11

525 81 29
                                    

"Wae?!"

Tanpa basa-basi Dara menanyai Jiyong dengan raut gusar nya. Bahkan belum setengah jam setelah mereka bertemu, dan kini alpha itu malah kembali memaksa nya untuk bertemu.

Jika bukan hal penting, maka habislah atasan angkuh nya itu.

"Aiss.. Cepatlah bicara! Aku bahkan belum mengganti pakaian ku dan kau-- Yak! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!" tentu saja Jiyong tidak akan mendengarkan ocehan dari sekretaris nya itu. Alpha bersurai api itu tetap berjalan dengan sebelah tangannya yang menarik sang omega menuju tempat dimana mobilnya terparkir.

"Kau mau membawa ku kemana? Atau.. Omo! Jangan-jangan kau ingin menculik dan menjual organ ku ya?!" racau Dara saat Jiyong sudah mengendari mobil nya.

"Oh God! Pelankan laju mobil mu SAJANGNIM!!!"

"Ini darurat. Aku buru-buru. Dan kau tenang saja, aku tidak akan mencelakai mu." ucap Jiyong akhirnya mengeluarkan suara.

"Darurat apa? Kita akan kemana?"

"Apartemen ku." jawab Jiyong dengan fokusnya yang tetap tertuju pada jalanan di depan.

Dara mendengus jengkel.

"Hal darurat apa yang ada di apartemen mu itu Kwon Jiyong-ssi?" tanya Dara sarkas.

"Ji Eun! Ji Eun dalam keadaan bahaya karena appa mulai mencurigai jika selama ini Ji Eun menempati apartemen ku." raut panik sangat kentara di wajah tampan seorang Kwon Jiyong.

"Lalu apa hubungannya dengan ku! Turunkan aku disini!" entah kenapa Dara merasa kesal akan jawaban Jiyong barusan.

Jiyong memperlambat laju mobilnya. Melirik Dara sekilas,

Dia marah? Kenapa? -batin Jiyong.

"Aku mohon bantu aku Dee. Appa sudah mengawasi apartemen itu selama duapuluh empat jam, aku tidak bisa menemui nya jika hanya seorang diri. Ak-"

"Jadi kau memanfaatkan ku agar bisa bertemu dengan nya? Ckk kau bodoh atau apa?! Jika kau benar-benar mencintai nya bawa saja dia kabur! Jangan melibatkan ku!" Dara merasa sakit sendiri setelah kalimat itu terucap dari mulut nya, ia sangat sadar jika ia telah jatuh hati kepada presdir di samping nya itu. Namun apa boleh buat? Ia tau diri jika cinta nya hanya lah rasa sepihak.

"Aku tidak bisa. Dia tidak mencintai ku." lirih Jiyong menepikan mobilnya.

"Lupakan," gumam Dara seperti sebuah bisikan.

"Lupakan apa?" bingung Jiyong, alpha itu membuka seatbelt nya agar bisa duduk menyamping menghadap Dara.

Lupakan cinta sepihak mu itu! -batin Dara, entah itu untuknya atau untuk Jiyong.

"Lupakan perkataan ku tadi. Ayo kita ke apartemen mu." putus Dara yang sukses membuat Jiyong tersenyum lebar.

*G*

Apartemen Jiyong

"Heol! Sepanjang jalan aku hanya melihat pria besar berjas hitam. Appa mu benar-benar berlebihan Ji!" ucap Dara saat mereka telah sampai di pintu apartemen Jiyong.

"Pria tua itu memang berlebihan."

Jiyong melirik kearah dua orang pria di sudut lorong dekat apartemen nya.

"Kalian lihat? Apartemen ini tidak di tempati Ji Eun! Apartemen ini untuk ku dan kekasih ku menghabiskan waktu berdua, jadi tolong tinggalkan tempat ini!" sinis Jiyong kepada dua orang berbadan besar itu.

