Sepanjang perjalanan pulang itu taeyeon merasakan sikap adiknya yang sejak tadi diam dan tidak banyak bicara seperti biasanya. Bahkan ketika ya menyuruhnya membuka jaketnya, joohyun justru menggeleng kuat sambil terus merekatkan jaket milik junmyeon itu ditubuhnya.Hujan masih saja turun deras, dan hari semakin malam. Joohyun sejak tadi hanya memandang ke arah luar jendela yang kini berembun terkena air hujan. Pikirannya berkelana kepada satu orang yang sejak tadi cukup membuat hatinya tidak tenang.
Junmyeon, pria itu benar-benar sangat diluar dugaan. Joohyun tidak pernah berpikir jika seorang junmyeon dapat menguasai pikirannya seperti ini, ia juga tidak tau jika seorang junmyeon dapat membuat hatinya dilanda rasa khawatir terus menerus. Padahal jika dipikir-pikir tidak ada pria yang ia pedulikan semenjak Minho pergi.
Tapi junmyeon berbeda, pria itu seperti selalu membuat joohyun terikat, pria itu seperti membuat joohyun harus memperdulikannya, bahkan secara tidak langsung, perlahan namun pasti nama pria itu masuk kedalam lubuk hatinya yang paling dalam. Dan joohyun sama sekali belum bisa mendefinisikan perasaan apa yang ia rasakan kepada junmyeon.
"Aku lihat kau semakin dekat dengan dia"
Suara kakaknya berhasil membuat lamunan panjang joohyun buyar seketika. Gadis ayu itu menoleh ke arah kakaknya yang baru joohyun sadari jika wajah taeyeon tidak terlihat seperti biasanya.
Dingin dan datar.
Joohyun akui kakaknya memang galak, tapi untuk ekpresi kali ini seperti ada makna yang berbeda dari kilatan matanya.
"Kau menyukainya?". Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari suara taeyeon yang tenang namun terdengar serius.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Aku adalah kakakmu, aku merawatmu sejak kecil dan aku sangat tau bagaimana sikap dan sifatmu ketika menyukai sesuatu"
"Sok tau!". Ketus joohyun.
"Siapa yang sok tau huh?! Aku bisa tau hanya dari pandanganmu terhadap junmyeon"
"Lalu apa salahnya dengan junmyeon, aku dan dia hanya berteman baik!"
"Cih benarkah? Aku tidak percaya"
Joohyun hanya bisa mendengus sebal ketika untuk kesekian kalinya perdebatan mereka cukup membuat moodnya hancur.
"Aku masih mencintainya kau pasti tau itu Unnie"
Suara lemah joohyun cukup membuat bibir taeyeon mengatup rapat. Taeyeon kemudian menoleh dan mendapati wajah adiknnya yang terlihat sedih dan juga sayu.
"Aigoo..Uri Baechu sudah besar eoh?". Mencoba mencairkan suasana, taeyeon menepuk-nepuk gemas pipi joohyun yang kini sedikit chubby.
Joohyun yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menatap malas kakaknya.
"Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil ishh!"Taeyeon tertawa renyah mendengar kekesalan adiknnya, perkataan itu sering terlontar dari mulut joohyun tapi tak bisa ia pungkiri jika joohyun memang masih bertingkah kekanakan sekuat apapun ia membantah.
"Kau itu masih kecil. Jadi tidak perlu membahas tentang percintaan". Ledek taeyeon.
"Yak unnie! Aku sudah berumur 25 tahun!"
"Hah.. ". Terdengar helaan nafas taeyeon yang terlihat pasrah.
Bagaimanapun adiknnya itu satu-satunya yang ia miliki, jadi ia tidak akan bisa berbuat banyak selain hanya untuk membuat joohyun senang.
Baru saja suasana kembali hening, namun pertanyaan spontan yang keluar dari bibir joohyun cukup membuatnya membeku.
"Kapan pernikahanmu dilaksanakan unnie?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Patience ✔
Fanfiction[Completed story by Ciionuzy] Ketika aku bertemu dengannya, dan tuhan entah sengaja atau tidak, memberikanku sebuah amanah untuk bersamanya, aku pun akan melaksanakan tugasku untuk menjaganya dan mencintainya. Bae Joohyun, dia adalah seorang gadis...