30

542 54 20
                                    

Empat malam Dara tak bertukar kabar dengan Jiyong, dan empat malam pula Dara menangisi alpha nya itu.

Lelah, sesak, sebenarnya Dara ingin sekali berhenti melakukan hal itu. Tiga malam berturut-turut menangis hingga tertidur, Dara merasa kepalanya berdenyut.

"Eonni?"

Panggil Soojung di balik pintu. Beta duapuluh dua tahun itu sudah tiga malam pula menginap di flat sang kakak, menunggu dan berharap kakaknya itu mau bercerita kepada dirinya.

Sepertinya malam ke empat ini ia sudah tidak bisa lagi menahan dirinya.

Dara bergegas membenamkan kepalanya di balik bantal, berdehem sejenak untuk menetralkan suaranya sebelum menjawab panggilan sang adik. "Yaa?" Dara menelan ludah saat menyadari getaran di suara nya dan berdoa semoga Soojung tak menyadari nya.

Pintu kamarnya terbuka, dan Dara merutuki dalam hati kelupaan nya untuk mengunci pintu sebelum menangisi semua permasalahan nya.

"Apa eonni tetap tak ingin berbagi cerita dengan ku?" Soojung menarik selimut yang membungkus seluruh tubuh sang kakak hingga kepala.

"A-aku kenapa? Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu aku ceritakan." elak Dara.

"Tidak apa-apa apanya? Lihat, apa eonni masih akan menyangkal jika eonni baik-baik saja eoh?" Soojung menyodorkan cermin kecil dari atas nakas ke hadapan Dara. Menampakkan betapa berantakan nya penampilan dari seorang Sandara Park saat ini. Wajah memerah dan mata sembab, bibir yang dulu berona pink kini telah berganti pucat, serta airmata yang walau sudah dihapus dengan kasar tapi tetap saja akan kembali mengalir deras.

"Katakan padaku eonni, masalah apa yang membuat mu hingga seperti ini. Apa ada hubungannya dengan Jiyong oppa?"

Dara hanya mengangguk.

"Kalian kenapa?" tanya Soojung lagi. Kini ia memilih untuk duduk di samping sang kakak yang sedang berbaring dengan tubuh bergetar.

"Rumit Soojung-ah, aku tak bisa menjelaskan nya kepada mu."

"Baiklah, aku tak akan memaksamu untuk menjelaskan nya. Lalu, apa kau kembali ke flat mu karena masalah itu?" Dara kembali mengangguk pelan.

Soojung membawa tubuh Dara yang berbaring terisak untuk duduk menghadap nya. "Eonni, disini," Soojung menjeda kalimat nya, menunjuk ke tempat dimana debaran jantung Dara berada.

"Ada bagian yang diberi rata oleh tuhan kepada semua manusia maupun werewolf seperti kita. Tempat kita merasakan semua emosi, marah, sedih, bahagia, cemas dan lainnya. Dan semua orang punya airmata, manusia atau bukan semua berhak untuk menangis. Semua orang punya batas yang meski berbeda tapi tetap akan sampai di situ tanpa terkecuali. Dan dengan eonni menangis, itu menunjukkan jika kau dan batasan mu sudah tidak bisa berkompromi lagi. Sudah kelewatan dan memang butuh istirahat. Namun," Soojung kembali menjeda ucapannya. Membawa kedua tangan mungil sang kakak untuk di genggam.

Dara menatap manik yang sama dengan nya itu. Menunggu kalimat apa yang akan dilanjutkan oleh nya.

"Aku memang tidak berpengalaman dalam hubungan eonni. Namun, dengan kau lari dari masalah dan menangis berhari-hari di sini juga bukanlah keputusan baik yang." lanjut Soojung.

"Aku lelah Soojung-ah. Aku hanya ingin menghindari nya. Aku benar-benar lelah hikss.." Dara semakin terisak dan memeluk sang adik.

"Aku tidak bisa mengambil keputusan apupun selain lari dan menangis. Aku memang pengecut Soojung-ah. Kakak mu ini memang lah hanya seorang pengecut hikss.. Dan mungkin keputusan ku ini juga baik bagi Jiyong. Hikss.." raung Dara yang selama ini telah ia tahan.

"Ani. Kau tidak pengecut eonni. Dan ya, keputusan mu itu memang salah. Dalam suatu hubungan jika terjadi konflik kecil ataupun masalah rumit, bicarakan. Jangan mengambil keputusan sendiri, hubungan mu itu dilalui oleh dua orang eonni. Jangan memutuskan untuk orang lain. Karena eonni tidak tau apa yang terbaik untuk orang itu. Jadi jangan ambil kesimpulan jika keputusan mu itu juga yang terbaik bagi Jiyong oppa." bantah Soojung akan pemikiran Dara.

Dara membuka manik nya yang sedari tadi terpicing rapat. Melepaskan pelukan nya kepada sang adik, dan mengusap kasar airmata nya.

"Kau benar. Bukan hanya diri ku yang merasakan sakit saat ini, tapi juga Jiyong. Aku, si egois ini tak pernah memikirkan perasaan nya yang terluka, a-aku harus menemuinya Soojung-ah." gegas Dara meraih coat navy nya.

"Ani-ya eonni. Ini sudah pukul sebelas malam, sebaiknya besok pagi saja." cegat Soojung yang namun tak didengarkan oleh Dara.

*G*

"Ji! Apa kau akan terus seperti ini?!" tanya Mrs. Kwon dengan suara tinggi.

"Eomma keluar lah. Aku tidak lapar." jawab Jiyong dengan sisa tenaga yang ia punya. Empat hari kepergian Dara, ia telah mati-matian menahan diri untuk tak menemui ataupun menghubungi semesta nya itu. Dan sudah empat hari pula dirinya tak menyentuh makanan selain buah sebagai pengisi perutnya, serta vodka dan wiski sebagai penghilang dahaga nya.

"Jika kau ingin menemui nya maka temui dia Ji! Jangan menahannya dengan menyiksa dirimu seperti ini." tanpa sadar airmata mengalir di kedua pipi ibu dari dua orang anak itu.

Jiyong yang menyadari nya bangkit dari duduk tidak berdayanya di ubin kamar. Menghapus airmata yang sempat membasahi wajah sang ibu.

"Maafkan aku eomma. Jangan menangis." ucap Jiyong pelan. Sungguh untuk berdiri pun ia tak bertenaga dan harus menopang kan berat tubuhnya kepada dua pundak Mrs. Kwon.

"Ibu mana yang akan tahan melihat kehancuran anaknya seperti ini, Ji. Hikss.." Mrs. Kwon membawa putra sulungnya itu kedalam dekapan nya.

"Pergi dan jemput lah mate mu Ji."

Jiyong menggeleng.

"Aku tak akan melanggar janji ku eomma. Aku akan bersabar menunggu nya." tolak Jiyong dan tertidur begitu saja dipelukan sang ibu.

*G*

"Bagaimana bisa dia mati hanya karena serangan jantung!" amuk seorang pria tua melempar asal tongkat nya.

"Benar tuan. Lord Red Dragon mengalami serangan jantung dan meninggal setelah mendapat telepon dari anda saat itu." jelas beta, hamba Setia nya.

"Cih! Dia mati dengan begitu mudahnya! Permainan baru akan dimulai dan dia malah mati. Dasar lemah!" pria tua berpakaian gelap itu kembali duduk di singgasana tuanya.

"Jadi putri Park Hyunsuk itu telah meninggal kan castle?" tanya nya kembali mengenai informasi lain yang dibawa si beta bersurai karamel.

"Benar. Sudah empat hari. Dan seluruh pack Red Dragon pun sudah tau jika lord mereka lah yang membunuh big lord." terangnya menambahkan.

"Bagus. Tetap awasi putri Hyunsuk itu. Dan jangan biarkan ia kembali ke dalam castle." titahnya.

"Baik, kalau begitu saya permisi tuan." beta tersebut pergi setelah memberikan salam pada mantan lord dari black pearl itu.

"Sayang sekali kau tidak hidup untuk menyaksikan kehancuran pack mu pak tua. Tapi tanang saja, aku akan membuatmu menonton secara langsung dari alam baka sana ha ha ha ha ha.."





.
.
.

TBC

Voment juseyo:))

MINE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang