Fira, seorang gadis ceria yang terjebak diantara dua pilihan, lelaki soleh yang dipilihkan oleh sang ayah, atau sang mantan kekasih yang rela berpindah keyakinan demi dirinya.
Hatinya goyah, ia bimbang dengan pilihan yang ada didepan matanya
Antara...
Aku mengenalmu entah sejak kapan, aku bahkan tidak tahu.
Seharusnya aku percaya, seharusnya aku mengerti.
Namun rasa gundah ini sudah mengusikku terlalu jauh.
Haruskah aku cemburu?
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tuh aku kasih senyumnya kak Afnan, siapa tahu ada yang kengen....
***
Ruangan yang biasanya ramai itu hari ini lebih terlihat sepi, hanya beberapa orang yang masih duduk di meja meja ruangan itu. Tidak sedikit juga yang keluar masuk dan berlalu lalang. Ac di sana selalu dinyalakan dan selalu bisa membuat suhu ruangan terasa sejuk. Hanya saja hari ini ada yang berbeda dari ruangan berjukul "ruang dosen" itu.
Ada tiga Ac yang bertengger di dinding ruangan itu, dan semuanya sudah menyala. Namun tak mampu untuk membuat Fira merasa sejuk. Rasa gugup dan takut akan hasil revisi yang ia lakukan lebih mendominasi di sana. Dosen menyebalkan yang sedari tadi membolak balik lembar demi lembar revisianya itu terlihat lebih menyeramkan dari pada kuntilanak atau wewegombel sekalipun.
Bahkan saat ini keringat dingin sudah menjalari setiap inci kulitnya. Fira takut hasilnya buruk, dan ia harus merevisinya lagi padahal ia sudah sangat lelah. Beberapa saat berlalu akhirnya dosen dengan batu akik yang melingkar hampir di setiap jari tanganya itupun menutup lembaran skripsi Fira. Ia menatap Fira, namun Fira tidak mengerti artinya apa. Hal baik ataukah buruk, membuat Fira semakin merasa gugup.
"Saya sudah selesai memeriksa hasil revisi kamu."ucap dosen berkemeja biru tua itu sambil menutup kembali lembaran skripsi Fira yang sempat ia baca sekilas itu.
"Terus gimana pak?"tanya Fira sedikit ragu.
Pak Us nampak terdiam sejenak, membuat Fira jadi harap harap cemas."Ini lebih bagus dari pada yang kemarin."
Seketika senyum mengembang di wajah manisnya"Jadi pak?"
"Kamu bisa lanjut ke bab berikutnya."ucap Pak Us yang cukup membuat Fira kaget.
"Serius pak?"
"Iya dong."ucap dosen nyentrik itu.
"Makasih pak."ucap Fira lalu menganggukan kepalanya.
"Tapi kalo nanti ada yang kamu gak ngerti terus mau konsul, kamu harus nunggu dua minggu lagi ya."ucapnya kemudian.
Kedua alis Fira hampir bertautan saat mendengar ucapan dosen nya itu."Loh emangnya kenapa pak?"