Maaf

1.6K 76 7
                                    

Karawang, 09 November 2019

***

"Gimana bisa aku ngelirik perempuan  lain, kalau perempuan paling cantik di dunia udah ada di hadapan aku sekarang."

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Seharian ini Fira masih saja bersikap dingin pada suaminya, ia masih kesal. Bahkan sangat kesal, bagaimana tidak Afnan malah terkesan lebih membela wanita lain ketimbang Fira. Apalagi itu di depan umum. Padahal Fira sudah susah payah belajar memasak, tapi nyatanya semua sia-sia. Gadis berpipi tembam itu masih terduduk di kursi belajarnya, ia lebih memilih menatap layar laptop dihadapanya dibanding menatap Afnan yang kini tengah menatapnya.

Pria berkemeja biru langit dengan dasi hitam melingkar di lehernya itu manatap istrinya bingung. Pasalnya Fira masih saja bersikap dingin, dan terus mengacuhkannya semenjak kejadian di kantor tempo hari. Padahal Afnan merasa bahwa sudah pantas ia memarahi Fira, karena gadis itu sudah bersikap tidak sopan. Lalu dimana letak kesalahanya, Afnan yang kelewat tidak peka? Atau Fira yang terlalu baperan?

Di sisi lain Fira juga tak mau kalah, ia merasa kesal setengah mati. Menurutnya Afnan seharusnya membela dirinya kemarin, bukan malah meminta maaf pada wanita menyebalkan yang Fira saja malas mengingat wajah menornya itu. Kalau saja memaki suami itu tidak dosa maka sudah dari kemarin Fira melakukanya.

Afnan menghela napasnya, ia mengambil tas kerjanya lalu berjalan ke arah Fira. Gadis itu masih saja sibuk menjentikan jari jemarinya di atas keyboard.

"Fi, aku berangkat dulu ya."ucap Afnan namun Fira tak menoleh sama sekali.

"Hm."

"Asalamualaikum."ucap Afnan pada istrinya yang masih saja acuh padanya.

"Hm."

"Asalamualaikum."ulangnya.

"Iya Walaikumsalam." balas Fira meski dengan nada suara yang terdengar malas.

Dengan perasaan yang masih kacau Afnan berjalan ke luar dari kamar, pagi ini ia harus bekerja mengawali harinya dengan suasana hati yang buruk.

🌹🌹🌹🌹🌹

Matahari sudah tersenyum lebar siang ini, terbukti dari cahayanya yang begitu terik. Jam dinding pada ruangan ber cat putih itu sudah menunjukan pukul 12 siang, ini sudah waktunya istirahat. Ruangan dengan beberapa meja kerja itu hanya tinggal berisikan dua manusia. Lia yang masih sibuk dengan tugas tugasnya, dan Afnan yang masih sibuk dengan pikiranya sendiri.

Lia memegangi perutnya, ah ia sudah lapar. Mungkin memakan satu mangkuk bakso di kantin akan membuat perutnya yang berisik itu terdiam. Lia  menoleh pada Afnan yang masih sibuk berkutat dengan layar komputer di depannya. Lelaki itu pasti lupa waktu karena terlalu fokus bekerja. Lia bangkit lalu berjalan ke meja pria biru langit itu.

Jodoh Pilihan AbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang