SATU

15.8K 734 79
                                    

+628893****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

+628893****

"Selamat hari ibu, Lashira. Menangis darahlah wahai engkau pembunuh, yang dengan tega mencincang nyawa bayimu, yang bahkan tidak berdosa."

-

"Eh, Maemunah, dipanggil dari tadi kaga nyaut yee!" Tepukan kasar di bahu seketika membuat perempuan itu mendongak. Dengan cepat, di lemparnya ponsel pintar itu di bawah bantal lalu mengambil kilat benda berbentuk bulat yang tergeletak di ranjang dan memakainya.

"Eh, hujan?!" Shira mendelik, mengusap kasar cairan bening yang masih tersisa dan bersiap untuk berlari keluar.

"Mau ke mana elu?!" Langkah perempuan itu tertunda, ketika kaos kusamnya tertarik ke belakang. "Punya mata di pakai, noh lihat semua cucian elu dari daleman ama luaran udah gua ambilin semua, nunggu manusia halu kayak elu mah keburu basah tu pakaian." Shira menengok, mendapati semua pakaiannya sudah terselamatkan dari guyuran air di luar sana.

"Yaampun." Telapak tangan itu terangkat guna membungkam mulutnya sendiri. "Kaluna baik banget sih, aku nggak nyangka hatimu bakal selembut ini, sampai bingung mau ngomong apa," lanjut Shira dengar bibir bergetar, berjalan menghampiri partner pengais dollar-nya itu dan mengamburkan pelukan.

Dorongan kuat itu langsung menyambut tubuh kurus Shira. "Najisun! Saking frustasinya nggak dapet si Ken Farrel Alandra, lu jadi nggak normal begini, mit amit dah gua mana sudi jadi pelampiasan begini."

Mata Shira hampir saja terjatuh. "Jangan pernah sebut nama MANTAN laki gua pake mulut karatan lu!"

"Mantan doang sombong amat dah lu," ujar Luna kesal.

"Sirik bilang, Boss." Dengan gerakan slow motion perempuan itu menyibak  sombong rambut kusutnya.

"Lagian gue heran,  seorang Ken Farrel Alandra, kenapa bisa dulu memperistri manusia setengah waras kayak lu. Untung tu laki cepet sadar, kalau kaga, nggak tau lagi dah gua." Luna bergidik ngeri.

Shira mengangkat bibir, masa lalu memang menyakitkan tapi inilah kenyataannya. "Setidaknya gue ada kebanggaan, pernah kawin sama itu laki, kawin dalam artian ranjang bergerak gitu deh..."

Wajah jijik Luna terpancar, jiwa polos dan predikat perawan yang masih dia banggakan di usia dua puluh empat tahun ini merasa terusik dengan otak korengan best friend sekamarnya.

"Nggak usah begitu muka lu, belum juga ngerasain , coba udah, lah nagih baru tau rasa." Kesombongan seorang Lashira Ayana sebagai senior peranjangan mulai terpancar.

"Emang punya dia gede?" cicit Luna mulai kehilangan akal.

Rasa kemenangan langsung melingkupi tubuh Shira, seringahan tanpa maksud dan gerakan tubuh yang terus menyiratkan kesombongan  terus berlangsung. "Sini, gue bisikin."

Kaluna segera mendekat, entah setan apa yang mulai merasukinya hingga mau mendengarkan toa berjalan ini menghalu.

"Rahasia pabrik, nggak mau cerita, nanti elu pengin!"

Dan peperangan ini bisa di mulai, dengan kesal Luna meraih rambut Shira, siap berperang dengan sahabat yang sudah dia anggap sebagai kakak perempuannya itu.

"Jangan memaksa, Luna, gua takut elu pengen, susah nggak ada laki di sini, ada di sebrang sebelah itu si kakek ---" Perkataan itu terhenti ketika adik tanpa ikatan darah itu membungkam kasar mulut kakaknya.

"Nyesel gua, mengikhlaskan lima menit waktu berharga cuma buat dengerin haluan lu tentang mantan laki nggak guna cem dia!" teriak Luna sambil meremas bibir Shira yang terus saja akan mengoceh.

" L-ak-i g-u-a tu!" ucap perempuan itu terbata.

"Mantan laki, Shira! Sadar lu, sadar!"

***

"Sumpah! Ganteng banget, nggak ngerti lagi dah gua, itu manusia blasteran surga banget, astaga Shira gimana bisa dulu lu punya suami cakep kayak gitu, gue bangga banget, astaga diriku ini memang membanggakan." Perempuan itu menggelengkan kepala, memuji diri sendiri sambil tetap memperhatikan lelaki ber-coat coklat yang sedang turun dari mobil.

"Cepetan, Maemunah! Ini bentar lagi jam delapan, gila aja elu, kalau punya cita-cita pengangguran nggak usah ngajak-ajak." Luna dan segala omelannya, adalah sesuatu yang terus berkaitan, sebuah karya yang selalu mendengung di telinga kanan Shira dan keluar melalui telinga kirinya dalam waktu yang bahkan tidak pantas di sebut detik saking cepatnya.

"Si akang Ken lagi berbincang sama supir pribadi kita tuh, DULU, sekarang tinggal supir pribadi si akang, mungkin secepatnya akan menjadi kita lagi." Kehaluan Shira yang sudah tidak berbatas itu pun mulai mengudara.

"Bodo amat, halu terus ampe Mampos dah kaga peduli gua, yang gua peduliin sekarang cuma kerjaan! ini cepetan udah jam berapa, Shira?! Kalau kita dipecat mantan laki lu nggak akan peduli, kampret!" Tubuh Shira tertarik.

"Eh, eh, bentaran, gue mau lihat Mas Ken masuk dulu." Shira berusaha melawan, tapi tarikan perempuan empat tahun di bawahnya itu tidak bisa dilawan.
.

.

Babang Ken Farrel-nya Mbak Shira😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Babang Ken Farrel-nya Mbak Shira😭

Babang Ken Farrel-nya Mbak Shira😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mbak Shira pas masi tajir😂😂

Mbak Shira pas masi tajir😂😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna nya siapa kira"? WKWKWK

Mari kita lanjut cerita ini😂😂 Yang udah baca ceritaku yg lain pasti tau aku suka buat yg nyeseg, yg ini mari kita tertawa😝

Q U A L MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang