Sebuah Taxi melaju cukup tenang dijalanan seoul yang ramai, namuj dibalik keramaian diluar sana. Seorang gadis cantik duduk meringkuk penuh kesedihan didalam Taxi yang ia tumpangi.Ya, dia adalah Bae Joohyun. Perempuan yang saat ini terlihat terluka dan penuh akan kesedihan dari kedua matanya yang tidak berhenti meneteskan airmata. Bahkan isak tangisnya sejak tadi membuat supir Taxi yang sudah paruh baya itu merasa khawatir.
"Nona, anda tidak apa-apa?"
Orang yang ditanya sama sekali tidak menjawab, Supir Taxi itu justru semakin mendengar isakan kesedihan yang teramat pedih. Dikepala bapak tua itu kini penuh dengan dugaan-dugaan awal. Ia berpikir, mungkin penumpang nya habis mengalami patah hati yang cukup dalam.
Tapi sejak 15 menit yang lalu, tindakan perempuan itulah yang membuat sang supir semakin dilanda rasa khawatir.
Joohyun duduk meringkuk memeluk kedua kakinya diatas kursi, menangis dalam isakan kecil dan sesekali terlihat mengigit lengannya sendiri. Terlihat persis seperti orang frustasi.Beberapa saat kemudian, Taxi tersebut berhenti didepan halaman rumah tujuan penumpang.
Supir taxi itu menengok kebelakang untuk menanyai keadaan penumpang nya, namun yang ia lihat justru beberapa lembar uang terletak diatas kursi dan tanpa berkata sepatah kata, perempuan yang terlihat lemah itu keluar dari dalam mobil Taxi yang ia tumpangi.
Joohyun berjalan gontai sambil memeluk erat tubuhnya sendiri, wajah basahnya bahkan terlihat sangat pucat. dari belakang ia merasa seseorang menopang pundaknya untuk berjalan. Dan perempuan itu mendapati wajah sang supir Taxi yang ternyata belum beranjak pergi.
"Nona, anda yakin tidak apa-apa?". Tanya sang supir dengan raut khawatir.
"Aku baik-baik saja, tolong jangan sentuh tubuhku!". Hentak joohyun dengan suara seraknya.
Sang supir kemudian melepaskan sentuhan dipundak perempuan itu dan berdiri terdiam kemudian meminta maaf. Pria paruh baya itu pergi dan membiarkan joohyun kembali berjalan sendirian menuju pintu utama rumah kakak nya.
"Siapa yang menyuruhmu menangis seperti itu?"
Suara lembut itu membuat langkah lemahnya terhenti dihalaman depan rumah kakaknya.
Wajah joohyun terpekur, untuk beberapa saat perempuan itu terdiam dengan detak jantungnya yang berdetak sangat cepat. Kepalanya menoleh ke segala arah untuk mencari suara yang sangat ia rindukan tersebut.
"Minho-ah... ". Panggilnya pada udara kosong yang ada disekeliling nya.
Kedua tangannya bergetar, kedua matanya kembali meneteskan airmata.
"Minho-ah!". Panggil nya kali ini cukup keras.
Perempuan itu menatap penuh gelisah ke sekeliling nya, berusaha untuk menemukan sesuatu yang dia harapkan saat ini.
"Kau melukai tanganmu lagi kan"
Joohyun semakin menangis, ia menggeleng dengan kuat seolah-olah menjawab suara yang entah darimana terdengar memasuki benaknya saat ini.
Dengan gerakan gelisah ia mengusap lengannya yang sedikit terluka bekas gigitannya sendiri.
"Tidak! Tidak! Aku tidak mengigit lenganku lagi! Aku bersumpah!". Suaranya keras dan sedikit bergetar.
Perempuan itu kemudian terisak, tangannya menepuk keras dadanya yang terasa sesak.
"Aku tidak suka melihat mu menangis Joohyunie.."
"AKU TIDAK MENANGIS!"
Joohyun mengusap wajah basahnya, berusaha menghilangkan airmata yang terus jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patience ✔
Fanfiction[Completed story by Ciionuzy] Ketika aku bertemu dengannya, dan tuhan entah sengaja atau tidak, memberikanku sebuah amanah untuk bersamanya, aku pun akan melaksanakan tugasku untuk menjaganya dan mencintainya. Bae Joohyun, dia adalah seorang gadis...