Ungkapan di sore hari

22 0 0
                                    

Tiga belas Oktober di Hari Minggu, masih saja tetap diam hanya menunggu. Berikan sedikit rasa hati yang terhimpit. Maksudnya sesak, karena terserang buah simalakama sama halnya dilema. Ingin sekali bertemu namun waktu belum berkenan bertemu. Karena adanya sebuah alasan yang jadi penghalang. Masih saja menunggu keadaan hatinya utuh kembali menjadi tenang, damai, ya begitulah. Masih dengan suara lagu kenangan. Bukan kenangan, namun liriknya saja terasa begitu seirama dengan rasa lubuk hati. Sampai kapan, masih terus bertanya. Ingin berucap kepastian, tetapi masih saja waktu belum memberi kepastian. Padahal Aku berniat baik, hanya untuk meredakan resah yang mungkin sama dirasa, tapi entah sama juga atau tidak alasannya. Jangan kamu bertanya mengapa bisa kamu, karena memang hanya kamu, dan tetap masih kamu yang jadi sebuah alasan dari rasa jemu. Bukan jemu, rindu atau sendu, sudahlah lupakan. Semoga saja waktu cepat hadir untuk beri kepastian, sebagai hadiah dari menunggu. Tenang saja kamu, tetap akan disini, untuk diri sedia menunggu. Mau bagaimana saja, tetaplah akan Aku jaga, agar rasa ini tetaplah utuh, namun santai saja kamu. Karena Aku sudah pusatkan harapan kepada Rabbku, jadi tidak usah khawatir diriku jatuh karena harapan. Rabbku tahu yang cukup dan paling baik untuk setiap hambanya.

Jatuh Cintalah kamu dengan melibatkan Rabbmu, agar jika tidak bersanding pada pelaminan, dirimu tidak terpuruk jatuh, karena tipu daya salahnya memusatkan harapan. Selamat sore untuk kamu, semoga rindu cepat bertemu. Jangan lupa agar tetap tegar menghadapi kerisauan yang kamu rasakan, ada Aku yang terus mendoakan,bukti nyata rasa ketulusan.

Menuju Ahli HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang