Im Yoona POV
Siwon oppa bukan lagi seseorang yang bisa aku pegang janjinya. Kemarin dia mengatakan akan tinggal bersamaku, tapi hari ini ia kembali membuatku kecewa. Dia bahkan melupakan jadwal menemaniku ke dokter kandungan, sejak aku hamil hingga hari ini, belum pernah sekali pun ia menemaniku. Saat aku meneleponnya tadi, yang mengangkatnya adalah Tifanny. Aku memutuskan untuk tidak berharap padanya lagi.
"Nyonya, apa akhir-akhir ini anda tidak makan dengan baik? Bayi anda mengalami pertumbuhan yang lambat. Keadaan ibu akan mempengaruhi bayi" aku hamil, aku baru mengetahuinya sesaat sebelum Siwon oppa pulang dalam keadaan mabuk dan mengatakan dia telah kembali. Itulah penyebabnya aku tidak makan dengan baik dan kondisiku tertekan. "Jika begini terus, tidak akan baik untuk bayi dan juga anda sendiri nyonya. Jika kehidupan sehari-hari membuatmu tertekan sebaiknya anda pergi berlibur sejenak"
Aku mengangguk sambil menatap perutku yang mulai menonjol, sudah tiga bulan ia tumbuh dalam perutku.
"Baby, percayalah pada mommy. Apapun yang mommy lakukan, semua demi kamu" aku memeluknya.
Dokter memberikanku resep vitamin untuk kandunganku. Setelah itu, aku memutuskan untuk pulang.
***
Aku tiba di rumah dan melihat Tifanny juga berada disana, aku masuk tanpa menyapa mereka. lagian bukan urusanku juga mereka mau berada dimana. Siwon oppa mengejarku,
"Malam ini ia menginap disini, besok dia akan kembali ke New York" ujarnya, aku hanya diam. Aku tidak boleh stress lagi kata dokter. Jadi aku tidak ingin peduli masalah mereka "Yoong"
"Terserah pada kalian saja. Aku tidak ingin ikut campur"
"Yoong, kamu tidak boleh begitu egois, dia eommanya anak-anak"
Aku meninggalkannya, sudah cukup. Di matanya aku selalu egois jika sedikit menuntut, tapi dia tidak sadar jika tuntutannya padaku juga terlalu banyak.
"Im Yoona" teriaknya
"Aku katakan padamu, aku tidak peduli pada kalian lagi. jika kamu mau membawanya pulang kesini, aku juga tidak akan peduli. Karena ini rumahmu dan dia adalah istrimu" ujarku
"Terserah kamu saja"
***
Malam tiba, kedua anak sudah masuk ke kamar untuk tidur. Dan aku tidak melihat Tifanny, sedangkan Siwon oppa sejak tadi di kamar. Aku masuk ke kamar anak untuk mengecek mereka. keduanya sudah tidur dengan nyenyak, aku menghampiri mereka. mungkin kali ini, terakhir kalinya aku melihat mereka tidur.
"Darren, esther maafkan mommy. Mommy memilih pergi dari kalian karena mommy harus melindungi adik kalian. Dia butuh mommy sedangkan kalian berdua sudah memiliki mommy tifanny dan daddy, dia hanya memiliki mommy" air mataku menetes. Dua hari yang lalu mereka kembali ke rumah, ntah apa yang membuat mereka kembali tinggal denganku. Tapi aku sudah membuat keputusan jauh sebelum mereka kembali. Terlebih setelah apa yang dokter katakan siang tadi. Dan apa yang siwon oppa katakan juga. Aku egois memintanya memperhatikanku. Aku memilih untuk tidak menjadi egois lagi, aku memilih melepaskannya.
Aku mencium mereka lalu aku meninggalkan kamar. Aku menghapus air mataku juga. Kemudian aku masuk ke kamar, aku mengambil baju-bajuku yang tersisa dan memasukkan ke dalam koper. Akhir-akhir ini aku sudah mulai mengepak barangku, dan siwon oppa tidak menyadarinya sama sekali jika sebagian barangku sudah hilang dari kamar ini. dia tidak pernah mempedulikanku jadi ia tidak akan terpengaruh oleh perubahanku.
Aku menghampirinya yang sedang tertidur. Ini memang waktu yang tepat untuk pergi, mereka semua sedang tidur.
"Maafkan aku, aku memilih pergi tanpa pamit pada kalian. Tapi ini jalan terbaik untuk kita semua. Aku menyayangi kalian" gumamku dan aku menciumnya sekilas, aku meninggalkan ponselku juga. Aku tidak ingin ia menemukanku. Setidaknya sampai aku bisa membekukan hatiku lagi, aku akan menemuinya saat itu untuk proses perceraian kita.
***
Author POV
Siwon terbangun karena tangisan Esther. Putri kecilnya menangis, karena ia terbangun tengah malam dan ia masuk ke kamar Mommynya tapi tidak menemukan mommynya sama sekali.
"Sayang, ada apa?" tanya Siwon, ia bangkit dari tidurnya dan menggendong putrinya itu.
"Aku tidak menemukan mommy" ujar Esther sambil menangis.
Siwon baru berusaha memperhatikan sekitar dan ia melihat ranjang di sampingnya masih rapi, berarti Yoona belum tidur sejak tadi. Ia membawa Esther untuk mencari sekeliling rumah. Ia mengambil ponselnya, lalu ia melihatpesan dari Yoona.
From : Baby Yoong
Maaf aku pergi tanpa permisi pada kalian. Aku hanya tidak ingin menjadi penghalang antara kalian. Darren dan Esther pasti sangat bahagia karena Tifanny sudah kembali. Kamu juga oppa, aku tahu kamu yang paling berbahagia. Kamu tidak akan sanggup melukaiku dan memintaku untuk meninggalkan kalian, aku tahu kamu sangat baik padaku karena kamu merasa berutang budi padaku. Hari ini aku katakan padamu jika tidak perlu. Berbahagialah.
"Daddy, kenapa tidak telepon mommy?" tanya Esther. Sedangkan Siwon memijit kepalanya pusing. Akhir-akhir ini cukup banyak masalah muncul, dari kemunculan Tifanny, perusahaan yang banyak masalah sehingga ia kurang memperhatikan Yoona, tapi bukan berarti dia tidak peduli padanya lagi.
"Esther masuk ke kamar, besok kita cari mommy"
"Daddy,,"
***
Choi Siwon POV
Darren terus menerus meminta pulang kembali ke tempat yoona. dia bukan seperti ini, dia sangat dekat dengan Tifanny dulunya, bahkan ia memusuhi yoona saat aku menikahinya dulu. Tapi saat ini saat Tifanny muncul kembali, dia mengatakan ia menginginkan Yoona.
Tifanny juga bukan lagi wanita yang membuatku berdebar.
"Aku sudah menyiapkan surat cerai kita. Tanda tanganilah. Apa yang kamu inginkan akan aku berikan. Aku mohon tanda tangani" ujarku sambil menyodorkan map yang berisi surat cerai. Jika benar dia memang tifanny istriku, aku memutuskan untuk menceraikannya karena tidak mungkin aku tetap memiliki dua istri. Dan aku tidak bisa meninggalkan Yoona lagi, aku mencintainya apalagi saat ini ia menggandung anak kita. setelah membawa Darren dan Esther kembali padanya, aku menyadari betapa menyedihkannya dia, aku putuskan untuk tidak membuatnya meragukanku lagi, aku tidak akan menjadi pria plin plan lagi.
"Apa maksudmu oppa? kamu tidak mencintaiku lagi?"
"Ne, aku mencintai yoona. aku sudah yakin akan menghabiskan sisa hidupku dengannya" ujarku
"aku tidak akan menceraikanmu, aku tidak akan menandatanganinya" teriaknya, ia memukulku, aku tidak peduli dia begitu histeris. Yang aku tahu, dia harus tahu keadaanku, aku tidak lagi mencintainya.
"Aku sangat mencintainya, jadi aku mohon tanda tangani surat ini" ujarku lagi dan ia mencengkram kemejaku sambil menangis. Aku tidak tergerak sedikit pun untuk memeluknya menenangkannya.
Setelah beberapa lama, ia pun diam dan menatapku.
"Biarkan aku tidur dengan anak-anak malam ini, aku akan meninggalkan kalian besok" ujarnya, ini baru Tifanny, dia tampak lemah tapi ia sangat kuat. Ia tidak akan memohon untuk dikasihani. Dulu sifatnya yang membuatku mencintainya tapi sekarang Yoona adalah prioritasku. Wanita itu hanya tampak kuat nyatanya dia begitu lemah. Ia akan menangis diam-diam.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Vow
FanfictionPernikahan yang sudah hancur sejak awal, menjadi seorang istri dan mommy yang tidak diinginkan. Apalagi yang menjadi alasanku bertahan disaat mereka mengatakan tidak menginginkan aku lagi. Apa yang harus aku lakukan selain membiarkan mereka pergi.