#13° Slow Motion

3K 438 61
                                    


"_Tapi jangan pernah menyuruhku berhenti joohyun, aku akan tetap menunggu selama yang kumau"

Joohyun membisu, bibirnya bergerak seperti ingin mengucapkan sesuatu, tetapi rasanya tidak ada satu kalimat pun yang dapat terucap.

Pria dihadapannya, adalah pria pertama yang berucap teramat tulus hingga terasa ke hati joohyun yang sudah dingin sejak lama.

Untuk pertama kalinya ia berada diposisi yang sangat sulit seperti ini, demi apapun tidak ada niat dipikirannya untuk menyakiti pria setulus dan sebaik junmyeon, pria yang akhir-akhir ini selalu membuatnya merasa nyaman, membuatnya merasa terlindungi, pria itu yang menghiburnya ketika rasa penatnya muncul. Tapi_

Setiap memikirkan junmyeon pada satu sisi lainnya nama Minho selalu muncul secara bersamaan, seolah-olah tidak ingin joohyun melupakannya.

Dari lubuk hatinya yang paling dalam, joohyun menginginkan pria ini selalu bersamanya, menemaninya kapanpun itu. Tapi joohyun tidak bisa mengelak jika nama Minho terlalu kuat di hatinya hingga tidak bisa membiarkan junmyeon menggantikannya secepat ini.

Ini terlalu cepat

Karena terlalu lama berpikir, joohyun tidak sadar jika wajah junmyeon kini sudah mendekat ke arah wajahnya dengan tempo yang pelan seolah-olah meminta izin lewat tatapan sayunya.

Kepalan tangan joohyun semakin kuat, matanya tertutup menahan sebuah gejolak rasa gelisah dan takut secara bersamaan. Tinggal hanya beberapa senti lagi namun pergerakan junmyeon tertahan ketika kedua tangan joohyun menahan dadanya.

Aroma tubuh junmyeon yang persis seperti Minho semakin kuat terasa hingga membuat kepalanya menggeleng pelan.

"Tidak, Junmyeon. Aku tidak bisa seperti ini"

Junmyeon terdiam, masih dengan posisi wajahnya yang hanya beberapa senti lagi menyentuh bibir ranum milik joohyun. Pria itu bisa melihat mata joohyun yang memerah.

Kepalanya tertunduk, junmyeon sedikit mengulas senyum pahit, hingga kemudian ia lebih memilih merengkuh tubuh mungil itu kedalam dekapannya.

Tubuh keduanya yang dingin dan basah itu tidak bisa menolak rasa hangat yang menjalar lewat pelukan ini.

"Sudah mulai gelap, kau tunggu disini ya. Aku akan mencari bantuan"

Kalimat itu yang justru terlontar dari bibir junmyeon. Joohyun dapat merasakan junmyeon melepaskan pelukannya dan pria itu sudah mulai berdiri sekarang.

Hujan masih lumayan deras dan sama sekali tidak berniat untuk reda.

"Kau mau kemana?". Joohyun menahan tangan junmyeon yang hendak melangkah.

Pria itu memberikan tatapahn sehangat mungkin, "Aku akan meminjam payung di kedai kecil itu". Junmyeon menunjuk kedai kecil yang jaraknya cukup jauh dari pohon tersebut.

"Aku ikut"

"Jangan. Kau tetap disini, nanti tubuhmu tambah basah"

"Tapi kau juga akan kebasahan junmyeon"

"Tidak apa-apa. Aku perlu payung agar kita segera kembali ke halte"

Joohyun kali ini terlihat pasrah, pada akhirnya wanita itu membiarkan junmyeon berlari menembus hujan yang dingin dan angin yang sangat kencang.

Ia kembali duduk sambil menunggu junmyeon yang belum kembali. Sesekali ia melihat langit yang mulai gelap dan tanpa sadar dirinya jadi khawatir tentang unnienya.

"Pasti dia mencariku". Gumamnya pelan, ponsel nya sudah mati karena kehabisan baterai.

Setelah menunggu beberapa menit, sosok junmyeon kembali ke arahnya. Masih sambil berlari dan ia terlihat membawa satu buah payung yang tidak terlalu besar.

Patience ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang