Genap seminggu sejak kejadian menjengkelkan di resto terjadi. Anne belum lupa, bahkan menolak lupa atas apa yang telah terjadi. Kondisinya saat ini sudah cukup membaik meskipun telinganya nyaris lepas mendengar komentar dari Ayahnya yang secara terang-terangan memuji calon pria yang dijanjikan akan bertemu dengannya seminggu yang lalu. Entah apa yang merasuki fikiran ayahnya hingga berulang kali Anne mendengar pujian yang luar biasa untuk pria yang bahkan wujud dan bentuknya belum Anne ketahui hingga saat ini.
"Sepertinya Dad gak perlu ikut turun tangan pada masa pengenalan kalian. Keliatan kan dengan jelas bahwa kamu gak sanggup berkata-kata untuk calon menantu pilihan Dad yang satu ini haha" pria tua itu mulai ngawur dengan ucapannya. Anne hanya memutar bola matanya setelah ucapan terakhir Ayahnya tersebut dan memilih mangkir ke dapur membantu ibunya menyiapkan jamuan makan malam.
"Apa sih yang ada dalam fikiran Dad bisa sampai menyimpulkan dengan demikian pedenya ? Ckck" Anne mendecak sebal tidak karuan menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan makan malam.
"Eits.. kamu gak usah ikutan bantu mom di dapur. Hari ini gak ada mom lihat kamu boleh pegang peralatan masak, udah cukup mom kasih kamu kesempatan explore di resto. Hari ini dapur hanya milik mommy !" Ibunya mulai bicara dengan berkacak pinggang. Mengusir Anne dari tempat favoritnya di rumah itu.
"Apa ini gak terlalu berlebihan ? Rasanya belum apa-apa mom udah mau cut kerjaan aku gitu aja" Anne memelas melihat kelakuan ibunya yang berubah sangat bossy belakangan ini.
"5 tahun apa tidak kurang lama mom kasih kamu kebebasan buat explore keinginanmu sendiri Ann ? But, this is your day. Ini hari istimewa kamu bertemu dengan calon suamimu, paling tidak kamu bisa mempersiapkan diri untuk malam ini tanpa embel-embel urusan dapur yang bahkan bisa diurus oleh mbak minah" lagi.. jawaban istri dari Anthony Winathan ini membuat Anne kalah telak. Sepahit dan sepedas apapun kalimat yang keluar dari mulut kedua orang tuanya, sungguh dalam hati Anne selalu menyadari bahwa mereka menyayangi Anne melebihi apapun.
Hari ini, bahkan untuk jamuan makan malam yang Anne sendiri tak menduga akan terjadi secepat ini pun ia tak kuasa menolak. Bukan karena tak memilili cukup keberanian atau kebelet nikah dalam waktu dekat, tapi lebih kepada Anne ingin berusaha legowo untuk menerima dan berusaha mengenal pria yang dikatakan ingin menjadi calon suaminya. Meskipun pada pertemuan sebelumnya ia tidak hadir dan tak ada kabar lebih lanjut terkait ketidakhadirannya, Anne masih berusaha cukup kooperatif untuk mengenalnya malam ini dengan alasan kesumringahan di wajah Ayahnya sejak pagi tadi.
"Daripada bengong gak jelas disini, lebih baik kamu check keberadaan kedua adik kembarmu itu. Mom minta Alex dan Axel buat sampai rumah sebelum jam 7 malam !" Ibunya berkata sambil sesekali mengecek kondisi meja makan dan tatanannya di atas meja.
"Oh my God mom !! Jangan bilang mommy sengaja nyuruh mereka berdua balik dari Singapore dengan alasan jamuan makan malam yang aku bahkan gak tau sama sekali" Anne memegang kepalanya panik. Dua adik laki-laki kembarnya itu sudah pasti akan jadi biang rese jika sudah bergabung dengan Ayah tercintanya. Jika mengingat masa kecilnya, meskipun Anne kakak tertua di keluarga tersebut, tapi sangat jelas posisinya seperti adik perempuan bungsu jika sudah berhadapan dengan trio laki-laki dalam keluarganya.
"It's ok sist, dont worry ! Kita gak akan jadi adik kurang ajar dengan minta Kak Anne buat check kapan kita pulang" dan benar muncullah dua kurcaci kembarnya itu dengan ransel yang masih menggantung di pundak.
Anne terkesiap. Kaget bercampur haru melihat dua adik kembarnya ada di rumah setelah beberapa waktu ini sibuk menyelesaikan studinya di Singapore. Anne berlari dan menubruk Axel kemudian memeluknya. Alex melakukan hal yang sama untuk memenuhi kerinduannya. Anne senang. Terlampau senang sampai tidak terasa air matanya membasahi bahu Alex.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gift Love (COMPLETE)
Romansamencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah keinginan, maka dicintai bukankah sebuah kesediaan ? Adalah Annelise Rosalie Winathan menghabiskan sebagian hidup untuk bertaruh antara pil...