Sudah hampir 3 hari Anne beristirahat di rumah. Setelah opening kafe barunya beberapa hari lalu dan tragedi dimana ia berhadapan dengan kemurkaan James. Mereka hampir tidak pernah bertegur sapa dan menunjukkan diri.
Anne masih tetap melakukan kewajibannya menyiapkan makanan di rumah. Beristirahat dari pekerjaannya dan menghabiskan waktunya untuk pemulihan. Sedangkan James lebih banyak menghindari Anne belakangan ini.
Entah apa penyebabnya. Tapi bagi Anne, jika James memang mengajak mereka untuk berperang kembali, Anne sungguh sangat siap. Sayangnya pria itu akan pergi ke kantor sebelum Anne terbangun dan kembali ke mansion saat sudah larut malam. Benar-benar tindakan bodoh.
Pagi ini mendapati meja makan sudah dipenuhi beberapa hidangan, Anne marasa sangat kesepian. Dulu, jauh sebelum menikah, bukan tak pernah memiliki impian yang indah soal kehidupan pernikahan. Meski ayah dan ibunya melihat sosok Anne sebagai anak perempuan yang tak pernah menyinggung impiannya tentang pernikahan, tapi sungguh ia memiliki sebuah mimpi sederhana untuk itu.
Anne pernah membayangkan akan menghabiskan waktunya untuk hidup dengan pria yang dicintainya. Menyiapkan keperluannya, memasak makanan favoritnya, dan menungguinya sepulang bekerja hanya untuk saling bertukar cerita. Sebuah impian sederhana yang jika kini Anne mengingatnya hanya akan membuatnya semakin sedih.
Ia dan James seperti air dan api yang sulit menyatu. James dengan egonya dan Anne dengan perlawanannya. Anne masih berfikir hingga saat ini untuk berjuang dengan kondisi rumah tangganya. Berharap selalu ada kemungkinan semua berubah menjadi lebih baik.
Beberapa waktu lalu saat mendengar kondisi terakhir Rossie, Anne sungguh merasa sangat iri. Roger, suami sahabatnya tersebut menelfonnya untuk meminta izin padanya agar Rossie bisa cuti sementara waktu karena morning sicknees yang dialaminya. Bahkan dari nada suaranya, Anne bisa tahu bahwa Roger terdengar sangat khawatir.
Berbeda jauh dengan James yang bahkan dengan sengaja mengerjainya saat kondisinya tidak fit menghadapi pesanan makanan untuk perusahaannya. Dan kini pria itu menghilang dengan sengaja untuk menghindarinya.
Berusaha duduk dengan tenang tanpa memikirkan apapun yang memberatkan fikirannya nyatanya tak membuat nafsu makannya bertambah. Suara bel pintu membuat Grace berlari dengan cepat dari hadapannya menuju pintu utama untuk menyambut tamu yang datang.
Anne berusaha mengaduk semangkuk sup ayam yang ada di hadapannya itu dengan perlahan sampai akhirnya sebuah pelukan hangat muncul dari belakang tubuhnya.
"Are you okay Anne ?" Rossie.. yaa suara Rossie. Perempuan berwajah pucat itu akhirnya mengunjunginya. Dan ia bersama dengan Kean. Sesuatu yang membuat Anne sedikit terperanjat.
Bangun dari duduknya, Anne membalas pelukan hangat dari Rossie dan tersenyum menyapanya. Kemudian bergantian untuk menyapa Kean.
"Ini.. Kean memaksaku untuk mampir ke toko cokelat favoritmu karena yakin kamu membutuhkan ini" Rossie menyodorkan sebungkus paket cokelat bermerek favorit Anne.
"Ini bisa mengembalikan moodmu menjadi lebih baik. Dan mungkin kamu tidak akan mual saat memakannya" Kean berkata sambil tersenyum.
"Aku akan sangat menyukainya Kean !! Terima kasih" Anne tersenyum.
"Dan aku meminta maaf soal perlakuan James saat.."
"It's okay. Tidak apa-apa Anne ! Aku faham mengapa dia melakukan itu, tidak usah merasa tidak enak padaku. Kita tetap akan bersahabat dengan baik" Kean mengucapkan kalimat yang membuat Anne menjadi lega.
"Aku senang keadaanmu cukup baik sekarang. Membuatku lega, sayangnya aku tidak bisa berlama-lama disini karena 2 jam lagi ada penerbangan ke Penang. Ibuku ingin membuat anak cabang untuk restonya disana" Kean berbicara lagi dengan lugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift Love (COMPLETE)
Romancemencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah keinginan, maka dicintai bukankah sebuah kesediaan ? Adalah Annelise Rosalie Winathan menghabiskan sebagian hidup untuk bertaruh antara pil...