleh sang ayah, atau sang mantan kekasih yang rela berpindah keyakinan demi dirinya. Hatinya goyah, ia bimbang dengan pilihan yang ada didepan matanya Antara...