James kalut. Sudah 3 hari sejak kepulangannya dari Jepang dan tinggal kembali di mansionnya, hidupnya terasa kacau balau. Bukan tanpa alasan apa-apa, Anne.. perempuan itu benar-benar memenuhi ucapannya soal merefleksi diri masing-masing setelah pertengkaran di Jepang. Harusnya James tidak perlu merasa kalut, toh selama 3 hari ini Anne tetap melakukan tugasnya sebagai istri yang baik selama di rumah. Memasak, pulang lebih awal dibanding James, dan tetap diawasi Hans sepanjang ia bekerja di resto. Tapi, 3 hari tanpa interaksi, tanpa komunikasi, dan cenderung menghindari kontak membuat James jadi gundah sendiri. Ia benar-benar pertama kali melihat Anne menjadi robot yang menuruti permintaannya dan melakukan rutinitasnya seperti biasa. Entah kenapa James justru merindukan berdebat dengan perempuan itu. Anne yang kooperatif seperti bukan Anne yang dikenalnya.
Membiarkan Anne melakukan aktifitasnya seperti biasa tanpa niat untuk memperbaiki hubungan nyatanya bukan salah satu sifat buruk James. Pria itu tetap memantau rutinitas Anne melalui pekerjanya yang paling setia, Hans. Sejam sekali Hans biasanya akan mengirimkan foto Anne yang tengah melakukan pekerjaannya di resto melalui chat singkat.
Hingga terpaksa hari ini rasanya darah sudah naik ke ubun-ubunya. Sejam yang lalu Hans mengirimkan informasi bahwa Anne tengah asyik berbincang dengan Rossie setelah resto tutup. Dan foto yang dikirimkan terakhir seperti menjadi bom atom yang siap meledak. Seorang pria sok akrab datang dan menyapa Anne dengan wajah busuknya. Memegang dan memeriksa lengan Anne dengan kedua tangannya. Hal yang bahkan tidak pernah dilakukan James sebagai suami. Benar-benar menguji emosi.
Memutuskan pulang setelah memanggil Ron yang sedang menyiapkan berkas-berkas meeting untuknya esok hari, James meminta Ron mengantarnya pulang lebih cepat. Niatnya hari ini benar-benar ingin bertarung dengan Anne karena kejadian tersebut.
Sampai di mansion, tatapan mata James menyapu pelataran parkir dan menemukan Pajero hitamnya sudah terparkir rapi. Tanda bahwa Anne sampai rumah lebih dulu darinya. Kesempatan bagus memulai pertarungan. Menyimpan tas dan mandi sejenak di kamarnya, James tak menemukan Anne di sana. Namun, suara yang terdengar dari arah dapur agaknya menandakan bahwa perempuan itu tengah berada di dapur. Memasak makan malam mungkin. Dibantu seorang asisten rumah tangga bernama Grace, Anne tampak sedang menata beberapa makanan di meja makan. Aromanya benar-benar menggugah selera. James tak pernah keberatan mencicipi makanan buatan Anne karena memang sangat luar biasa rasanya. Tapi sayang, hari ini setidaknya dia harus mampu mengerem keinginannya karena sesuatu yang harus dibicarakan.
Mendudukan dirinya di ruang makan, Anne akhirnya mengetahui pergerakan James yang sudah berada di rumah.
"Kamu sudah pulang, aku fikir kamu akan pulang terlambat karena meeting dengan komisaris dari Singapura itu" Anne membuka percakapan sambil menyimpan semangkuk macaroni cheese buatannya di atas meja. Agak tercengang mendengar penuturan Anne, ternyata perempuan itu mencari tahu kegiatannya melalui Hans.
"Ada sesuatu yang membuatku pulang lebih awal" James menjawab sambil meneguk segelas air putih di sebelahnya. Bersamaan dengan itu rutinutas Anne menyiapkan makan malam selesai. Semangkuk besar pasta, mushroon cream soup, dan beberapa side dish seperti beef sausage ada di atas meja. Benar-benar hidangan yang menarik.
"Aku membuatnya dengan cepat, mudah-mudahan rasanya masih bisa kamu terima" Anne menyendokkan pasta tersebut ke piring yang ada di hadapan James.
"Aku bahkan tetap menerima dengan baik garam yang kamu masukan dalam dessertku" James menjawab dengan sengit dan Anne hanya menoleh pelan. Ia tidak terlalu dapat membaca reaksi James saat ini apakah sedang marah atau meledeknya.
"Besok siang, Dad dan mom meminta kita berkunjung ke rumah besar. Adikku Vanesha pulang dari Bandung malam ini. Dia ingin bertemu dan mengenalmu" James memulai percakapannya dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gift Love (COMPLETE)
Romancemencintai atau dicintai ? mana yang akan jadi pilihan paling tepat dalam hidup ? jika mencintai adalah sebuah keinginan, maka dicintai bukankah sebuah kesediaan ? Adalah Annelise Rosalie Winathan menghabiskan sebagian hidup untuk bertaruh antara pil...