"Maaf tuan. Kami akan melaporkan nya kepada tuan besar." ucap salah satu dari mereka.

"Kalau begitu pergilah! Jangan mengganggu kami!" usir Jiyong kembali. Keduanya membungkuk lalu meninggalkan tempat itu.

"Apa mereka benar-benar pergi?" bisik Dara saat keduanya telah menghilang.

"Tentu saja tidak. Mereka akan memastikan nya hingga besok pagi." jawab Jiyong santai lalu membuka pintu apartemen nya setelah memasukkan beberapa kode sandi.

"Mwo! Kau gila? Itu berarti aku juga harus menginap disini hingga besok pagi?!"

Bersama kau dan wanita yang kau cintai -batin Dara melanjutkan kalimatnya.

"Mian." jawab Jiyong yang terdengar main-main.

"Kau! Kwon brengsek-"

"Ji? Kau disini?" makian Dara terpotong oleh pertanyaan lembut dari seseorang yang sialnya baru saja selesai mandi dan memperlihatkan rambut basah nya yang tergerai. Dara sangat benci melihat tatapan memuja Jiyong saat ini. Karena tatapan itu tertuju bukan padanya.

Aigoo!! Kau benar-benar sudah gila karena cinta Dara! Sadarlah!!

Wanita itu terus-terusan merutuki dirinya.

"Berhenti memukul kepala mu. Kau sudah bodoh jadi jangan memperparah nya." Jiyong meraih tangan kanan Dara yang sedari tadi memukuli kepalanya sendiri.

"Ne.. Aku benar-benar bodoh!" aku Dara dengan suara lirih.

Bahkan Jiyong hanya memegangi tangan nya dan ia telah merona, benar-benar bodoh.

"Jiyong?" suara halus itu menghentikan interaksi diantara mereka.

"Ah? Ne, aku sudah bilang jika appa mengawasi apartemen ini bukan. Aku ingin menghilangkan kecurigaan nya itu." jawab Jiyong tersadar bahwa telah mengabaikan pertanyaan Ji Eun tadi.

"Lalu Dara?" bingung Ji Eun dengan kehadiran Dara, sekretaris Jiyong yang baru ia kenali beberapa hari yang lalu.

"Kau pasti sudah mendengar rumor mengenai hubungan kami Ji Eun-ssi. Jadi aku kesini hanya untuk membantu." jawab Dara yang entah kenapa merasa malas untuk menjelaskan.

"Aku rasa itu tidak sekedar humor." ujar Ji Eun tersenyum penuh arti ke arah tangan Jiyong yang masih menggengam erat tangan mungil Dara.

"A-ani! Itu tidak benar Ji Eun-ah!" elak Jiyong melepaskan genggaman tangannya.

"Kkk.. Akan sangat bagus jika itu memang benar Ji."

"Tidak! Tidak akan pernah!" kesal Jiyong saat mendengar ucapan santai dari wanita yang dia cintai itu.

"Ne.. Ne.. Kita tidak pernah tau dengan masa depan bukan? Ayo duduk Dara-ah, kenapa hanya berdiri." Ji Eun menarik tangan Dara untuk duduk di salah satu sofa di sana.

"Kenapa hanya dia yang ditawari duduk?" sinis Jiyong karena diabaikan.

"Ini apartemen mu bukan? Kenapa kau bersikap seperti tamu di apartemen mu sendiri?" ejek Ji Eun menertawai tingkah absurd Jiyong.

"Aku tidak peduli! Aku mengantuk!" kesal Jiyong berjalan menuju kamar nya yang ditampati Ji Eun.

"Dara, kau bisa menempati kamar tamu bersama ku." ucap Ji Eun mengabaikan Jiyong yang sedang merajuk.

"Siapa bilang kau boleh tidur disana? Kau tidur dengan ku!" ujar Jiyong di ambang pintu kamarnya.







.
.
.

TBC

25 vote baru lanjut:)

MINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang